BLOGSPOT atas

Saturday, July 31, 2010

"Keong Racun" Tembus Sejuta Hit/View

Sabtu, 31 Juli 2010 | 11:26 WIB

BANDUNG, KOMPAS.com —
Fenomenal! Itulah yang kini terjadi pada video lipsync "Keong Racun" Shinta-Jojo. Hanya dalam sebulan, video ini berhasil menembus angka sejuta hit di YouTube dan menyita perhatian facebooker maupun pengguna Twitter.

Video "Keong Racun" Sinta-Jojo juga membuat grup band ST12 kesengsem. Jovita Adityasari (19) alias Jojo, mahasiswi jurusan Hubungan Internasional (HI) Universitas Pasundan (Unpas), dan Shinta Nuriansyah (19), mahasiswi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, itu berakting sambil duduk di sofa dengan gerak bibir menirukan lagu "Keong Racun".

Tidak tanggung-tangung, sejak diunggah pertama pada 18 Juni lalu hingga Jumat (30/7/2010) kemarin, video mojang Bandung ini sudah di-hit lebih dari 994.107 kali.

Jumlah tersebut merupakan sebuah hit atau open view yang menghebohkan karena biasanya hit sebesar itu hanya dimiliki oleh artis terkenal dalam rentang waktu tiga bulan di YouTube.

Karena itu, bangsa Indonesia boleh berbangga hati. Ternyata tak hanya berita skandal video porno yang diperankan Ariel "Peterpan" (29), Luna Maya (27), dan Cut Tari (33) yang bisa mendunia. Video Ariel dipelesetkan menjadi Ariel "Peterporn". Ternyata duet lipsync "Keong Racun" Shinta dan Jojo juga ramai diberitakan media asing.

Sebuah situs berita Inggris, The Independent, memberitakan fenomena "Keong Racun" yang di YouTube.

Tak hanya itu, "Keong Racun" mengalahkan topik pesaingnya, seperti onetimefor, dontcoutonit, predictingkanyetweets, dan bahkan juga Inception, film box office Hollywood yang dimainkan oleh Leonardo DiCaprio. (Warkot)

KOMPAS

Sunday, July 25, 2010

Inovasi Biaya

Minggu, 25 Juli 2010 | 04:29 WIB


Elvyn G Masassya - praktisi keuangan

Tidak ada satu orang pun yang menginginkan kondisi keuangannya ”lebih besar pasak daripada tiang”. Akan tetapi, tidak satu orang pun bisa memastikan bahwa kondisi keuangannya akan baik-baik saja. Bahkan, seseorang yang setiap tahunnya mengalami kenaikan pendapatan belum tentu kondisi keuangannya akan lebih baik. Kenapa? Karena jumlah kenaikan pengeluaran bisa saja lebih besar ketimbang kenaikan pendapatan. Oleh karena itu, kata kunci untuk menstabilkan kondisi keuangan, atau bahkan membuatnya jadi lebih baik, adalah pengelolaan pengeluaran atau biaya.

Biaya, hakikatnya bisa dibagi menjadi dua, yakni biaya untuk membiayai sesuatu yang bersifat must have dan biaya yang bersifat nice to have. Dalam realitasnya, banyak kalangan mengalami kesulitan untuk membedakan kedua biaya tersebut. Contohnya, untuk memenuhi kebutuhan primer saja, seperti sandang, pangan, dan papan. Sekilas, pemenuhan semua kebutuhan tersebut merupakan biaya-biaya yang bersifat must have. Padahal tidak demikian. Sandang misalnya. Bahwa setiap orang mesti menutupi tubuhnya dengan sandang merupakan keharusan. Akan tetapi, apa merek sandang yang akan dibeli dan berapa harganya bukanlah kebutuhan, melainkan keinginan dan itu tergolong nice to have. Ringkasnya, mengontrol biaya pengeluaran sebenarnya adalah bagaimana memahami karakteristik biaya yang bersifat must have dan yang nice to have. Bagaimana konkretnya?

Must have lebih bersifat substansi atau fungsi dari suatu barang. Misalnya kendaraan. Seseorang membutuhkan kendaraan sebagai alat transportasi. Namun, apakah kendaraan tersebut harus berharga mahal, buatan Eropa, berbentuk sedan mewah, dan lain sebagainya. Itu merupakan nice to have.

Langkah berikutnya, pertama, pastikan seluruh biaya yang akan Anda keluarkan berdasarkan suatu perencanaan. Jika ingin kondisi keuangan Anda tidak masuk dalam kondisi ”lebih besar pasak daripada tiang”, maka disiplin dalam membuat perencanaan dan melaksanakannya adalah mutlak. Perencanaan pengeluaran biaya itu bisa bersifat tahunan, bulanan, dan mingguan. Buat dengan rinci kebutuhan pengeluaran Anda. Lalu pada setiap item renungkan lebih dulu, apakah rencana pengeluaran itu suatu keharusan atau sekadar keinginan.

Perencanaan

Kedua, me-review perencanaan pengeluaran sebelum diimplementasikan. Katakanlah seluruh rencana pengeluaran yang sudah dibuat diyakini berdasarkan sesuatu yang bersifat must have. Apakah persoalan selesai? Belum. Cek dulu implementasinya. Artinya, pada saat pelaksanaan, bisa jadi item yang hendak dibiayai sudah bukan kebutuhan lagi. Apa misalnya? Pada bulan Juni, Anda berencana untuk membeli sepatu baru. Ternyata, sepatu yang Anda miliki masih bagus. Pembelian sepatu baru tentu tidak lagi menjadi kebutuhan.

Ketiga, melakukan inovasi terhadap biaya yang hendak dikeluarkan. Inovasi biaya jauh lebih strategis ketimbang dua hal yang dipaparkan di atas. Bagaimana maksudnya? Contoh sederhana, Anda mengalokasikan dana untuk membiayai transportasi ke kantor, misalnya untuk membeli bensin. Ini memang kebutuhan.

Akan tetapi, pernahkah Anda berpikir bahwa biaya bensin kendaraan tidak selalu mesti ditanggung sendiri. Kok bisa? Sangat bisa. Jika Anda tinggal di kompleks, Anda sebenarnya bisa mengajak tetangga untuk bersama-sama naik kendaraan Anda ke kantor. Lalu untuk biaya bensin ditanggung bersama. Mungkin Anda merasa malu untuk melakukan hal tersebut. Namun, coba gunakan rasionalitas. Malu berarti tambahan biaya. Atau jika tidak mau menggunakan cara tersebut, bisa memilih cara sebaliknya, yakni Anda yang menumpang kendaraan tetangga Anda. Jika Anda melakukan hal ini tiga kali dalam seminggu, hitung berapa besar penghematan yang bisa dilakukan dalam setahun.

Inovasi biaya juga bisa dilakukan dalam konteks yang lain, apalagi yang sifatnya kebutuhan sekunder atau tertier, misalnya perjalanan wisata. Saat ini, hampir semua kalangan membutuhkan wisata. Akan tetapi, tidak semua kalangan mampu merencanakan dan membiayai perjalanan wisata secara baik. Misalnya, membeli tiket pesawat menjelang keberangkatan. Jelas, harga tiketnya akan sangat mahal. Padahal, tiket pesawat apalagi yang promo bisa akan sangat murah jika dibeli jauh-jauh hari.

Itu inovasi biaya dalam konteks mengatur pengeluaran. Yang lebih canggih adalah jika inovasi biaya itu bisa diterapkan dalam pengaturan seluruh aset Anda. Salah satu contohnya adalah jika Anda memiliki aset tidak produktif. Anda punya rumah lebih dari satu. Rumah yang tidak Anda tempati adalah biaya. Karena Anda mesti menanggung biaya listrik, air, pemeliharaan, dan lain sebagainya. Agar rumah tersebut tidak menjadi beban, maka mesti diproduktifkan, misalnya disewakan, sehingga ia menjadi sumber pendapatan.

Agar kondisi ”lebih besar pasak daripada tiang” bisa dihindari, maka terhadap seluruh item rencana pengeluaran yang telah dibuat bisa dilakukan telaah, apakah ada ruang untuk menerapkan inovasi di dalamnya. Yang paling sederhana adalah rencana belanja bulanan Anda, apakah frekuensi belanja secara bulanan lebih cocok dan efisien ketimbang, misalnya, belanja per dua bulanan, atau belanja melalui pesanan.

Jadi, inovasi biaya sebenarnya bukan sekadar dalam konteks barang yang akan dibeli, tetapi juga dalam hal tata cara membelinya. Contoh lain, belanja pada saat musim sale bisa dikategorikan sebagai inovasi biaya, sepanjang barang-barang yang dibeli memang merupakan kebutuhan. Jadi bukan karena faktor emosional. Selamat mencoba.***

KOMPAS

Friday, July 23, 2010

Bisnis di 'Online' Pun Kena Pajak!

Jumat, 23 Juli 2010 | 14:51 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Para pengusaha barang ataupun jasa di dunia internet akan dikenakan pajak. Pajak yang dikenakan sebesar 0,75 persen dari setiap bisnis usaha yang ditawarkan melalui internet.

"Kami tidak melihat cara memasarkannya, yang penting itu merupakan bisnis usaha. Jadi, bisnis lewat online pun dikenai pajak," ucap Kepala Peraturan Bidang Pemotongan dan Pemungutan PPh Direktorat Jenderal Pajak Dasto Ladyanto di Jakarta, Jumat (23/7/2010).

Menurutnya, tempat usaha itu adalah sesuatu yang sifatnya menetap. Meskipun melalui online, tempat yang dijadikan sebagai penyalur dan pendistribusian barang usaha tersebut pasti ada.

"Biasanya kalau online kan lewat jejaring sosial, seperti Facebook. Tapi kan itu hanya cara pemasarannya. Tempat usahanya sendiri kan ada," tuturnya.

Ditanya mengenai bagaimana cara mengetahui bisnis yang ada di online karena bisnis di dunia maya sangat susah untuk diketahui, ia mengatakan bahwa hal itu tergantung kesadaran dan kejujuran dari pihak pebisnis online untuk melaporkan usaha mereka. "Tergantung mereka," ucapnya.

KOMPAS

Sunday, July 18, 2010

INVESTASI: Proteksi Kekayaan

ADLER HAYMANS MANURUNG - PRAKTISI KEUANGAN

Baru-baru ini ada satu keluarga bertanya mengenai keuangan keluarga yang dimiliknya dan keberlangsungan hidupnya. Saat ini keluarga tersebut telah mengumpulkan dana yang cukup bagi ukuran keluarga di Indonesia. Tetapi, kekayaan tersebut juga sering melorot atau drop karena penawaran para agen penjual produk investasi.

Bahkan, hasil yang dicapai satu tahun bisa habis dalam hitungan hari karena produk yang ditawarkan cukup menjajikan, tetapi hasilnya nihil dan prinsipal nvestasinya juga hilang.

Keluarga tersebut punya dua pertanyaan mendasar: apakah setiap keluarga terus mengejar aset yang dihitung para perencana keuangan dan bagaimana memproteksi aset yang dimiliki saat ini.

Semua nasihat yang diberikan perencana keuangan sudah baik, tetapi keluarga harus menyimak dan bijak atas nasihat tersebut. Rencana keuangan yang dibuat sudah diimplementasikan, tetapi perlu diperhatikan risiko yang dihadapi dan pengetahuan keluarga atas investasi dan rencana keuangan tersebut.

Rencana keuangan keluarga yang baik adalah jika memiliki perencanaan investasi yang baik. Perencanaan investasi yang baik memerlukan pengendalian dan pengetahuan risiko atas investasi tersebut. Biasanya, nasihat investasi didapatkan dari mereka yang telah berpengalaman melakukan investasi karena telah mengalami risiko atas investasi yang dilakukan. Oleh karena itu, pemilihan perencana investasi harus memerhatikan pengalaman perencana keuangan tersebut.

Oleh karena itu, keluarga harus memahami siklus atau tahapan keluarga dalam perencanaan keuangannya, termasuk siklus investasi yang dimilki keluarga tersebut. Bila umur manusia dikelompokkan dalam perencanaan keuangan, secara besar pengumpulan dana keluarga dikelompokkan dalam dua kelompok besar, yaitu kelompok pengumpulan dana dan kelompok proteksi dana.

Manusia (keluarga) mulai mengumpulkan dana sejak mulai lulus sekolah dan atau mulai bekerja. Biasanya seseorang mulai mengumpulkan dana ketika berumur 23 tahun karena pada umur itu dianggap sudah mulai masuk kerja atau mempunyai penghasilan. Penghasilan tersebut dikumpulkan sampai umur 50 tahun.

Sebenarnya, pada kelompok umur ini terjadi dua tahap (stages) karena seseorang tersebut masih sendiri sampai pada umur 27 tahun. Ketika berumur 30 tahun dan selanjutnya umumnya mereka telah memiliki keluarga, istri dan anak-anak.

Pengumpulan dana dilakukan untuk mendapatkan dana besar agar pada saat pensiun tidak perlu bekerja dan keberlangsungan hidup terjamin. Pada periode ini, keluarga harus memiliki aset seperti rumah dan kendaraan serta peralatan/perlengkapan lain untuk kepentingan keluarga. Pada periode ini juga keluarga harus mempersiapkan dana untuk pendidikan agar anak-anak mempunyai pendidikan yang memadai.

Pada periode ini sebenarnya tindakan pengumpulan dana yang pesat sangat dibutuhkan sehingga investasi yang hasilnya cukup gemilang sangat diminati. Sedangkan investasi pada instrumen berproteksi tidak cocok karena tidak akan memberikan pertumbuhan pada asetnya.

Keluarga bisa melakukan investasi pada instrumen yang berisiko tinggi, karena hasil yang diberikan juga tinggi. Adanya risiko tersebut tidak membuat investor gentar berinvestasi karena kemungkinan mendapatkan hasil yang gemilang menjadi tujuan. Bila dana yang dimiliki sudah tercapai, sebenarnya keluarga sudah termasuk pada kelompok berikutnya, yaitu mulai memikirkan proteksi atas aset tersebut.

Kelompok umur 50 tahun dan selanjutnya merupakan kelompok umur proteksi dan pengeluaran. Pada kelompok umur 50 tahun sampai umur 60 tahun dilakukan proteksi atas aset yang dimiliki, tetapi pertumbuhan aset juga sangat diinginkan.

Terdapat dua kelompok besar di sini, yaitu kelompok persiapan pensiun dan kelompok pensiun. Kelompok persiapan pensiun pada umur 50-60 tahun, bahkan sampai 65 tahun. Setelah umur ini, maka dimasukkan kelompok umur pensiun di mana dana yang dimiliki harus sudah cukup untuk pensiun dan tidak bekerja lagi.

Proteksi aset

Kelompok umur 50 tahun sampai umur 60 tahun dapat dikatakan kelompok umur dimana keluarga harus mempertahankan atau memproteksi aset yang dimilki. Artinya, keluarga tidak perlu melakukan investasi pada aset yang mempunyai risiko yang tinggi.

Proteksi atas aset keluarga bisa dengan cara menyimpan dana pada obligasi pemerintah dan aset properti dan pada saat pensiun dijual dan diinvestasikan pada aset yang bisa memberikan penghasilan bulanan.

Jika keluarga telah menempatkan dananya pada obligasi pemerintah, keluarga telah memproteksi dana yang dimiliki. Kupon obligasi pemerintah bisa digunakan untuk biaya kehidupan sehari-hari.

Bila investasi pada properti, keluarga harus mendapatkan properti yang nilainya tidak akan turun, serta menyewakan properti tersebut untuk mendapatkan penghasilan agar bisa membiayai kehidupan sehari-hari.

Tindakan keluarga pasti selalu mempunyai risiko. Yang perlu adalah mengendalikan risiko agar kemungkinan kerugian cukup kecil. Diskusi dan bertanya kepada ahlinya sangat dibutuhkan. Selamat memproteksi dan meningkatkan aset keluarga.

KOMPAS

Sunday, July 11, 2010

Taktik Alokasi Aset

Minggu, 11 Juli 2010 | 04:09 WIB

Elvyn G Masassya - Praktisi Keuangan
Strategi alokasi aset atau merupakan perencanaan investasi dengan mengalokasikan dana ke berbagai instrumen investasi yang disesuaikan dengan tujuan dan time horizon investasi itu sendiri. Biasanya, strategi alokasi aset dibuat untuk kurun waktu lima tahun.
Pertanyaannya, bagaimana jika ada perubahan dalam tujuan investasi dan juga berbagai faktor yang memengaruhinya?
Apakah alokasi aset investasi tetap seperti semula? Apakah konsisten seperti itu selama lima tahun? Jelas tidak. Alokasi aset mesti mengalami penyesuaian agar hasilnya bisa efektif. Nah, penyesuaian setiap tahunnya diistilahkan dengan taktik alokasi aset.
Misalkan, dana yang dimiliki untuk berinvestasi sebesar Rp 1 miliar. Tujuan investasi adalah agar lima tahun mendatang dimiliki dana yang cukup untuk membiayai hari tua. Dana Rp 1 miliar tersebut dilalokasikan dalam bentuk deposito berjangka sebesar 20 persen, obligasi ritel 40 persen, saham 20 persen, dan yang 20 persen lagi mungkin ditempatkan dalam sektor riil, apakah itu membuka restoran atau berkebun bunga.
Untuk setiap jenis investasi tersebut, tentunya Anda memiliki ekspektasi imbal hasil. Deposito berjangka, umpamanya, diharapkan bisa memberikan tingkat bunga 7-8 persen. Lalu, obligasi ritel sekitar 9 hingga 10 persen. Saham sebesar 15-20 persen per tahun dan berkebun bunga bisa di atas 20 persen. Jika dirata-ratakan, dari seluruh investasi Anda, diharapkan setahunnya bisa memberikan imbal hasil 12-13 persen.
Jadi, kalau tahun ini dana yang diinvestasikan sebesar Rp 1 miliar, tahun depan dana diharapkan menjadi Rp 1,13 miliar. Jika hal yang sama berlangsung terus selama lima tahun, dana Anda pada lima tahun mendatang diharapkan bisa mencapai di atas Rp 1,6 miliar. Atau bertambah 60 persen dalam 5 tahun.
Ekspektasi dan realitas
Ekspektasi tersebut belum tentu sesuai dengan realitas. Ekspektasi imbal hasil dan alokasi aset investasi di atas, pada dasarnya mengacu pada asumsi perkembangan ekonomi makro dan tujuan investasi itu sendiri. Dalam realitas, makroekonomi bisa berubah. Dampaknya, tingkat imbal hasil yang diberikan oleh berbagai instrumen investasi juga bisa berbeda dengan yang diharapkan.
Dengan kondisi seperti itu, jika Anda menginginkan dana investasi Anda tetap mencapai sekitar Rp 1,6 miliar, harus dilakukan penyesuaian dalam aset investasi. Beberapa cara yang bisa dilakukan kira-kira seperti ini.
Membuat alokasi aset investasi dalam bentuk range atau kisaran. Seperti contoh di atas, penempatan dana deposito berjangka, jangan langsung dipatok 20 persen, melainkan dalam bentuk range, misalnya antara 15 hingga 20 persen. Lalu, obligasi ritel 30-40 persen. Saham 20-30 persen dan investasi di sektor riil sebesar 20-25 persen. Dengan konsep seperti ini, Anda tetap bisa menggeser-geser alokasi dana untuk mencapai hasil investasi sesuai dengan harapan.
Katakanlah, jika suku bunga deposito turun menjadi 6 persen, berarti Anda kehilangan opportunity income sebesar 1 persen dari deposito. Untuk menghindari hal itu, jumlah deposito berjangka diturunkan dan dialihkan ke saham atau obligasi. Ini jika perubahan dilakukan secara ”reaktif” atau parsial terhadap portofolio investasi yang benar. Padahal, penyesuaian investasi juga mesti dilakukan secara terkelola dengan perencanaan yang jelas.
Berdasarkan range alokasi aset, portofolio investasi akan berubah setiap kali ada perubahan indikator makroekonomi dibandingkan asumsi. Suku bunga deposito, misalnya. Jika mengalami penurunan 1 persen, akan mendorong penurunan alokasi dana ke deposito berjangka menjadi 15 persen dari rencana sebelumnya 15-20 persen.
Demikian juga dengan alokasi aset lainnya. Alokasi ke saham bisa dinaikkan menjadi 25 persen, di mana tambahan dana baru diambil dari pencairan deposito berjangka. Konkretnya, portofolio investasi di-review secara periodik, apakah per semester atau per tahun, untuk kemudian dilakukan penyesuaian, dalam rangka respons terhadap perubahan makroekonomi. Inilah inti dari taktik alokasi aset.
Langkah pertimbangan
Masih ada langkah lain yang perlu dipertimbangkan. Pertama, penyesuaian alokasi aset investasi dalam rangka respons terhadap perubahan makroekonomi hanya akan dilakukan sepanjang berdampak pada perkiraan imbal hasil. Konkretnya, perubahan makroekonomi telah mengakibatkan target imbal hasil Anda berkemungkinan tidak tercapai. Namun, jika perubahan malah berdampak positif terhadap portofolio investasi Anda, penyesuaian tidak perlu dilakukan.
Kedua, penyesuaian alokasi aset, hanya dilakukan berdasarkan perubahan ekonomi makro, bukan berdasarkan rumor belaka. Ini penting mengingat banyak kalangan terkadang terlalu reaktif terhadap suatu isu dan kemudian mengantisipasinya dengan melakukan tindakan yang malah merugikan. Demikian juga dalam menyusun aset investasi, mengingat tujuannya adalah untuk jangka waktu lima tahun dan juga tahunan, jangan bersikap reaktif terhadap perubahan yang sifatnya sementara.
Ketiga, penyesuaian alokasi aset juga mengubah risiko investasi Anda. Berharap return atau imbal hasil lebih tinggi sama artinya dengan mengambil risiko yang lebih tinggi. Oleh karena itu, mesti dipahami, instrumen mana yang sebaiknya digeser tanpa mengubah tingkat risiko terlalu besar.
Keempat, berikan waktu yang cukup untuk merespons perubahan ekonomi makro. Jika Anda menyusun taktik alokasi aset yang bersifat tahunan, perubahan yang mesti dicermati adalah yang bersifat permanen. Misalnya, target inflasi, yang semula hanya 4 persen, ternyata kemudian menjadi 7 persen, jelas memberikan dampak signifikan. Tetapi, kalau pergerakan harga saham yang tecermin melalui indeks, belum tentu bersifat permanen.

KOMPAS

- Muhammad Idham Azhari

Sunday, July 4, 2010

Dana Pendidikan

ADLER HAYMANS MANURUNG
PRAKTISI KEUANGAN

Pendidikan merupakan tabungan yang paling mahal dan akan dihargai anak-anak ketika orangtuanya tidak ada lagi. Dana pendidikan merupakan dana yang dipersiapkan keluarga untuk kebutuhan pendidikan anak-anak mereka. Biaya pendidikan semakin lama semakin besar. Oleh karena itu, dana pendidikan harus dipersiapakan jauh-jauh hari dan bukannya ketika anak akan masuk sekolah.

Keluarga yang sudah memahami pengeluaran keluarga dan memiliki perecanaan keuangan biasanya telah mempersiapkan dana pendidikan sejak anak lahir.

Ada sejumlah tahapan dalam mempersiapkan dana pendidikan. Pertama, menentukan sekolah anak. Keluarga harus tahu dengan jelas pendidikan yang diinginkan bagi sang anak dan disesuaikan dengan kemampuan anak. Keluarga tidak bisa memaksakan anak untuk bersekolah di sekolah yang standar nilainya jauh di atas kemampuan anak.

Kedua, menghitung seluruh biaya yang diperlukan untuk pendidikan anak-anak. Keluarga harus mengumpulkan informasi mengenai biaya yang dibutuhkan untuk pendidikan anak-anak. Biaya tersebut termasuk biaya sekolah, biaya pembangunan, biaya rekreasi, biaya buku-buku, serta biaya lain.

Tingkat inflasi dan bunga

Ketiga, menentukan tingkat inflasi mulai sekarang sampai anak masuk sekolah bahkan ketika anal-anak menempuh pendidikan di sekolah tersebut. Tingkat inflasi bisa diperhitungkan dengan menggunakan asumsi tingkat inflasi sekarang. Bila tingkat inflasi sekarang terlalu kecil, estimasi tingkat inflasinya harus dinaikkan. Bila tahun ini kita mempunyai inflasi 5 persen, keluarga sebaiknya menaikkan inflasi sekitar 6 persen sampai dengan 7 persen.

Pemerintah sendiri mempunyai inflasi sesuai harapan, moderat, dan terjelek. Keluarga juga bisa bertanya kepada lembaga penelitian atau lembaga yang menerbitkan inflasi, seperti Badan Pusat Statistik atau pakar ekonomi, agar bisa mendapatkan angka inflasi yang valid dan dipercaya untuk melakukan estimasi ke masa mendatang.

Keempat, melakukan perhitungan terhadap tingkat bunga yang berlaku pada masa mendatang. Tingkat bunga yang diramalkan pada masa mendatang tersebut tidak terlepas dari tingkat inflasi yang diestimasikan. Tingkat bunga merupakan refleksi dari tingkat inflasi yang berlaku. Oleh karena itu, keluarga harus mendapatkan tingkat bunga riil yang dikehendaki pemerintah setiap tahunnya. Bila tingkat bunga riil yang dikehendaki pemerintah sekitar 1 persen sampai dengan 2 persen seperti sekarang ini, tingkat bunga yang berlaku merupakan hasil jumlah tingkat bunga riil dengan inflasi. Bila inflasi 7 persen, tingkat bunga yang berlaku sebesar 8 persen sampai dengan 9 persen.

Kelima, menentukan besaran tabungan yang dilakukan. Bila dana yang dibutuhkan telah ditentukan dan jumlah waktu anak untuk sampai sekolah tersebut, keluarga dapat menentukan jumlah tabungan setiap bulan. Misalnya, keluarga membutuhkan dana sebesar Rp 75 juta, di mana dana ini dibutuhkan lima tahun mendatang atau 60 bulan, maka dana yang harus disisihkan dari pendapatan keluarga setiap bulannya sebesar Rp 1,25 juta. Artinya, dana tabungan sebesar Rp 1,25 juta ini disimpan di bawah bantal belum dikembangbiakkan melalui investasi. Bila keluarga melakukan investasi, dana yang disisihkan akan lebih kecil dan sangat baik bila lebih lama melakukan investasi.

Dalam melakukan pilihan investasi, keluarga dapat melakukan investasi sendiri atau menempatkannya pada manajer investasi dan juga menggabungkannya dengan asuransi. Bila investasi sendiri yang dipergunakan, investor membutuhkan pengetahuan investasi dan memerlukan waktu. Bila didepositokan, keluarga harus mendapatkan informasi yang lebih luas, baik tingkat bunga maupun kondisi perbankan yang bersangkutan. Semua tindakan keluarga pasti mengandung risiko dan harus dipahami.

Asuransi pendidikan

Bila keluarga memilih asuransi pendidikan, harus disadari bahwa selain membayar premi asuransi, keluarga juga melakukan investasi. Premi asuransi berguna untuk membayar biaya pendidikan bila keluarga tidak mampu lagi membayar cicilan investasi. Ketidakmampuan ini bisa saja disebabkan penanggung premi tidak bisa bekerja atau meninggal dunia.

Bila keluarga mengambil asuransi, pengeluaran keluarga untuk menabung dana pendidikan ini akan lebih besar. Pada sisi lain, keluarga tidak perlu pusing memikirkan investasi yang akan dilakukan agar tercapai dana pendidikan yang dikehendaki. Risiko di masa mendatang telah dialihkan keluarga kepada pihak asuransi melalui pembayaran premi tersebut. Namun, asuransi ini tidak dibutuhkan bila keluarga tahu persis kesehatan dan ketidakpastian di masa mendatang. Keluarga harus tahu persis kemampuan keluarga agar bisa menyediakan dana pendidikan tersebut.

Seperti diuraikan sebelumnya, dalam mempersiapkan dana pendidikan ini, keluarga akan menghadapi risiko, baik risiko pengetatan pengeluaran keluarga, risiko investasi, dan risiko dana kebutuhan yang membengkak karena situasi yang terjadi. Keluarga harus mempersiapkan diri untuk menghadapi risiko tersebut dengan memerhatikan dana pendidikan secara saksama.

KOMPAS

- Muhammad Idham Azhari