BLOGSPOT atas

Sunday, April 27, 2008

Dana untuk Hobi

Minggu, 27 April 2008 | 01:44 WIB

Elvyn G Masassya praktisi keuangan

Anda pasti memiliki hobi, apa pun jenisnya. Lantas, apa hubungan hobi dengan uang?

Sederhana saja. Secara umum, hobi pasti membutuhkan dana. Sebut saja, kalau hobi membaca buku, Anda mesti mengalokasikan dana untuk membeli buku baru. Kalau Anda hobi jalan-jalan, kebutuhan dana akan lebih besar lagi. Apalagi, kalau hobi Anda berbelanja. Ini tidak saja membutuhkan dana besar, tetapi juga bisa membahayakan stabilitas keuangan Anda jika tidak dikelola secara arif.

Itu konsekuensi yang akan terjadi bila Anda menganggap hobi identik dengan pengeluaran. Padahal, dalam realitasnya, hobi tidak selalu mesti menghabiskan uang banyak, tetapi bisa juga malah menghasilkan uang. Atau paling tidak, kalaupun membutuhkan uang, dana yang dikeluarkan bisa tidak terlalu besar. Dengan kata lain, Anda mesti melakukan upaya pengelolaan dana untuk kegiatan hobi melalui suatu perencanaan keuangan. Bagaimana konkretnya?

Utamanya, pahami bahwa alokasi pengeluaran Anda adalah maksimal 70 persen untuk konsumsi. Nah, hobi sebenarnya adalah bagian dari pengeluaran konsumsi. Kalau Anda membeli makanan, itu berarti konsumsi perut Anda. Kalau Anda membeli CD atau kaset dan radio, itu adalah konsumsi telinga Anda. Ada lagi konsumsi untuk mata Anda dan bahkan konsumsi perasaan Anda.

Jadi, kalau Anda hendak menjalani hobi, misalnya, belanja buku, koleksi CD, jalan-jalan, atau taruhan sepak bola, dananya harus menjadi bagian dari pengeluaran untuk membiayai konsumsi.

Sekarang, berapa persen yang layak dialokasikan untuk membiayai hobi Anda?

Untuk menjawab pertanyaan ini, pahami dulu bahwa menjalani hobi adalah untuk memenuhi kebutuhan tersier, bukan kebutuhan primer atau sekunder.

Artinya, kalaupun Anda tidak menjalani hobi itu, tidak apa-apa juga. Paling-paling perasaan Anda terganggu. Misalnya, Anda suka menonton film lalu tidak menonton film di bioskop, apakah Anda akan menderita sakit? Atau apakah tidak bisa menonton televisi?

Artinya, cukup banyak alternatif dalam menjalani hobi yang sebenarnya bisa mengurangi pengeluaran. Dengan kata lain, kalaupun ada alokasi dana untuk membiayai hobi, dana itu bukanlah keharusan. Dana tersebut hanya layak dipergunakan jika kebutuhan lain yang bersifat primer dan sekunder sudah terpenuhi.
Konkretnya, dari 70 persen alokasi penghasilan untuk konsumsi, harus dipilah lagi berapa persen untuk kebutuhan primer dan sekunder, sisanya baru bisa dipakai untuk konsumsi tersier, termasuk membiayai hobi.

Efisiensi

Setelah memahami alokasi dana untuk membiayai hobi, lakukan efensiensi dalam menjalani hobi dimaksud. Seperti contoh di atas, misalnya, Anda suka membaca buku dan selama ini selalu membeli buku baru. Memang tidak salah karena hobi membaca termasuk positif.

Namun, apakah buku-buku tersebut harus selalu semuanya dibeli? Apakah Anda tidak bisa meminjam dari perpustakaan? Atau kalaupun beli, apakah harus semuanya? Ingat, hobi biasanya juga bisa membentuk komunitas. Cukup banyak kalangan yang hobi membaca buku lantas membentuk komunitas penggemar buku. Kenapa Anda tidak bergabung dalam komunitas tersebut dan bertukar buku di antara sesama anggota. Jika ini dilakukan, bayangkan berapa banyak penghematan yang Anda lakukan.

Anda mungkin akan mengatakan, cara semacam itu hanya berlaku untuk hobi-hobi tertentu saja. Anda keliru. Semua hobi sebenarnya memiliki komunitas tersendiri. Dan semua kebutuhan dana untuk menjalani hobi tersebut bisa dibagi.

Sebut saja, misalnya, Anda hobi melakukan perjalanan. Kalau Anda berwisata sendiri, biayanya akan lebih besar ketimbang beramai-ramai. Ringkasnya, apa pun hobi Anda, sebenarnya jika dicari peluangnya, akan Anda temukan cara untuk mengurangi pengeluaran demi membiayai hobi tersebut.

Produktif

Paparan di atas baru sekadar upaya mengurangi biaya konsumsi dalam membiayai hobi. Lebih dari itu, sebenarnya ada pula strategi menjadikan hobi sebagai kegiatan produktif yang malah bisa menghasilkan uang.

Prinsipnya, hobi tersebut mesti ditekuni sungguh-sungguh dan Anda lakukan eksplorasi terhadap hobi dimaksud. Apa maksudnya?

Begini, jika memiliki hobi memasak, tentunya Anda akan mampu membuat masakan yang enak. Selanjutnya masakan yang enak itu bisa Anda tawarkan kepada handai tolan Anda. Suatu ketika mereka menginginkan masakan itu, Anda bisa menjualnya kepada mereka.

Lebih jauh lagi, hobi memasak tersebut bisa menjadikan Anda koki profesional yang kemudian berdampak komersial, apakah itu dengan membuka bisnis jasa boga atau bisnis kue.

Contoh lain, Anda penggemar musik. Atau suka bermain musik. Suatu ketika Anda bisa membuat musik yang bagus dan kemudian malah bisa dijual. Atau katakanlah Anda penggemar golf. Anda tekuni hobi itu, lantas berprestasi dan menjadi juara di mana-mana. Implikasinya, Anda mendapat hadiah uang dan lain sebagainya.

Pendeknya, hobi sebenarnya tidak selalu menjadi biaya sepanjang ditekuni serius dan dikelola sedemikian rupa sehingga suatu ketika malah menghasilkan pendapatan tambahan. Selamat mencoba.

Kompas

- Muhammad Idham Azhari

Thursday, April 24, 2008

Mengelola Aset Properti

Kamis, 24 April 2008 | 13:07 WIB

Bila investor ingin membeli properti sudah termasuk tanah di mana bangunan tersebut berdiri dan nilainya sangat bervariasi. Ada harga tanah sama dengan harga bangunan, atau harga tanah lebih tinggi dari harga bangunan, atau harga tanah lebih rendah dari nilai bangunan. Jenis properti yang dapat dibuat menjadi bisnis, antara lain rumah, rumah toko (ruko), gudang, mal, hotel, gedung perkantoran, resor, dan apartemen.

Bila investor berinvestasi pada properti wajib melakukan diversifikasi agar risikonya kecil dan memperoleh keuntungan. Diversifikasi pada properti menggunakan konsep lokasi dan jenis, misalnya berupa perkantoran, perumahan, dan pergudangan.

Bila ingin berinvestasi pada resor, biasanya dibangun di daerah pegunungan dan pantai untuk wisatawan berlibur atau istirahat pada akhir minggu. Demikian juga pergudangan, bila di tengah kota tidak menguntungkan sehingga sebaiknya di dekat daerah bandara atau pelabuhan laut. Beberapa investor berpengalaman dalam properti membuat pergudangan di pinggiran dekat jalan tol sehingga barang yang disimpan bisa dikirim ke tempat tujuan melalui jalan tol.

Hotel sebagai investasi didirikan pada daerah perkotaan atau tempat liburan, jarang di pinggiran kota yang kemungkinan tidak ada konsumen yang datang. Hotel mempunyai dua fungsi, yaitu sebagai tempat istirahat dan menginap serta tempat berdiskusi berbagai hal.

Tempat tinggal dapat didirikan di tengah kota berupa apartemen atau kondominium atau di pinggiran kota. Lokasi sebaiknya dekat dengan sarana transportasi agar beban pengeluaran peminat/investor tidak harus bertambah.

Pegang dan jual
Mengelola properti sebagai bisnis atau menjadi investasi berarti ada periode saat properti "dipegang" dan dijual. Sebagai bisnis, investor menyewakan propertinya kepada pihak lain. Umumnya penyewa selalu menginginkan properti di lokasi yang strategis.

Lokasi properti juga menentukan besarnya uang sewa. Lokasi yang strategis akan menghasilkan sewa lebih mahal, bahkan sewa yang diperoleh hampir sama dengan bunga dari dana yang diinvestasikan pada properti tersebut yang berarti investor memperoleh keuntungan sangat besar. Bila investor memilih lokasi yang strategis dan bila harga pembelian sangat murah, maka tingkat pengembalian yang diterima sangat tinggi.

Bila nilai sewa yang diperoleh tidak sama dengan tingkat bungaberlaku, maka nilai sewa tersebut harus minimal separuh tingkat bunga berlaku. Misalnya, bila nilai properti sekitar Rp 1 miliar, maka nilai sewa yang diperoleh sekitar Rp 50 juta setiap tahunnya. Tetapi, karena letak properti tidak strategis, nilai sewa yang diperoleh 3%-5%
dari nilai investasi properti tersebut setiap tahun.

Selanjutnya, bila investor ingin berinvestasi dan memungut keuntungan di kemudian hari, maka properti tersebut harus strategis dan telah dihitung kenaikan harganya selama dipegang. Pada saat dipegang, properti tersebut harus disewakan dan besarnya sewa sebaiknya sesuai uraian sebelumnya.

Bila properti tidak disewakan dan ditunggu sampai terjual, maka tingkat pengembalian rendah karena bangunan akan rusak atau semakin kecil harganya. Properti tersebut akan sangat terawat bila ada yang menempati sehingga harga properti akan lebih tinggi dibandingkan dengan kosong selamanya. Dalam kasus ini, investor harus mempunyai perhitungan besarnya kenaikan harga properti selama dipegang.

Rumusan yang dapat digunakan, yaitu minimum tingkat bunga pada deposito ditambah risiko yang ditolerir investor atas investasi pada properti. Bila tingkat bunga secara rata-rata selama periode dipegang sebesar 8%, maka investor harus mempunyai tingkat pengembalian rata-rata lebih tinggi dari 8% dan premiumnya minimum 4%-6%.

Siklus
Untuk mendapat hasil penjualan properti maksimal dan dapat memberi hasil sesuai harapan, maka investor harus memahami siklus properti bersangkutan. Biasanya, harga properti sangat rendah bila tingkat bunga sangat tinggi, situasi ekonomi tidak baik. Harga properti akan tinggi bila tingkat bunga rendah dan ada kelebihan dana yang tinggi di perbankan. Situasi ekonomi harus dipahami dengan bertanya kepada ahli ekonomi dan siklus properti didiskusikan kepada ahli properti yang memahami ekonomi.

Investor juga harus memahami liku-liku penjualan properti untuk mendapat keuntungan maksimal dan perpajakan properti agar dapat menentukan harga dan keuntungan yang diinginkan. Peraturan pajak menyebutkan, setiap properti yang dibeli atau dijual dikenai pajak PPHTB sebesar 5%. Karena itu, investor harus mempunyai nilai properti 10% ditambah tingkat pengembalian yang diinginkan. Berdasarkan penelitian berbagai properti, sebaiknya properti harus dipegang minimum tiga tahun agar terjadi tingkat pengembalian yang diinginkan.

Properti dapat dipergunakan investor untuk investasi dalam rangka persiapan dana sekolah anak-anak di kemudian hari atau bahkan untuk warisan. Bila strategi ini yang dipergunakan, maka investor harus juga memperhitungkan kenaikan harga properti dan harga awal sudah bisa memenuhi kebutuhan sekolah tersebut. Informasi ini didapat melalui hasil penelitian dari ahli properti atau bank data properti.

Dengan demikian, dalam mengelola properti investor harusmemiliki informasi lokasi yang strategis. Informasi dapat juga diperoleh melalui media massa dan investor juga harus tidak lupa mengecek kebijakan pertanahan dan properti di daerah bersangkutan.

Adler Haymans Manurung
praktisi keuangan

Kompas

Tuesday, April 1, 2008

Cracker berusia 18 tahun Bobol 1,3 Juta Komputer

Selasa, 1 April 2008 | 18:37 WIB

 WELLINGTON, SELASA - Seorang anak SMA di Selandia Baru terbukti membobol 1,3 juta komputer di berbagai belahan dunia dan menyebabkan kerugian hingga 20 juta dollar AS. Namun, hakim membebaskannya dari hukuman penjara karena anak tersebut diketahui menderita autis berat.

Owen Thor Walker (18), demikian nama cracker tersebut, memimpin jaringan kriminal maya untuk melakukan aksinya itu. Saat ditangkap tahun lalu, polisi menyebut anak yang menggunakan nama Akill di Internet itu sudah melakukan aksinya sejak di sekolah beberapa tahun lalu.

Ia mendesain program terenkripsi yang tidak terdeteksi antivirus dan program keamanan sejenis. Software jahat tersebut akan menyusup ke komputer korban dan mencuri data-data kartu kedit pemiliknya saat mengetikkan login dan password untuk mengkases layanan penjualan online.

Kegiatan kriminalnya baru diketahui ketika 50.000 komputer disusupi dan menyebabkan server di Universitas Pennsylvania di AS tahun 2006. Polisi Selandia Baru harus bekerja sama dengan polisi Belanda dan agen Federal Bureau of Investigation (FBI) untuk mengusut jaringan kriminal global ini.

Anak muda itu dituntut enam pasal kriminal komputer di pengadilan Thames, dekat rumahnya di selatan Auckland. Meski ancaman hukumannya bisa penjara lima tahun, hakim tidak melakukannya dengan alasan pelakunya menderita sindrom Asperger, salah satu bentuk autisme.

Quoted by Muhammad Idham Azhari from Kompas.com