BLOGSPOT atas

Sunday, October 31, 2010

Transaksi Obligasi

Minggu, 31 Oktober 2010 | 04:02 WIB

Adler Haymans Manurung - praktisi keuangan

Selasa lalu, pemerintah melakukan buy back atas obligasi FR0049 yang pernah ditawarkan atau telah dimiliki masyarakat. Obligasi ini jatuh tempo pada 15 September 2013, artinya investor akan mendapat pelunasan lebih awal (tiga tahun lebih cepat) karena pembayarannya hasil lelang selasa lalu.

Buy back atas obligasi dimaksud untuk mengurangi biaya yang dikeluarkan pemerintah. Dengan buy back, pemerintah bisa mengganti obligasi yang lebih murah kuponnya. Obligasi ini mempunyai kupon 9 persen sehingga harga obligasi pasti di atas 100 dikarenakan tingkat bunga yang berlaku saat ini sekitar 6 persen.

Sebelum pelaksanaan lelang buy back obligasi tersebut telah terjadi kenaikan harga obligasi sekitar 2 persen dalam satu sampai dua minggu. Harga obligasi ini sebenarnya ditransaksikan pada harga 105, tetapi belakangan mengalami kenaikan menjadi 107. Kenaikan ini cukup besar dan mengagetkan beberapa investor yang memegang obligasi tersebut dan merasa senang karena pemerintah membeli obligasi tersebut lebih mahal dari harga wajar.

Kenaikan harga ini mengakibatkan kenaikan yield yang diperoleh investor. Pada obligasi berlaku hukum apabila yield semakin tinggi, harga obligasi semakin rendah dan sebaliknya; apabila harga meningkat, yield semakin rendah. Namun, kali ini kenaikan harga tersebut membuat yield yang diperoleh investor semakin meningkat.

Investor yang melakukan investasi pada obligasi bisa dilakukan dengan dua kelompok besar, yaitu untuk transaksi dagang (trading) dan investasi jangka panjang. Jika melakukan obligasi sebagai trading, investor tersebut harus sering kali menggunakan momentum yang ada. Momentum tersebut dipergunakan untuk mendapatkan yield lebih besar. Misalkan, investor harus menjual obligasi tersebut karena mendapat yield lebih besar dan bisa memindahkan dananya pada instrumen investasi yang sesuai yield pada obligasi tersebut.

Momentum yang ada saat ini adalah adanya buy back pemerintah atas obligasi yang beredar di pasar modal tersebut. Pada sisi lain, pemain obligasi cukup terbatas dan bisa memainkan harga obligasi tersebut. Hukum penawaran dan permintaan juga terjadi pada buy back obligasi ini sehingga harga obligasi mengalami kenaikan. Permintaan datang dari pemerintah yang ingin membeli obligasi dan pemilik obligasi mengetahuinya dan kebetulan pemerintah mengumumkannya sehingga pemegang obligasi mencoba mendongkrak harga agar memperoleh yield yang lebih besar.

Investor asing

Secara kebetulan pemegang obligasi tersebut paling banyak asing dan mereka umumnya jauh lebih pintar dari investor lokal sehingga menaikkan harga obligasi ini untuk kepentingan asing tersebut dapat dilaksanakan.

Asing sangat pintar melakukan transaksi obligasi, sementara lokal mempunyai pengetahuan yang minim. Oleh karenanya, teori pergerakan pasar yang biasanya tidak bisa diintervensi oleh pihak-pihak tertentu akan berbeda pada pasar ini dikarenakan pemegang obligasi bisa mendikte pasar, di mana dalam kasus ini pemerintah untuk membeli obligasi tersebut.

Variabel lain yang perlu diketahui investor dalam rangka investasi pada obligasi ini adalah kepemilikan obligasi tersebut. Kepemilikan obligasi yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah alokasi kepemilikan obligasi, baik saat ditawarkan maupun pada saat sekarang. Apabila kepemilikan obligasi umumnya pada pemegang yang pintar, pada saat di-buy back akan memberikan harga lebih tinggi dari harga wajarnya.

Selanjutnya, investor yang melakukan investasi pada obligasi untuk investasi jangka panjang, maka investor harus memahami berbagai indikator ekonomi yang bisa membantu investor untuk mendapatkan capital gain atau lebih luasnya tingkat pengembalian yang lebih besar.

Isu sentral bertransaksi obligasi adalah investor harus memahami pergerakan tingkat bunga. Tingkat bunga ini sangat memengaruhi keputusan investor untuk berinvestasi pada obligasi dan juga saham. Jika tingkat bunga yang berlaku naik, investor akan meningkatkan yield yang diharapkannya dan sebaliknya tingkat yield tersebut akan turun bila tingkat bunga tersebut mengalami kenaikan.

Arah tingkat bunga

Investor jangka panjang biasanya menggunakan tiga strategi untuk mendapatkan keuntungannya. Investor tersebut biasanya harus mengetahui arah tingkat bunga yang akan terjadi pada masa mendatang. Arah tingkat bunga ini sangat penting. Dengan mengetahui arah tingkat bunga, investor akan bisa melakukan perubahan obligasi jika arah tingkat bunga tersebut diketahui investor.

Apabila mengetahui arah tingkat bunga minimum tiga bulan ke depan, investor bisa mengambil tindakan saat ini. Jika tingkat bunga akan mengalami kenaikan pada masa mendatang, harga obligasi akan turun. Akibatnya, investor harus mengubah obligasinya agar penurunan harga obligasinya tidak cukup besar. Sebaliknya, jika tingkat bunga turun, harga obligasi mengalami peningkatan dan investor mengharapkan kenaikan harga yang tajam.

Selanjutnya, investor harus mengetahui waktu perubahan tingkat bunga. Jika waktu perubahan tingkat bunga pada besok hari atau satu minggu ke depan, investor tidak bisa melakukan tindakan yang memberikan keuntungan lebih besar bahkan banyak pihak menyatakan bahwa tindakannya tidak berguna.

Akhirnya, investor harus mengetahui besaran perubahan tingkat bunga agar ia bisa mengambil tindakan yang lebih jelas. Jika perubahan tingkat bunga kecil, investor kemungkinan tidak akan melakukan apa-apa. Jika perubahan tingkat suku bunga besar, investor sangat perlu melakukan tindakan untuk kepentingan portofolio obligasi.

KOMPAS

Tuesday, October 26, 2010

Orang Terkaya: Wah, Buffet Tengah Cari Pengganti

Selasa, 26 Oktober 2010 | 18:51 WIB

WASHINGTON, KOMPAS.com — Rencana Warren Buffet untuk suksesi dari bisnisnya kian nyata. Kemarin, orang terkaya nomor dua versi Forbes ini menunjuk salah seorang hedge fund manager di Connecticut yang memiliki pengalaman asuransi untuk menangani porsi yang sangat signifikan dari portofolio investasi Berkshire Hathaway.

Dalam pernyataannya, Berkshire menunjuk Todd Combs (39) sebagai manajer investasi. Asal tahu saja, berdasarkan informasi yang dikirimkan kepada sejumlah investor, Combs sudah berpengalaman menangani saham di sektor finansial senilai 400 juta dollar AS di Castle Point Capital Greenwich.

Belakangan, Buffet (80) memang tengah mencari kandidat yang bisa mengambil alih semua tugasnya pada saat dia mengundurkan diri dari dunia bisnis. Buffet juga pernah bilang, semua tanggung jawabnya sudah dibagi kepada tiga orang kepercayaannya terkait kematian atau masa pensiun. (Kontan/Barratut Taqiyyah)

KOMPAS

- Muhammad Idham Azhari

Sunday, October 24, 2010

Memahami Perilaku Saham

Minggu, 24 Oktober 2010 | 04:59 WIB

Elvyn G Masassya - Praktisi Keuangan

Dalam dua tulisan terdahulu telah dibahas tentang investasi saham untuk pemula dan juga bagaimana memilih saham yang potensial. Apakah dengan memahami hal mendasar tersebut sudah memberi garansi bagi Anda untuk sukses dalam investasi saham? Sama sekali tidak.

Sehebat apa pun kemampuan dan pengetahuan Anda tentang saham, tidak merupakan jaminan kalau Anda membeli saham, pasti saham tersebut akan mengalami kenaikan harga. Kenapa? Karena harga saham esok hari adalah sebuah misteri. Karena harga tersebut belum terjadi. Tetapi dengan meningkatkan pengetahuan dan pengalaman dalam bermain saham, biasanya akan memberikan ”insting” bagi Anda untuk lebih memahami perilaku saham dan pergerakan harganya.

Oleh karena itu, paparan berikut akan melanjutkan analisa perihal saham, khususnya bagaimana membentuk portofolio saham, lalu mendeteksi perilaku terbentuknya harga dan momentum untuk membeli saham.

Pertama, membentuk portofolio saham. Seperti konsep diversifikasi yang mengatakan jangan pernah menaruh telur dalam satu keranjang, maka saham-saham yang akan Anda beli juga mesti terdiri atas bermacam jenis dan juga bermacam tujuan. Artinya, jika Anda memiliki dana Rp 100 juta untuk berinvestasi saham, dana tersebut mesti dibagi dulu, berapa yang akan dialokasikan untuk saham yang hendak dipegang dalam jangka pendek atau trading serta jangka menengah panjang, dengan harapan harga saham tersebut terus meningkat.

Jika Anda tergolong pemula, ada baiknya sebagian besar dana dipakai untuk membeli saham-saham yang berkategori growth stock, atau saham-saham yang akan bertumbuh dalam jangka menengah panjang.

Bagaimana caranya? Belilah saham yang fundamental bagus tetapi harganya masih relatif reƱdah. Memang saham jenis begini belum tentu akan mengalami perubahan harga secara cepat, atau malah belum tentu banyak ditransaksikan. Namun jika ”muatan” saham tersebut alias kinerja emiten cemerlang, biasanya akan mengalami peningkatan harga menjelang RUPS (rapat umum pemegang saham) tahunan, dan apalagi jika ada berita pembagian dividen kepada pemegang saham.

Yang tergolong growth stock itu sendiri tidak mesti saham berkategori blue chip yang harganya kebanyakan relatif mahal, tetapi juga saham-saham yang berada pada kategori second liner alias saham lapis kedua, atau dengan kapitalisasi pasar lebih rendah. Apa itu kapitalisasi pasar? Kapitalisasi pasar adalah hasil perkalian harga saham dengan jumlah lembar saham yang diperdagangkan di pasar modal. Bagi sebagian investor, kapitalisasi pasar dianggap tergolong besar jika angkanya berada di atas Rp 2 triliun.

Bagaimana dengan saham-saham yang kapitalisasi pasarnya di bawah itu? Tidak masalah, tetap bisa dipilih sepanjang tergolong growth stock. Kesimpulannya, portofolio saham yang hendak Anda bentuk sebaiknya sebagian besar terdiri atas growth stock, misalnya 60-70 persen. Sisanya adalah saham yang bisa Anda beli dan jual setiap saat sesuai pergerakan harga di pasar. Dengan kata lain, Anda boleh menjadi trader tetapi hanya mentransaksikan 30-40 persen dari alokasi total dana Anda di pasar saham.

Kedua, memilih saham untuk trading. Seorang investor di pasar saham baru akan merasakan denyut jantung pasar jika sudah melakukan perdagangan saham secara sering. Artinya, jual beli saham dengan mengambil kesempatan dari pergerakan harga yang bisa terjadi dalam hitungan jam, hari, ataupun pekan. Semakin sering melakukan transaksi, maka pemahaman investor terhadap perilaku saham, khususnya pergerakan harga, akan semakin dalam. Itu sebabnya, kendati Anda memilih menjadi growth investor ataupun value investor, tidak ada salahnya sedikit dana Anda dipakai untuk melakukan trading saham. Tinggal masalahnya bagaimana memilih saham yang akan dibeli dan kapan saham itu dibeli.

Untuk itu tentu Anda pahami dulu karakteristik terbentuknya harga. Yang paling mendasar adalah bid dan offer atau permintaan dan penawaran. Sama seperti jual beli pasar di riel, saham juga merupakan sebuah ”produk”, di mana ada yang menjadi pihak pembeli dan pihak penjual. Dan pembeliannya juga dengan cara tawar-menawar hingga terbentuk harga untuk transaksinya.

Sebutlah saham ”A”, memiliki harga permintaan sebesar Rp 300 per lembar dan penawaran sebesar Rp 310 per lembar. Artinya, peminat ingin membeli saham tersebut dengan harga Rp 300, tetapi penjual menawarkannya Rp 310. Bagaimana harga yang terbentuk? Tergantung jumlah peminat dibandingkan dengan jumlah penawar. Jika peminat lebih besar, bisa jadi harga yang terbentuk untuk transaksi adalah Rp 310. Sebaliknya, jika penawar lebih besar jumlahnya, harga yang terjadi adalah di Rp 300. Inilah salah satu kunci untuk mendeteksi tendensi pergerakan harga dalam perdagangan saham, yakni volume bid dan offer.

Kesalahan yang dilakukan para pemula dalam bermain saham biasanya adalah tidak selalu mencari informasi mengenai volume bid dan offer dari sebuah saham. Investor pemula biasanya hanya melihat pergerakan harga saham. Ketika harga bergerak naik, mereka ikut serta membeli dengan harapan harga naik terus. Padahal, harga akan segera berubah jika volume bid dan offer berubah. Oleh karena itu, sebelum melakukan transaksi saham, Anda sebaiknya bertanya dulu kepada sales/pihak sekuritas di mana Anda melakukan transaksi, berapa volume bid dan offer dari saham tersebut. Jika volume permintaan lebih besar dari penawaran, harga berpeluang naik. Demikian pula sebaliknya.

Itu baru satu hal mendasar sederhana. Belum lagi soal jumlah pembelian Anda dibandingkan dengan volume permintaan dan penawaran itu sendiri. Volume permintaan dan penawaran mencerminkan ”market likuiditas” dari saham. Kalau volumenya besar, market likuiditasnya bagus. Ini sangat penting sebab kalau Anda membeli saham yang market likuiditasnya kecil, sama saja Anda harus menyimpan saham tersebut sepanjang masa. Apa maksudnya? Karena ketika Anda hendak menjualnya kembali, belum tentu ada investor lain yang mau membeli. Oleh karena itu, selain mengetahui lebih besar mana antara volume permintaan dan penawaran, Anda juga mesti mencermati seberapa besar total volumenya.

Dalam praktiknya, sebagian besar investor yang sudah piawai biasanya akan mengalokasikan dana untuk membeli sebuah saham, maksimal adalah 5 persen dari volume yang terbentuk. Misalnya, saham ”A”, memiliki bid di harga Rp 300, dengan volume 10.000 lot (5 juta lembar), maka Anda layak ikut serta menawar dengan volume sekitar 5 persen, atau 500 lot saja. Kenapa? Karena Anda harus ”berkelahi” dengan peminat yang lain untuk mendapatkan saham tersebut. Jika jumlah yang Anda beli semakin besar, semakin sulit juga mendapatkannya, apalagi jika volume penawaran jauh di bawah volume permintaan.

Selamat mencoba.

KOMPAS

- Muhammad Idham Azhari

Tuesday, October 19, 2010

Mimsy, Tas Lokal yang Mendunia

Selasa, 19/10/2010 | 09:33 WIB
KOMPAS.com — Christyna Theosa awalnya adalah seorang mahasiswi yang berkuliah di Amerika Serikat, yang tidak puas dengan clutch yang banyak ditemukannya di pasaran. Menurutnya, clutch yang dijual di pasaran tidak sesuai dengan seleranya, dan harganya terlalu mahal. Selain itu, kebanyakan clutch juga hanya cocok dikenakan pada satu jenis acara saja, entah formal, atau kasual. Jarang ada clutch yang bisa dipakai untuk suasana atau acara apa saja.
Christyna yang kuliah di jurusan grafis, Art Center College of Design Pasadena, akhirnya mulai membuat clutch-nya sendiri dengan label Mimsy pada tahun 2004. Perempuan kelahiran Tuban, 2 Januari 1982, ini banyak bereksperimen dengan bahan dan warna untuk menciptakan desain yang elegan, unik, dan classy, tetapi juga seksi dan funky. Ia mendesain clutch-nya dengan bahan terbaik seperti kulit Italia, kain lace Jepang dan Perancis, pita sutra, beludru, hingga kristal Swarovski. Semua tas dan clutch-nya juga dilapisi dengan bahan suede Italia dan satin. Tas-tas buatannya ini dijual dengan kisaran harga Rp 1,5 juta hingga Rp 7 juta.

Christyna memasarkan koleksinya door to door, sampai akhirnya memutuskan untuk memilih jalur konsinyasi dengan toko tas dan pakaian di daerah Main Street, Santa Monica, CA. "Lingkungan itu adalah daerah perkantoran orang-orang film Hollywood dan studio film," ujarnya.
Tas Mimsy yang bergaya edgy ternyata diminati, dan penjualannya terus melesat. Christyna pun kemudian menyasar pencinta fashion dengan budget terbatas dan membuat label Clementine yang dibanderol Rp 158.000- Rp 600.000-an. Perbedaan ada pada bahan bakunya, "Namun, kualitas sama baiknya," terangnya lagi.

Christyna peduli sekali dengan pemasaran Mimsy dan Clementine sehingga dia pun bekerja sama dengan PR marketing khusus fashion di Los Angeles. Mereka membuat Mimsy ikut serta dalam acara-acara fashion internasional dan mendapat liputan media luar negeri seperti Women’s Weekly (Singapura) dan Fashion Addict (Amerika).
"Brand Mimsy pun jadi dikenal dan order pun datang semakin banyak," ungkapnya lagi. Kini, tas karyanya bisa ditemui di Amerika (New York, Los Angeles, Chicago), Jepang, Malaysia, dan tentunya Indonesia (Grand Indonesia Shopping Town). Koleksi tas ini juga bisa diakses di www.mimsycollections.com.

Saat ini Christyna telah bekerja sama dengan label internasional, seperti Bebe dan Urban Outfitters. Untuk Bebe, dia menciptakan tas Mimsy limited edition. Christyna juga tidak melupakan akarnya sebagai wanita Indonesia, setiap tahun dia menciptakan koleksi tas dengan unsur Indonesia.
"Tahun lalu kita menggunakan batik, tahun ini kita pakai tenun Makassar. Bahkan kita menggelar show khusus untuk koleksi ini di New York," ujarnya bangga.

Perempuan yang juga berprofesi sebagai desainer grafis ini pun berbagi tips untuk desainer yang ingin mengikuti jejaknya, "Never give up, try new things and be original. Kekayaan budaya masih bisa kita kembangkan lebih ke dunia luar," ujarnya menutup pembicaraan.

(Tabloid Nova/Franka)

Editor: Dini

KOMPAS


- Muhammad Idham Azhari

Sunday, October 17, 2010

Bagaimana Transaksi Surat Sanggup?

Minggu, 17 Oktober 2010 | 03:58 WIB

Adler Haymans - Manurung praktisi keuangan

Asing datang membanjiri dana di Indonesia dan ingin membeli surat utang dan saham. Kesempatan ini tidak bisa dilepaskan begitu saja, mengingat selama ini agak susah mendapatkan kredit dari bank. Akibatnya, timbul pertanyaan bagaimana menerbitkan surat sanggup? Bagaimana transaksi surat sanggup dan apa risikonya?

Surat sanggup adalah surat utang yang diterbitkan oleh subyek hukum dan dianggap sebagai instrumen keuangan dan dapat diperjualbelikan. Surat sanggup lebih dikenal di pasar modal sebagai promissory notes. Surat sanggup mempunyai jatuh tempo dan umumnya tidak panjang dan paling panjang kurang dari satu tahun sehingga instrumen keuangan dianggap sebagai instrumen investasi jangka pendek.

Instrumen keuangan ini merupakan sebuah perjanjian atau kontrak antara dua pihak, yaitu penerbit surat sanggup dan investor. Instrumen keuangan harus dibayar oleh penerbit pada saat jatuh tempo dengan tanpa alasan apa pun sesuai dengan nilai yang tertera pada surat sanggup tersebut.

Surat sanggup tidak memerlukan rating (pemeringkat) dari lembaga pemeringkat seperti Pefindo dan Fitch Rating Indonesia. Pemeringkatan dan jatuh tempo ini merupakan perbedaan surat sanggup dengan commercial papers. Investor yang membeli surat sanggup maupun commercial paper pada harga at discount dan diskon tersebut dianggap sebagai bunga.

Misalnya, sebuah surat sanggup mempunyai nilai jatuh tempo sebesar Rp 5 miliar, maka nilai beli surat sanggup harus di bawah Rp 5 miliar, tergantung yield kesepakatan penerbit dengan investor. Bila yield sebesar 5 persen, maka investor akan membayar sebesar diskon bunga dengan periodenya. Bila jatuh tempo investor selama 270 hari, maka investor akan membayar sebesar Rp 4.821.664.465, (Rp.5 miliar/(1+(270/365)*5%)).

Tanpa jaminan

Pada awal penerbitan surat sanggup, penerbit mempunyai itikad baik untuk membayar surat sanggup pada saat jatuh tempo sehingga surat sanggup tidak mempunyai jaminan. Kepercayaan investor terhadap janji tersebut merupakan pegangan investor sehingga investor mau membeli surat sanggup tersebut. Tetapi, belakangan surat sanggup sudah mulai ditambah dengan jaminan karena investor ingin mengurangi risiko yang dihadapinya.

Penerbitan surat sanggup bisa dilakukan sendiri bila penerbit mengetahui pembelinya (investor). Karena investor sangat bervariasi terutama dari segi permintaan, maka sering kali penerbit meminta bank investasi (sekuritas) untuk membantu penerbit menjual surat sanggup tersebut karena sekuritas yang memiliki investor. Untuk jasa sekuritas tersebut diperlukan pembayaran fee sehingga penerbit tidak mau dipusingkan seluruh persoalan penerbitan surat sanggup tersebut.

Bisa diperjualbelikan

Surat sanggup bisa diperjualbelikan sesuai dengan kesepakatan antara pembeli dan penjual tanpa sepengetahuan penerbit, tetapi pembeli harus melakukan konfirmasi kepada penerbit mengenai keabsahan surat sanggup agar pada saat jatuh tempo surat sanggup bisa ditagih kepada penerbit. Agar cepat laku,

penjual kembali akan menggunakan sekuritas karena perusahaan tersebut yang mengetahui investor (pembeli) surat sanggup tersebut. Investor kembali harus membayar fee untuk menjual surat sanggup terkecuali pada awal sudah ada kesepakatan bahwa surat sanggup dijual tanpa bayar fee.

Ketika diterbitkan, surat sanggup tidak mempunyai nama kepemilikan pada surat sanggup sehingga siapa yang membawa surat sanggup menjadi pemiliknya dan berkuasa untuk menagih pada saat jatuh tempo kepada penerbit. Tidak adanya nama tersebut dikarenakan surat sanggup dapat diperjualbelikan dan tidak ada jaminan pihak lain bahwa surat sanggup tersebut akan dibayar pada saat jatuh tempo.

Ketika saat awal pertama transaksi surat sanggup di mana investor membelinya, maka investor harus mentransfer dana sebesar nilai kesepakatan surat sanggup tersebut. Pemegang surat sanggup harus mempunyai bukti transfer atas pembeli surat sanggup dan juga bukti transaksi telah terjadinya jual-beli surat sanggup. Bukti ini sangat diperlukan pada periode jatuh tempo untuk menyatakan telah terjadi transaksi.

Pada saat jatuh tempo, pemegang surat sanggup harus mengajukan surat sanggup untuk menagih utang tersebut dan hanya bisa menagih sebesar nilai yang tertera pada surat sanggup. Penerbit surat sanggup tidak bisa menolak tagihan tersebut karena kewajiban yang harus dibayar. Tindakan ini dilakukan untuk menyatakan bahwa penerbit mempunyai utang kepada pemegang surat sanggup.

Surat sanggup harus ditagih pada saat jatuh tempo dan bila tidak ditagih, tidak ada kewajiban penerbit harus membayar secepatnya dan adanya tambahan pembayaran dikarenakan telat penagihan. Akibatnya, penerbit surat sanggup tidak bertanggung jawab atas kerugian yang dialami pemegang surat sanggup akibat kelalaiannya menagih pada saat jatuh tempo. Pemegang bisa menagih surat sanggup asalkan dengan bukti yang kuat.

Bila terjadi penagihan di luar waktu yang ditentukan bukan pada saat jatuh tempo, maka pemegang surat sanggup tidak bisa mengenakan bunga setelah berakhir jatuh tempo surat sanggup karena tidak ada tertera dalam surat sanggup, terkecuali ada kesepakatan antara penerbit dengan pemegang surat sanggup. Bila ada kesepakatan baru karena belum bisa bayar atau pemegang surat sanggup setuju diperpanjang, maka penerbit surat sanggup harus menerbitkan surat sanggup dengan nilai terbaru sesuai kesepakatan. Jatuh tempo surat sanggup sudah berubah sesuai dengan kesepakatan.

Risiko

Banyak risiko yang dihadapi pemegang surat sanggup, yaitu risiko tingkat bunga, risiko daya beli, dan risiko tidak mampu bayar. Salah satu risiko yang paling besar dari seluruh risiko yang ada adalah risiko tidak mampu bayar walaupun pada awal penerbitan mempunyai itikad baik untuk membayar. Ketidakmampuan membayar dikarenakan faktor internal perusahaan dan faktor lingkungan eksternal perusahaan seperti krisis ekonomi dan keuangan serta kebijakan pemerintah.

Bila surat sanggup tidak mampu dibayar oleh penerbitnya, pemegang surat sanggup dapat melakukan tindakan hukum, misalnya mengajukan kepailitan kepada pengadilan terhadap penerbit surat sanggup bila surat sanggup tersebut tercatat di laporan keuangan penerbit.

KOMPAS

Sunday, October 10, 2010

Jurus Memilih Saham

Minggu, 10 Oktober 2010 | 03:50 WIB

Elvyn G Masassya - Praktisi Keuangan

Paparan berikut ini akan memaparkan lebih jauh langkah berinvestasi di pasar modal. Yang utama adalah bagaimana memilih saham yang akan dibeli dan kapan saham tersebut boleh dibeli. Hal tersebut akan diketahui berdasarkan analisis fundamental serta analisis teknikal dari setiap saham.

Secara sederhana, analisis fundamental adalah untuk mengetahui kinerja dari suatu perusahaan. Dan berdasarkan itu Anda bisa memutuskan apakah saham tersebut layak beli atau tidak. Semakin bagus kinerja dari perusahaan dimaksud, semakin layaklah saham itu untuk dikoleksi. Sedangkan analisis teknikal, akan menggambarkan kapan sebaiknya saham tersebut dibeli dan atau kapan harus dijual. Singkat kata, dalam berinvestasi di pasar modal, tentukan dulu keranjang saham yang layak untuk dibeli. Ini didasarkan atas analisis fundamental. Langkah berikutnya adalah memilih saham-saham mana saja yang akan ditransaksikan.

Tentu saja, kalau harga saham tersebut cukup murah, pada saat itulah saham tersebut Anda beli. Bagaimana langkah-langkah konkretnya?

Pertama, siapkan sekeranjang saham yang siap untuk Anda beli. Caranya sederhana. Cermati analisis para analis pasar modal yang banyak ditulis di berbagai surat kabar. Lalu berdasarkan analisis tersebut, pelan-pelan Anda kumpulkan saham-saham untuk dimasukkan dalam daftar potensi beli bagi portofolio saham Anda. Katakan, Anda sudah memilih 10 saham yang menurut hemat Anda secara fundamental saham-saham tersebut menjanjikan. Apakah langsung boleh dibeli? Jelas tidak. Itu adalah kandidat saham saja. Langkah berikutnya, Anda mesti meneliti kembali saham-saham itu ada di sektor apa saja? Jangan sampai ke-10 saham yang Anda lirik itu berada pada sektor yang sama. Sebab, mereka adalah pesaing, yang kinerjanya bisa saling bertabrakan.

Konketnya, Anda mesti memilih saham-saham dari sektor yang berbeda. Ini disebut dengan diversifikasi sektor. Misalnya, ada saham yang bergerak di perbankan/keuangan, saham di sektor pertambangan, saham di sektor perkebunan, saham di sektor properti, dan lain sebagainya. Tentu saja, belum tentu semua sektor tersebut akan cemerlang. Sebab, faktor ekonomi makro akan memengaruhi kinerja pada masing-masing sektor. Oleh karena itu, pilihlah saham dari sektor-sektor yang karakteristiknya cukup Anda kenal secara pribadi. Ini akan memudahkan Anda mencerna analisis fundamental yang sudah disiapkan para analis.

Setelah Anda memutuskan sektor mana yang menjadi prioritas Anda, barulah kemudian Anda pilih beberapa saham dari sektor-sektor tersebut. Sebagai pemula, tidak perlu memilih banyak saham. Apa lagi jika dana Anda terbatas. Cukup menyiapkan 4-5 saham saja. Misalnya dari dua atau tiga sektor. Dengan demikian, Anda bisa fokus pada saham-saham tersebut.

Alternatif

Sekarang Anda sudah memiliki beberapa alternatif kandidat saham. Akan tetapi, apakah saham-saham tersebut masih cukup murah atau sudah mahal? Ini sangat penting, karena kendati Anda membeli saham bagus, tetapi kalau harganya sudah mahal, potensi kenaikan harganya tinggal sedikit. Oleh karena itu, Anda mesti bisa menentukan saham-saham yang berkualitas, tetapi harganya masih cukup murah.

Bagaimana menentukan sebuah saham murah atau sudah kemahalan? Banyak konsep mengenai hal ini. Namun, pendekatan yang paling sederhana adalah dengan menghitung price earning ratio (PER), atau harga saham tersebut dibandingkan dengan laba perusahaan dimaksud. Saat ini, PER rata-rata di pasar modal adalah sekitar 14 X. Kalau PER saham yang hendak Anda beli masih di bawah 14 X, saham tersebut belum bisa disebut sebagai saham mahal.

Selain itu, Anda juga perlu melihat return on equity (ROE), alias imbal hasil dari modal perusahaan itu sendiri. Beberapa kalangan menganggap ROE yang baik adalah dua kali tingkat suku bunga bank. Kalau saat ini suku bunga berkisar 7 persen, ROE perusahaan mestinya ada di atas 14 persen. Itu berarti, jika ada saham yang ROE-nya di bawah 14 X dan ROE-nya di atas 14 persen, saham tersebut secara fundamental tergolong baik.

Kedua, cermati analisis teknikal dari masing-masing saham yang sudah Anda seleksi secara fundamental. Ini untuk memberikan informasi, kapan saham-saham tersebut mulai bisa Anda koleksi. Bagaimana caranya mencermati analisis teknikal? Banyak analis memberikan gambaran dalam bentuk grafik, bar chart, dan lain sebagainya, yang kemudian akan diimbuhi oleh rekomendasi buy, sell, hold, dan juga target price dari saham dimaksud. Tidak ada yang keliru dari analisa semacam itu. Akan tetapi, tidak juga memberikan jaminan bahwa rekomendasi para analis itu akan jitu dan sesuai dengan kenyataan. Kenapa? Karena harga saham bukan terbentuk dari aspek fundamental saja, tetapi juga dari aspek sentimen pasar. Analisis teknikal menggambarkan terbentuknya sebuah harga yang dikaitkan dengan sentimen pasar pada saat itu. Contohnya, ketika krisis melanda pasar modal di tahun 2008, tidak peduli saham berfundamental bagus ataupun jelek, semuanya mengalami kejatuhan harga. Kenapa demikian? Karena hampir seluruh investor menjual sahamnya dan lebih suka memegang cash. Ini dipicu oleh rasa takut terhadap imbas krisis subprime mortgage yang melanda Amerika Serikat pada waktu itu. Itu berarti, harga yang digambarkan oleh teknikal analisis sangat dipengaruhi oleh suasana kebatinan atau psikologis investor, yang setiap saat bisa berubah.

Namun, lepas dari itu, analisis teknikal bisa memberikan sinyal beli atau sinyal jual dari suatu saham. Dan sinyal itu bisa Anda pertimbangkan untuk kapan membeli atau menjual saham. Bagaimana rumus sederhananya?

Seperti diuraikaan tadi. Banyak konsep yang mengulas soal teknikal analisis, tetapi konsep yang paling sederhana adalah harga saham diperkirakan akan naik kembali setelah menyentuh level paling dasar dari harga yang pernah terbentuk sebelumnya. Dan untuk mengetahui level dasar tersebut, cermati pergerakan harga saham tersebut dalam kurun waktu satu tahun atau enam bulan terakhir. Jika harga saat ini sudah di bawah pergerakan harga rata-ratanya, dan mulai mengalami peningkatan, maka itu bisa dianggap sebagai indikator untuk siap-siap membeli saham dimaksud. Selamat mencoba. ***

KOMPAS

- Muhammad Idham Azhari

Saturday, October 9, 2010

Thursday, October 7, 2010

Mau Sukses Wirausaha? Jangan Jadi Broker

Kamis, 7/10/2010 | 06:55 WIB

KOMPAS.com — Kaya bukan menjadi ukuran kesuksesan sebuah usaha. Wirausaha yang sukses dan bertahan membutuhkan kerja keras yang bukan cuma bermodalkan kepintaran. Jika ingin sukses berbisnis, Anda harus berani memulai dari bawah, berinovasi, cerdas, bekerja keras, dan memiliki strategic thinking.

"Orang Indonesia banyak yang kaya karena menjadi broker. Padahal, yang dibutuhkan untuk membangun wirausaha sukses adalah kerja keras dari bawah dengan inovasi bisnis yang baru. Start small, dream big," papar pengamat ekonomi Aviliani seusai peluncuran program reality show kompetisi wirausaha Diplomat Success Challenge, beberapa waktu lalu.

Pebisnis yang memiliki fondasi kuat akan selalu siap menghadapi kendala. Saat gagal berbisnis, pebisnis tak patah arang dan akan bertahan.

Kompetisi bisnis bisa memotivasi

Selain fondasi yang kuat, dalam berbisnis juga diperlukan kompetisi. Kompetisi bisnis inilah yang meningkatkan motivasi.

"Kalau tak terbiasa bersaing, belum apa-apa sudah merasa down," tambah Aviliani.

Semangat untuk mempertahankan bisnis dalam kondisi sesulit apa pun semakin terasah jika mental kuat. Inilah juga manfaat kompetisi bisnis, selain juga sportivitas yang teruji.

Siap menjadi pengusaha sukses dengan cara ini?

WAF

Editor: Dini
KOMPAS


- Muhammad Idham Azhari

Sunday, October 3, 2010

Transaksi Saham di Pasar Mana?

Minggu, 3 Oktober 2010 | 03:58 WIB

Adler Haymans Manurung - praktisi keuangan

Pertanyaan yang datang adalah di manakah saya harus bertransaksi saham terutama apabila saya membutuhkan dana secepatnya? Pertanyaan ini membuat kita harus membaca secara detail mengenai peraturan pasar saham yang ada di Bursa Efek Indonesia atau BEI.

Pengaturan perdagangan bursa dibuat oleh Bapepam dan BEI, di mana BEI membuat regulasi perdagangannya karena BEI mempunyai tugas utama mempersiapkan perdagangan saham untuk kepentingan investor. BEI dengan peraturan II-A menyatakan bahwa ada tiga pasar yang dipersiapkan bursa.

Pertama, Pasar Reguler adalah pasar di mana perdagangan efek di bursa dilaksanakan berdasarkan proses tawar-menawar secara lelang yang berkesinambungan (continuous auction market) oleh anggota bursa efek melalui JATS dan penyelesaiannya dilakukan pada hari bursa ke-3 setelah terjadinya transaksi bursa.

Untuk melakukan transaksi ini, investor harus menggunakan anggota bursa yang dikenal perusahaan sekuritas. Investor harus mempunyai rekening pada perusahaan sekuritas tersebut sehingga bisa bertransaksi.

Investor juga bisa menggunakan beberapa perusahaan sekuritas untuk melakukan transaksi. Sekarang Bapepam dan bursa melakukan perampingan bahwa investor hanya memiliki satu rekening saja walaupun investor bisa bertransaksi di beberapa perusahaan sekuritas. Namun, tidak salah juga investor mempunyai rekening sendiri di perusahaan sekuritas dan investor harus memonitor rekening tersebut karena tidak ada jaminan.

Sedangkan transaksi yang dilakukan investor di bursa akan mendapat jaminan dikarenakan transaksi tersebut mempunyai uang jaminan yang dikelola oleh perusahaan kliring yang disebut dengan PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia. Apabila ingin membeli/menjual saham, maka investor harus menyampaikannya kepada perusahaan sekuritas untuk disampaikan ke bursa melalui JATS dan menunggu atau langsung mendapatkannya jika ada harga yang cocok untuk harga investor, baik jual maupun beli saham.

Transaksi

Selanjutnya, penyelesaian transaksi akan dilakukan pada hari ke-3 setelah transaksai dilakukan (T+3) di mana investor yang menjual saham mendapatkan dananya dan investor yang membeli saham mendapatkan saham yang diinginkannya. PT KPEI yang menjamin investor mendapatkan dananya jika investor menjual saham dan akan muncul di rekening investor pada T+3. PT KPEI juga menjamin investor untuk mendapatkan saham yang dibelinya bila investor melakukan pembelian.

PT KPEI melakukan kliring atas seluruh transaksi saham setiap harinya sebelum pasar saham dibuka kembali pukul 09.30 pagi.

Perusahaan sekuritas yang menyampaikan transaksi investor tidak bisa melakukan penjualan/pembelian saham tanpa sepengetahuan investor. Perusahaan sekuritas harus mendapatkan kepastian harga dari investor baru bisa melakukan transaksi dan bila perusahaan sekuritas transaksi saham milik investor tanpa sepengetahuan investor, maka perusahaan sekuritas telah melanggar hukum dan kerugian yang terjadi tidak bisa ditimpakan kepada investor.

Kedua, Pasar Tunai adalah pasar di mana perdagangan efek di bursa dilaksanakan berdasarkan proses tawar-menawar secara lelang yang berkesinambungan (continuous auction market) oleh anggota bursa efek melalui JATS dan penyelesaiannya dilakukan pada hari bursa yang sama dengan terjadinya transaksi bursa (T+0). Untuk bertransaksi pada pasar ini, investor harus juga menggunakan perusahaan sekuritas di mana perusahaan sekuritas yang menyampaikan transaksi beli/jual saham ke bursa melalui JATS.

Investor harus menunggu atas instruksi transaksi saham tersebut sampai ada pihak lain yang ingin bertransaksi pada harga yang diinginkan investor.

Saham

Saham investor akan disimpan oleh PT KSEI dan investor akan mendapatkan dana di rekeningnya untuk transaksi saham tunai tersebut. Oleh karenanya, pasar ini sangat cocok bagi investor yang membutuhkan dana pada hari itu juga. Namun, harga tawar-menawarnya akan berbeda dengan harga di pasar reguler. Biasanya investor membuat harga lebih rendah dari harga pada pasar reguler. Kecilnya harga ini dikarenakan banyaknya permintaan dan penawaran yang disebabkan kebutuhan dana. Di sisi lain, investor saham sangat pintar dan memberikan perhitungan tingkat bunga dikarenakan penerima hasil transaksi sekarang ini, sementara pada pasar reguler pada hari yang sama (T+3). Pada pasar ini, investor bisa langsung melakukan transaksi dan harus sepengetahuan bursa agar penyelesaian transaksi dilakukan.

Ketiga, Pasar Negosiasi adalah pasar di mana perdagangan efek di bursa dilaksanakan berdasarkan tawar-menawar langsung secara individual dan tidak secara lelang yang berkesinambungan (non continuous auction market) dan penyelesaiannya dapat dilakukan berdasarkan kesepakatan anggota bursa efek. Investor harus meminta bantuan perusahaan sekuritas untuk melakukan transaksi ini, agar transaksi tercatat dan langsung mengubah kepemilikan. Antarinvestor juga bisa memanfaatkan pasar ini dan masing-masing investor menyampaikan harga yang sudah disepakati dan dinformasikan kepada perusahaan sekuritas di mana investor selalu berinvestasi/bertransaksi saham.

Apabila investor melakukan transaksi pada perusahaan sekuritas yang sama, transaksi ini sangat mudah. Oleh karenanya, transaksi saham pada pasar ini mengharuskan adanya kesepakatan harga di antara perusahaan sekuritas dan juga investornya. Perusahaan sekuritas tidak bisa melakukan transaksi saham pada pasar ini tanpa sepengetahuan investor.

Kerugian yang terjadi atas transaksi saham harus dilihat secara saksama. Bila sepengetahuan investor, akan ditanggung oleh investor dan bila tidak sepengetahuan investor, kerugian harus ditanggung perusahaan sekuritas. Selamat bertransaksi di Bursa Efek Indonesia.

KOMPAS