BLOGSPOT atas

Sunday, April 5, 2009

Investasi & Keuangan: Perilaku Orang Kaya

Minggu, 5 April 2009 | 02:57 WIB

Elvyn G Masassya Praktisi keuangan

Benar, yang namanya orang kaya juga manusia biasa. Sebagai manusia biasa pasti ada sisi baik dan ada juga sisi buruknya. Lantas, bagaimana perilaku orang-orang kaya yang layak dijadikan referensi? Sebagian sudah diulas dalam tulisan dua pekan silam. Kali ini akan kita bahas hal lain untuk melengkapi.

Bekerja lebih keras. Benar, sebagian orang menjadi kaya karena mendapatkan limpahan warisan keluarga. Tetapi, jauh lebih banyak mereka yang menjadi kaya karena bekerja lebih keras dari orang kebanyakan. Bekerja lebih keras di sini artinya secara fisik dan pemikiran. Mereka juga melakukan banyak pengorbanan materi maupun nonmateri. Mereka bergaul lebih luas, membangun jejaring dengan banyak orang. Mereka meluangkan waktu dan menepiskan kesenangan pribadi.

Singkatnya, bekerja lebih keras dan lebih cerdas mestinya akan memberikan hasil yang lebih banyak ketimbang orang yang tidak bekerja keras. Dan ini dimulai dari niat untuk kemudian dilaksanakan konsisten.

Kekayaan sebagai ”sahabat”

Orang kaya yang bekerja keras, memahami kekayaan yang mereka peroleh bukanlah imbalan atau hadiah, melainkan akibat atau konsekuensi dari apa yang diperbuat. Dengan demikian, kekayaan bukanlah sesuatu yang ditunggu dan atau diberikan pihak lain, tetapi sesuatu yang diraih dengan perencanaan.

Dampaknya, kekayaan tidak menjadi ”orang asing”, melainkan sahabat yang ditunggu kedatangannya. Konkretnya, ”sahabat” tidak diperoleh seketika, tetapi melalui pertemanan lama dan kemudian ada kecocokan.

Demikian pula dengan kekayaan. Yang datang dengan tiba-tiba akan mudah perginya. Tetapi, ketika kekayaan berproses seperti terjalinnya persahabatan, ia akan berpeluang menjadi langgeng. Dalam pengertian sehari-hari, kekayaan sebagai ”sahabat” haruslah dirawat. Tidak boros. Atau tidak semena-mena menghabiskan kekayaan, apa pun alasannya.

Uang menghasilkan uang. Sebagian besar orang kaya sangat paham, uang yang dia peroleh bukan semata-mata untuk dibelanjakan, melainkan untuk diproduktifkan sehingga kembali menghasilkan uang. Dus, jangan heran, jika Anda berhubungan dengan orang kaya dan meminta uang pada mereka, mungkin akan berkesan sangat pelit. Atau jika orang kaya tersebut memiliki perusahaan, ia juga tidak akan mudah menaikkan gaji karyawan tanpa alasan yang jelas.

Di sisi lain, orang kaya juga bisa menjadi sangat royal jika berdampak pada peningkatan kekayaan. Misalnya, orang kaya akan memberi bantuan kepada lingkungannya dalam bentuk tanggung jawab sosial. Ketika lingkungannya menjadi damai, orang kaya itu bisa berbisnis dengan leluasa yang muaranya menghasilkan uang lebih besar.

Begitu pula ketika berinvestasi. Orang kaya sangat memperhitungkan berapa persen hasil akan diperoleh. Kita mungkin akan mengatakan, kenapa sepertinya ”serakah” sekali. Padahal, yang mereka lakukan adalah konsep uang menghasilkan uang. Konsep ini bisa dilakukan siapa saja yang memiliki penghasilan, termasuk karyawan/wati yang menerima gaji tetap. Tidak mungkin menjadi kaya jika seluruh gaji dihabiskan untuk berbelanja, tidak diproduktifkan lagi untuk menjadi uang. Begitu prinsipnya.

Uang bukan segalanya

Pandangan semacam ini juga dimiliki banyak orang kaya. Kendati untuk memperoleh kekayaan itu mereka bekerja keras, bahkan lebih keras dibandingkan orang kebanyakan dan kemudian uang yang mereka peroleh diproduktifkan lagi maksimal serta menjadikan kekayaan sebagai ”sahabat”, tetapi uang bukanlah solusi terhadap semua permasalahan hidup.

Uang bisa membeli mobil, misalnya, tetapi tidak bisa membeli kesehatan. Uang bisa membeli rumah mewah dan kamar tidur nyaman, tetapi tidak menjamin pemiliknya tidur nyenyak. Konkretnya, menjadi kaya adalah perlu, tetapi proses perjalanan menjadi kaya tetap dilakukan dengan rasa bahagia.

Uang dan kekayaan hanyalah sekadar alat mencapai tujuan hidup melalui tujuan keuangan. Jika uang telah dimiliki, maka uang juga mesti digunakan meningkatkan kualitas hidup, kesehatan, dan kebahagiaan. Singkatnya, uang bukan menjadi tujuan, bukan segalanya, melainkan sebagai alat semata.

Menjadi kaya melalui proses yang disiapkan. Di sekitar Anda pasti ada kalangan yang sebenarnya kaya raya, tetapi perilakunya sama sekali tidak mencerminkan kelas sosial orang kaya. Kenapa? Karena ketika seseorang menjadi kaya, mestinya juga ada perbaikan dalam tatanan sosialnya, kemampuan meningkatkan edukasi, kemampuan lebih memiliki tata krama. Apalagi, jika kekayaan itu diraih melalui cara yang dipaparkan di atas. Dus, ada prosesnya.

Hal itu berbeda dari orang yang menjadi kaya tiba-tiba. Biasanya mereka tidak siap menjadi kaya. Demikian juga dengan kalangan yang ingin menjadi kaya melalui investasi instan. Main saham dalam jumlah besar, lalu mengalami kerugian, dan kemudian susah tidur atau malah bunuh diri. Kalangan seperti ini jelas sebenarnya belum siap menjadi kaya.

Karena itu, jika Anda ingin menjadi kaya, persiapannya mesti dilakukan, bukan saja dalam pengelolaan uang itu sendiri, melainkan juga mengelola perilaku diri. Selamat mencoba.

Kompas

No comments: