BLOGSPOT atas

Sunday, November 16, 2008

Is this the right time to buy stocks? (Investasi di Saat Krisis)















Is this the right time to buy stocks?
Time for invest for the long term? Not daily trading (speculation trading)?
Look at the picture! the picture show us that almost stocks in IDX are in the low prices.
Please read an article below (quoted from daily newspaper "Kompas") for your reference.

Investasi di Saat Krisis

Minggu, 16 November 2008 | 01:46 WIB

Elvyn G Masassya Praktisi keuangan

Tidak bisa dimungkiri, dalam beberapa bulan belakangan cukup banyak kalangan menjadi lebih miskin ketimbang sebelumnya. Nilai aset mereka turun drastis karena berinvestasi di pasar modal dan nilai saham mereka anjlok puluhan persen.

Di sisi lain, dalam beberapa pekan belakangan, cukup banyak juga kalangan yang tiba-tiba bertambah kaya. Mereka membeli saham-saham yang sudah berharga murah dan beberapa saat kemudian menjualnya kembali ketika harga naik dengan nilai keuntungan puluhan persen.

Lantas, apa makna fenomena tersebut? Sederhana saja. Adalah tidak benar jika kondisi saat ini yang diistilahkan sebagai krisis keuangan global menjadikan semua orang terpuruk. Artinya, dalam kondisi krisis ataupun ekonomi tumbuh tinggi, tetap saja memberi kesempatan berinvestasi dan memperoleh keuntungan.

Cermati harga saham di bursa efek. Tatkala indeks harga saham gabungan (IHSG) melorot ke bawah, apakah semua saham juga mengalami kemerosotan harga? Tidak juga. Atau ketika harga IHSG mulai meningkat kembali, apakah semua harga saham juga ikut terkerek. Tidak selalu begitu. Tetap saja ada saham-saham yang harganya naik dan turun, di mana pergerakannya berbanding terbalik dengan pergerakan IHSG.

Fenomena yang sama juga terjadi di sektor riil. Apakah dengan situasi seperti sekarang, semua sektor kinerjanya akan menurun? Apakah semua jenis bisnis akan mengalami masalah?

Bohong jika ada yang mengatakan krisis menghantam semua sektor, tetapi benar berpengaruh terhadap sebagian sektor. Bahkan ada sektor yang semakin berkembang. Bagaimana logikanya?

Sektor yang kinerjanya menurun bisa dengan mudah dipahami. Krisis menurunkan daya beli. Permintaan terhadap produk menurun. Dampak berikutnya, keuntungan perusahaan juga berkurang. Bahkan, bisa saja pada fase berikut tingkat produksi juga akan anjlok. Lebih jauh lagi, kemampuan perusahaan meningkatkan kesejahteraan atau membayar gaji karyawannya menjadi rendah.

Di sisi lain, juga muncul dampak berbeda bagi beberapa sektor. Misalnya, tiba-tiba banyak kalangan merasa terganggu kesehatannya karena stres, lalu permintaan terhadap obat stres meningkat. Berarti industri farmasi akan meningkat.

Atau banyak orang butuh pengetahuan mengenai krisis ekonomi dan dampaknya, lantas seminar tentang krisis tiba-tiba bermunculan. Peminatnya juga sangat banyak. Ringkasnya, dalam setiap kondisi, pasti akan memunculkan persoalan, tetapi juga memunculkan peluang.

Investasi

Lantas, bagaimana dengan investasi? Pada dasarnya, investasi bisa dilakukan kapan saja, dalam situasi apa saja, dan oleh siapa saja. Yang penting, investasi dilakukan sebagai implementasi strategi mencapai tujuan keuangan. Jadi, ada horizon investasinya. Lihat saja kondisi pasar modal saat ini.

Sebagian besar saham yang harganya jatuh sebenarnya adalah saham-saham yang emitennya masih memiliki kinerja fundamental bagus. Bahkan, ada saham yang harganya sudah setengah nilai bukunya. Harga perusahaan dimaksud sudah turun separuh dari nilai yang sebenarnya. Ini tidak masuk akal. Dengan kata lain, harga saham-saham dimaksud memiliki peluang besar untuk kembali meningkat. Masalahnya, kapan harganya akan meningkat kembali? Dalam konteks inilah kita sebaiknya memahami perbedaan makna antara investasi dari spekulasi.

Apa maksudnya? Coba lihat lagi apa yang dipaparkan di bagian atas tulisan ini. Di pasar saham, meskipun kondisi krisis, tetap saja ada kalangan yang bertambah kaya karena keberaniannya membeli saham pada saat harga rendah dan langsung menjualnya tatkala harga meningkat. Investor seperti ini melakukan ”perdagangan” dalam rangka ambil untung.

Apakah itu salah? Tidak juga, tetapi perilaku seperti ini lebih bersifat spekulatif ketimbang investasi yang benar. Ya, spekulatif. Bagaimana kalau tiba-tiba saham yang sudah murah itu tiba-tiba semakin turun harganya? Yang diperoleh jelas bukan untung, tetapi buntung. Dus, agar Anda tidak termasuk kalangan yang merugi seperti itu, ada baiknya dicermati kembali makna investasi dikaitkan dengan situasi krisis seperti sekarang. Bagaimana konkretnya? Begini.

Pertama, pahami krisis bukan sebagai awal kehancuran, melainkan suatu kondisi menuju kesetimbangan baru yang memberi peluang baru. Ini berarti setiap pelaku investasi mesti menentukan tujuan keuangan baru dengan pola yang juga baru, termasuk horizon waktu investasi baru.

Kedua, lupakan keinginan meraup keuntungan dalam jangka pendek karena hal itu lebih bersifat spekulatif. Dalam konteks pasar modal saat ini, misalnya. Kendati ada saham yang mungkin akan memberi keuntungan jangka pendek, akan lebih bijak jika Anda membeli saham tersebut dalam perspektif jangka panjang sebab sudah pasti naiknya.

Logikanya sangat sederhana. Penyebab kejatuhan harga saham adalah karena investor asing yang pulang kembali ke kampung halamannya. Suatu ketika investor asing itu pasti akan berkelana lagi ke Bursa Efek Indonesia. Artinya, mereka akan kembali melakukan aksi beli dan ini akan mendorong harga saham ke titik semula.

Singkatnya, sepanjang saham yang dibeli memiliki fundamental bagus dan dimaksudkan sebagai investasi untuk jangka panjang, peluang meraih keuntungan akan lebih besar.

No comments: