BLOGSPOT atas

Wednesday, April 8, 2009

Wuih! "Hot Money" Serbu Indonesia Lagi

Rabu, 8 April 2009 | 13:39 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Selama tiga bulan pertama tahun ini, pasar keuangan Indonesia sudah mulai dilirik investor asing. Bila sejak pertengahan tahun lalu para pemodal asing hengkang dari Indonesia dan membuat rupiah terdepreasi cukup dalam, sejak awal tahun ini mereka sudah kembali lagi ke Indonesia.

Buktinya, lihat saja dana asing yang menumpuk di Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan pasar saham hingga akhir kuartal pertama 2009. Dana asing baru yang masuk melalui SBI telah mencapai 694,5 juta dollar AS. Kalau ditotal, dana asing yang nongkrong di instrumen moneter ini telah naik menjadi sebesar 1,39 miliar dollar AS. Akhir tahun lalu dana asing yang nongkrong di SBI sempat turun ke kisaran 752 juta dollar AS.

Sementara itu, minat asing kepada Surat Utang Negara (SUN) dan pasar saham hingga kini belum pulih juga. Tengoklah di pasar saham asing hanya membukukan net beli sebesar 1,5 juta dollar AS saja. Tak heran kalau perdagangan di pasar saham masih sepi-sepi saja. Selama kuartal pertama tahun ini, rata-rata perdagangan harian di pasar saham hanya sebesar Rp 1,59 triliun saja, turun dibandingkan rata-rata perdagangan harian pada kuartal terakhir tahun lalu yang masih bisa membukukan transaksi sebesar Rp 2,6 triliun per hari.
Sementara itu, dana asing yang nongkrong di SUN tercatat sebesar 6,64 miliar dollar AS atau turun dibandingkan pencapaian pada akhir tahun lalu sebesar 7,8 miliar dollar AS.

Masuknya kembali asing ke Indonesia ke instrumen jangka pendek ini tentu saja hanya ingin mengail keuntungan dari selisih suku bunga yang cukup besar. Maklumlah, Indonesia masih bisa menawarkan bunga sebesar 7,5 persen. Sangat jauh bila dibandingkan suku bunga The Fed yang sudah hampir menyentuh level 0 persen.

Bila masuknya asing ke Indonesia karena faktor fundamental ekonomi, mereka tentunya tidak akan memborong SBI. Namun, mereka akan masuk ke SUN atau berinvestasi langsung dengan jangka waktu yang lebih panjang. (Novrida Manurung/Kontan)

Kompas

- Muhammad Idham Azhari

No comments: