BLOGSPOT atas

Sunday, February 1, 2009

"The Power of Kepepet", Cara Ampuh Rintis Usaha

Minggu, 1 Februari 2009 | 12:19 WIB

Ketika sejumlah motivasi membuka usaha hanya menawarkan sisi 'impian' atau 'iming-iming', besar kemungkinan untuk tak mengimplementasikannya. Maka 'kepepet' adalah sisi motivasi yang tak terbantahkan. Setidaknya, hal inilah yang diungkapkan oleh motivator Jaya Setiabudi di acara bedah bukunya dalam rangkaian Kompas Gramedia Fair di Istora Gelora Bung Karno Senayan Jakarta, Sabtu (31/1).

Jaya mengklaim kekuatan 'kepepet' ini sebagai cara tercepat dan terampuh untuk mendorong seseorang berani memulai usahanya dan menghasilkan omset paling tidak Rp 10 juta. Apa rahasianya? Menurut Jaya, kreativitas manusia muncul ketika dirinya dalam keadaan terdesak. Keadaan inilah yang didefinisikannya sebagai 'kepepet'.

Oleh karena itu, Jaya mendesak setiap orang yang mau jadi seorang pengusaha untuk menempatkan diri dalam keadaan kepepet. "Misalnya membayangkan seolah-olah orang tua kita itu akan di-PHK atau seolah-olah orang tua kita akan meninggal dan kita akan sangat menyesal karena belum membahagiakan dia, itu power of kepepet. Tentu saja hanya visualisasi ya bukan kenyataan," tutur Jaya.

Maksud Jaya, dalam kondisi seperti ini, modal sebagai faktor kendala nomor satu untuk mengimplementasikan cita-cita usaha pasti akan diusahakan semaksimal mungkin. Jaya sempat memperlihatkan sebuah tayangan singkat tentang orang yang bisa memanjat dengan cepat setinggi lima meter karena dikejar oleh macan. "Itulah the power of kepepet," ujar Jaya.

Cara pertamanya, tentu saja harus menciptakan kondisi kepepet bagi diri sendiri, misalnya dengan menawar sebuah kios atau ruko meski tak punya uang. Memulai dengan bertanya, menawar harga dan membayar uang mukanya dengan uang yang dimiliki, tentu tak merepotkan. Yang merepotkan adalah proses setelah itu. Jika sudah sampai tahap ini, Jaya menegaskan bahwa seseorang sudah masuk dalam keadaan kepepet.

Kemudian, Jaya mendorong untuk terus maju. Tetapkan target terlebih dahulu sebelum membuat rencana. Tentu saja, bagi orang awam, 'ajaran' Jaya dinilai nekat. Tak cukup modal dan belum berencana kok berani-beraninya mulai usaha. Namun, justru di sinilah seninya, ungkap Jaya. "Di sini kita berlatih memelarkan otak," tandas Jaya sambil tertawa.

Namun, di sisi lain, Jaya tetap menganjurkan prinsip merintis dari bawah dengan hanya memanfaatkan harta benda yang sudah dimiliki mampu menghasilkan omset minimal Rp 3 juta misalnya. Mencoba bisnis makanan, lebih baik. Karena untung bisnis ini biasanya lebih dari 100 persen. Lalu berkreativitaslah untuk menciptakan iklan gratis. Misalnya, meminta sepupu atau keponakan yang masih remaja untuk mengirim salam dan me-request lagu di salah satu stasiun radio.

"Minta aja ke mereka ngirim salam misalnya untuk Bakmi Mbah Mo yang enak banget, salam sayang ya," ujar Jaya kocak. "Kalau sepuluh anak saja yang begitu, terkenal kan," lanjutnya diikuti gelak tawa peserta bedah buku.

Satu strategi yang agak berbeda dengan cara sebelumnya adalah berusaha bukan dari titik nol dengan menawarkan sistem franchise kepada kios-kios kuliner yang cukup laku namun belum memiliki cabang di tempat lain. Jaya sudah membuktikannya sejak memulai bisnis di tahun 1998.

Jatuh bangun juga dialaminya namun dia tak menyerah. Kemudian dia membagikan pengalamannya ini di kelas-kelas Enterpreneur Camp yang didirikannya. Barulah sekitar 2.5-3 tahun yang lalu, buku ini baru ditulis. "Tentu saja ini terlebih dahulu saya uji coba di 40 kota di Indonesia melalui 20 kelas seperti tahun lalu karena saya takut buku ini nggak proven kan," tandas Jaya.

LIN

Kompas

Komentar: "Ide yang baik untuk menciptakan situasi yang kepepet, ilmu diatas sebelumnya sudah dilontarkan oleh Purdi E. Chandra dengan trademark nya 'Cara Gila Jadi Pengusaha' dan komunitas pengusaha nya 'Entrepreneur University'. Untuk Anda yang tidak memiliki daya juang yang tinggi dan dukungan dari keluarga, jangan coba-coba melakukan ide diatas....bisa melarat nantinya....kalau mau coba lebih baik gunakan dana menganggur, bukan dana kebutuhan sehari-hari yang dipakai. Keuntungan yang lumayan bisa dilihat kalau usaha sudah berjalan 1 tahun, bukan 1 bulan..2 bulan atau kurang dari 1 tahun. Kalau mau bener2 gila (pensiun dini tanpa ada dana cadangan, jual semua aset, dll) silahkan tanggung sendiri....... "

No comments: