BLOGSPOT atas

Sunday, May 16, 2010

I N V E S T A S I: Investasi Kreativitas

Minggu, 16 Mei 2010 | 03:59 WIB

ELvyn G Masassya, praktisi keuangan

Benar, sebagian kalangan beranggapan bahwa yang namanya investasi mesti bermodalkan uang. Tidak salah memang. Namun, sangat keliru jika investasi semata-mata menyangkut uang. Berapa pun dana yang dimiliki dan diinvestasikan, jika tidak diikuti dengan strategi dan kreativitas, dana tersebut bisa hilang. Di sisi lain, seseorang yang tidak memiliki uang bisa menghasilkan uang jika mampu melakukan investasi kreativitas.

Anda tentu pernah mendengar sebuah grup musik yang berhasil menjual ratusan ribu keping CD dan jutaan pengguna nada sambung pribadi atau ring back tone (RBT) memakai lagu mereka. Sejak itu, grup tersebut menjadi salah satu grup musik yang bukan saja terkenal, tetapi juga kaya raya. Kenapa bisa begitu? Karena mereka telah melakukan investasi kreativitas.

Contoh lain, Anda tentu juga mengetahui seorang penulis novel yang bukunya terjual ratusan ribu kopi dan bahkan buku tersebut dijadikan film. Dampaknya, sama seperti grup musik di atas, sang penulis buku menjadi sangat populer dan juga memperoleh pendapatan luar biasa. Ini juga karena yang bersangkutan melakukan investasi kreativitas.

Jadi, ini sekaligus membuktikan bahwa yang namanya investasi bukan sekadar dalam bentuk penanaman dana. Pertanyaannya, bagaimana melakukan investasi kreativitas sehingga ”imbal hasil” investasinya tidak berbeda jauh dengan investasi konvensional.

Ubah cara pandang

Pertama, mengubah penafsiran tentang investasi dan biaya. Bagi perusahaan, investasi dan biaya ini sangat jelas bedanya. Sebuah perusahaan yang hendak membangun pabrik, misalnya, akan menyebutkan pabrik tersebut sebagai investasi dan kemudian perusahaan memperlakukannya sebagai penanaman modal. Namun, jika perusahaan tersebut hanya akan menyewa pabrik, maka itu diperlakukan sebagai biaya.

Nah, dalam kaitan dengan investasi kreativitas, cukup banyak kalangan yang beranggapan bahwa pengeluaran uang untuk suatu kegiatan dianggap sebagai biaya. Misalnya, anak Anda menyukai musik, lalu minta dibelikan alat musik. Pernahkah Anda berpikir bahwa alat musik yang Anda belikan itu, jika dipergunakan secara baik, akan membuat anak Anda mahir bermusik dan kemudian suatu ketika bisa menjadi musisi terkenal?

Ketika itu terjadi, dana yang sudah Anda keluarkan untuk membeli alat-alat musik bukanlah biaya, melainkan semacam ”capital expenditure” yang menjadi bagian dari investasi kreativitas. Ringkasnya, untuk bisa memahami investasi kreativitas, ubah dulu cara pandang tentang biaya dan investasi itu sendiri.

Kedua, melakukan perencanaan investasi kreativitas. Coba cek potensi apa yang ada dalam diri Anda dan atau anak Anda yang selama ini sekadar dianggap sebagai hobi. Misalnya, Anda suka berkebun bunga, memodifikasi kendaraan bermotor, melukis, menulis, dan bernyanyi. Semua kesukaan tersebut jika dikelola dan direncanakan secara sistematis bisa menjadi investasi kreativitas yang muaranya adalah memberikan imbal hasil finansial.

Ambil contoh, kesukaan Anda adalah berkebun. Awalnya, Anda mungkin hanya ingin menanam berbagai jenis bunga untuk selanjutnya sekadar dinikmati keindahannya. Namun, untuk melakukan hal tersebut, Anda mesti meluangkan waktu, mulai dari mencari bibit, mencari pupuk, menyirami, hingga menggunting.

Semua kegiatan itu Anda lakukan karena ingin mendapatkan kesenangan dan kegembiraan. Namun, di sisi lain, Anda juga mengeluarkan dana yang mungkin jumlahnya cukup besar. Kalau Anda penggemar bunga anggrek, mungkin Anda akan mencari bibitnya di daerah tertentu atau malah ke luar negeri. Coba semua hal tersebut direncanakan dan dikelola bukan sebagai kesenangan, melainkan investasi kreativitas, hasilnya sangat mungkin tidak hanya kesenangan, tetapi juga manfaat finansial.

Bagaimana caranya? Untuk berkebun bunga, contohnya. Jika Anda penggemar bunga yang sangat fanatik semestinya menyukai berbagai jenis bunga. Bunga-bunga yang Anda sukai itu, jika ditanam dengan benar, dirawat dengan standar terbaik, suatu ketika hasilnya bisa dijual dan bahkan bisa menutupi seluruh pengeluaran Anda. Tentu saja, untuk bisa melakukan semua itu, Anda juga dituntut memahami seluk-beluk berkebun bunga, memasarkannya, dan memperlakukan kebun bunga Anda sebagai bisnis yang berbasis hobi.

Ketiga, membangun komunitas investor kreativitas. Artinya, Anda sebagai, apakah itu penggemar kebun bunga, pelukis, penggemar modifikasi mobil, dan atau penggemar apa pun, sebaiknya membangun jejaring di bidang yang sama. Kenapa? Melalui jejaring, kreativitas akan terus tertantang, akan memperoleh informasi baru, dan bahkan cara-cara baru dalam melakoni kreativitas.

Kreativitas dan bisnis

Muaranya, semua itu akan memudahkan Anda untuk mengonversi investasi kreativitas dimaksud menjadi suatu bisnis yang menyenangkan. Bahkan, kerap kali, transaksi bisnis bisa terjadi di antara anggota komunitas. Misalnya, Anda memiliki jenis bunga langka yang dicari banyak kalangan. Dengan mudah biaya yang telah Anda keluarkan untuk memperoleh bunga tersebut akan kembali ketika teman-teman Anda, para anggota komunitas, ramai-ramai membelinya dari Anda.

Intinya, investasi kreativitas bisa dilakukan oleh siapa saja, dengan profesi apa saja, atau malah memfokuskan diri dalam aktivitas yang berdasarkan kreativitas sehingga disebut sebagai pekerja kreatif. Intinya, aktivitas yang berbasis kesenangan itu sebenarnya merupakan investasi, bukan sekadar pengeluaran biaya, jika dijalankan dengan cara yang benar. Investasi kreativitas juga merupakan salah satu cara menuju kebebasan finansial.

KOMPAS

No comments: