BLOGSPOT atas

Sunday, May 11, 2008

Relasi dengan Uang

Minggu, 11 Mei 2008 | 02:01 WIB

Elvyn G Masassya praktisi keuangan

Relasi dengan uang sebenarnya merupakan salah satu faktor yang menentukan kesuksesan seseorang dalam pengelolaan keuangan.

Seperti kehidupan berumah tangga, apakah relasi antara suami dan istri berlangsung secara hangat, atau dingin-dingin saja, atau malah saling tidak peduli. Relasi dengan uang pun demikian. Ada yang beranggapan uang adalah segalanya, ada yang menjadikan uang sebagai pelengkap hidup, tetapi ada juga yang tak acuh terhadap uang.

Pola relasi yang berbeda tersebut memberi dampak terhadap kondisi keuangan seseorang, baik secara material maupun psikis. Psikis adalah sikap terhadap uang itu sendiri. Artinya, ada orang yang uangnya sangat banyak, tetapi selalu merasa kurang. Namun, ada pula orang yang uangnya pas-pasan atau bahkan minim, tetapi selalu merasa cukup.

Sikap terhadap uang merupakan buah dari relasi yang tercipta. Relasi itu sendiri ada beberapa sebab. Pertama, pengalaman masa kecil mengenai uang. Kedua, realitas saat mencari uang sendiri. Ketiga, pandangan tentang kebutuhan keuangan pada masa depan.

Pengalaman masa kecil

Mengenai pengalaman masa kecil, boleh jadi Anda melihat betapa orangtua Anda bekerja sangat keras dalam mencari uang. Lalu, Anda sendiri pun hampir tidak pernah diberi uang oleh orangtua kecuali, misalnya, Anda tengah berulang tahun atau tengah merayakan hal-hal tertentu. Implikasinya, mungkin Anda beranggapan uang merupakan benda sangat berharga. Sulit diperoleh dan harus bekerja sangat keras untuk mendapatkannya.

Pada sisi lain, bisa saja berdasar pengalaman Anda sangat mudah mendapatkan uang dari orangtua. Atau Anda melihat orangtua tidak perlu bekerja keras, tetapi memiliki banyak uang. Jika ini pengalaman masa kecil Anda, maka yang tertanam di benak Anda memperoleh uang bukanlah hal sulit.

Lalu, apa makna pengalaman masa kecil tersebut? Sederhana saja. Ketika Anda mulai dewasa, boleh jadi yang Anda alami sangat berbeda dari pengalaman masa kecil.

Apabila Anda bekerja pada sebuah perusahaan, yang Anda peroleh adalah gaji. Satu bulan sekali. Jika saat kecil Anda bisa mendapatkan uang setiap saat atau memiliki pengalaman dengan uang yang menyenangkan, realitas berbeda ini bisa menyebabkan Anda frustrasi karena merasa uang tidak selalu cukup. Dengan kata lain, kebiasaan menghabiskan uang akan terbawa ke masa dewasa Anda. Akhirnya, kehidupan keuangan Anda akan kacau.

Bagaimana jika pengalaman masa kecil terkait uang kurang menyenangkan, tetapi saat dewasa Anda malah cukup mudah mendapatkan uang?

Ada dua kemungkinan. Pertama, Anda akan kaget dan kemudian berperilaku sangat konsumtif dengan menghamburkan uang karena balas dendam pada masa kecil yang sulit, atau mungkin perilaku masa kecil tetap terbawa hingga dewasa dan membuat Anda menjadi sangat pelit.

Pandangan kebutuhan keuangan pada masa datang juga berdampak terhadap pengelolaan keuangan saat ini. Kembali ke contoh di atas. Umpamakan relasi dengan uang pada masa kecil sangat menyenangkan, tetapi setelah dewasa ternyata tidak begitu mudah mendapatkan uang, maka sangat mungkin Anda juga tidak terlalu tertarik memikirkan kebutuhan keuangan masa depan. Alhasil, kehidupan keuangan Anda akan porak-poranda atau, paling tidak, tidak memberi kenyamanan bagi keseharian Anda. Setelah memasuki masa tidak produktif, mungkin Anda terjebak kesulitan keuangan.

Di sisi lain, jika relasi masa kecil tidak karib dengan uang, sementara setelah dewasa Anda cukup mudah memperoleh uang, bisa juga akhirnya terjebak pada pandangan mencari uang bukan hal sulit. Dengan kata lain, Anda tidak berpikir menyiapkan kebutuhan dana masa depan.

Jika contoh di atas mirip dengan yang Anda alami dalam keseharian, dipastikan Anda akan mengalami problem dengan uang. Hanya saja, problem itu bisa terlihat, bisa pula tersembunyi. Oleh karena itu, agar tidak terjebak pada problem keuangan hanya gara-gara mengacu pada pengalaman masa kecil, ada baiknya Anda mengubah pola pikir, sikap, dan relasi terhadap uang. Bagaimana konkretnya?

Uang hanyalah alat bantu untuk memudahkan hidup. Karena itu, uang mesti dikelola berdasarkan realitas Anda saat ini.

Realistis

Jika masa kecil Anda tidak menyenangkan atau malah sangat menyenangkan, lupakan semua itu. Kecuali hanya menyangkut persepsi, pengalaman masa kecil tidak akan memberi pengaruh apa pun dalam realitas Anda setelah dewasa.

Konkretnya, berapa pun uang yang Anda miliki atau hasilkan, itulah yang menjadi alat bantu Anda. Maka, kelolalah alat bantu itu untuk memenuhi kebutuhan keuangan saat ini dan juga masa depan. Caranya?

Tanamkan di benak Anda masa lalu adalah masa lalu. Masa kini adalah masa kini dan masa depan bergantung pada tindakan Anda masa kini. Dengan kata lain, masa depan mesti Anda persiapkan sejak saat ini. Jika saat ini Anda sulit mendapatkan uang, camkan bahwa pada masa depan Anda tidak boleh sulit. Itu artinya sebagian pendapatan Anda mesti disisihkan untuk membiayai kebutuhan di masa depan.

Sebaliknya, apabila saat ini relasi Anda dengan uang sangat nyaman, pastikan relasi itu harus dibina dan itu dilakukan sejak kini. Artinya, masa depan yang nyaman juga tidak datang sendiri. Konkretnya, langkah utama yang selayaknya Anda lakukan adalah mengubah pola pikir mengenai uang. Itu kuncinya jika Anda ingin kehidupan keuangan Anda baik-baik saja.

Kompas

No comments: