Adler Haymans Manurung
Selasa lalu, pemerintah melakukan buy back
Buy back atas obligasi dimaksud untuk mengurangi biaya yang dikeluarkan pemerintah. Dengan buy back, pemerintah bisa mengganti obligasi yang lebih murah kuponnya. Obligasi ini mempunyai kupon 9 persen sehingga harga obligasi pasti di atas 100 dikarenakan tingkat bunga yang berlaku saat ini sekitar 6 persen.
Sebelum pelaksanaan lelang buy back obligasi tersebut telah terjadi kenaikan harga obligasi sekitar 2 persen dalam satu sampai dua minggu. Harga obligasi ini sebenarnya ditransaksikan pada harga 105, tetapi belakangan mengalami kenaikan menjadi 107. Kenaikan ini cukup besar dan mengagetkan beberapa investor yang memegang obligasi tersebut dan merasa senang karena pemerintah membeli obligasi tersebut lebih mahal dari harga wajar.
Kenaikan harga ini mengakibatkan kenaikan yield yang diperoleh investor. Pada obligasi berlaku hukum apabila yield semakin tinggi, harga obligasi semakin rendah dan sebaliknya; apabila harga meningkat, yield semakin rendah. Namun, kali ini kenaikan harga tersebut membuat yield yang diperoleh investor semakin meningkat.
Investor yang melakukan investasi pada obligasi bisa dilakukan dengan dua kelompok besar, yaitu untuk transaksi dagang (trading) dan investasi jangka panjang. Jika melakukan obligasi sebagai trading, investor tersebut harus sering kali menggunakan momentum yang ada. Momentum tersebut dipergunakan untuk mendapatkan yield lebih besar. Misalkan, investor harus menjual obligasi tersebut karena mendapat yield lebih besar dan bisa memindahkan dananya pada instrumen investasi yang sesuai yield pada obligasi tersebut.
Momentum yang ada saat ini adalah adanya buy back pemerintah atas obligasi yang beredar di pasar modal tersebut. Pada sisi lain, pemain obligasi cukup terbatas dan bisa memainkan harga obligasi tersebut. Hukum penawaran dan permintaan juga terjadi pada buy back obligasi ini sehingga harga obligasi mengalami kenaikan. Permintaan datang dari pemerintah yang ingin membeli obligasi dan pemilik obligasi mengetahuinya dan kebetulan pemerintah mengumumkannya sehingga pemegang obligasi mencoba mendongkrak harga agar memperoleh yield yang lebih besar.
Secara kebetulan pemegang obligasi tersebut paling banyak asing dan mereka umumnya jauh lebih pintar dari investor lokal sehingga menaikkan harga obligasi ini untuk kepentingan asing tersebut dapat dilaksanakan.
Asing sangat pintar melakukan transaksi obligasi, sementara lokal mempunyai pengetahuan yang minim. Oleh karenanya, teori pergerakan pasar yang biasanya tidak bisa diintervensi oleh pihak-pihak tertentu akan berbeda pada pasar ini dikarenakan pemegang obligasi bisa mendikte pasar, di mana dalam kasus ini pemerintah untuk membeli obligasi tersebut.
Variabel lain yang perlu diketahui investor dalam rangka investasi pada obligasi ini adalah kepemilikan obligasi tersebut. Kepemilikan obligasi yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah alokasi kepemilikan obligasi, baik saat ditawarkan maupun pada saat sekarang. Apabila kepemilikan obligasi umumnya pada pemegang yang pintar, pada saat di-buy back akan memberikan harga lebih tinggi dari harga wajarnya.
Selanjutnya, investor yang melakukan investasi pada obligasi untuk investasi jangka panjang, maka investor harus memahami berbagai indikator ekonomi yang bisa membantu investor untuk mendapatkan capital gain atau lebih luasnya tingkat pengembalian yang lebih besar.
Isu sentral bertransaksi obligasi adalah investor harus memahami pergerakan tingkat bunga. Tingkat bunga ini sangat memengaruhi keputusan investor untuk berinvestasi pada obligasi dan juga saham. Jika tingkat bunga yang berlaku naik, investor akan meningkatkan yield yang diharapkannya dan sebaliknya tingkat yield tersebut akan turun bila tingkat bunga tersebut mengalami kenaikan.
Investor jangka panjang biasanya menggunakan tiga strategi untuk mendapatkan keuntungannya. Investor tersebut biasanya harus mengetahui arah tingkat bunga yang akan terjadi pada masa mendatang. Arah tingkat bunga ini sangat penting. Dengan mengetahui arah tingkat bunga, investor akan bisa melakukan perubahan obligasi jika arah tingkat bunga tersebut diketahui investor.
Apabila mengetahui arah tingkat bunga minimum tiga bulan ke depan, investor bisa mengambil tindakan saat ini. Jika tingkat bunga akan mengalami kenaikan pada masa mendatang, harga obligasi akan turun. Akibatnya, investor harus mengubah obligasinya agar penurunan harga obligasinya tidak cukup besar. Sebaliknya, jika tingkat bunga turun, harga obligasi mengalami peningkatan dan investor mengharapkan kenaikan harga yang tajam.
Selanjutnya, investor harus mengetahui waktu perubahan tingkat bunga. Jika waktu perubahan tingkat bunga pada besok hari atau satu minggu ke depan, investor tidak bisa melakukan tindakan yang memberikan keuntungan lebih besar bahkan banyak pihak menyatakan bahwa tindakannya tidak berguna.
Akhirnya, investor harus mengetahui besaran perubahan tingkat bunga agar ia bisa mengambil tindakan yang lebih jelas. Jika perubahan tingkat bunga kecil, investor kemungkinan tidak akan melakukan apa-apa. Jika perubahan tingkat suku bunga besar, investor sangat perlu melakukan tindakan untuk kepentingan portofolio obligasi.KOMPAS
No comments:
Post a Comment