BLOGSPOT atas

Sunday, December 27, 2009

KONSULTASI INVESTASI: Evaluasi Investasi 2009


Minggu, 27 Desember 2009 | 03:21 WIB



Adler Haymans Manurung
PRAKTISI KEUANGAN

Evaluasi merupakan tindakan untuk melihat, menyelidiki atas tindakan yang dilakukan sebelumnya. Dalam evaluasi atas investasi, investor harus mengumpulkan semua tindakan investasi yang dilakukan. Tindakan pertama yang harus dilakukan adalah mengumpulkan rencana investasi yang dilakukan pada tahun sebelumnya untuk periode sekarang.

Apa saja yang direncanakan untuk investasi pada saat rencana itu dibuat dan ditandatangani sebagai acuan melakukan investasi? Investor harus membuat ringkasan atas rencana investasi tersebut.

Ringkasan tersebut paling utama mengenai tingkat pengembalian yang ditargetkan. Langkah selanjutnya adalah mengumpulkan data tingkat pengembalian dari patokan (benchmark return) atau sebagai pembanding atas tindakan investasi yang dilakukan.

Dalam tindakan ini, investor juga harus mendapatkan risiko yang direncanakan dalam rencana investasi tersebut. Bila investor sudah mendapatkan risiko tingkat pengembalian investasi, maka perlu didapatkan risiko patokan agar bisa diperbandingkan.

Tindakan kedua, investor harus menghitung tingkat pengembalian yang dicapai investor atas investasi yang dilakukan. Tingkat pengembalian ini merupakan tingkat pengembalian nominal. Ada pun hasil perhitungan tingkat pengembalian investasi dari investor yaitu hasil bagi dari selisih nilai portofolio aset investasi (nilai akhir tahun sekarang dikurangi nilai akhir tahun lalu) dengan nilai akhir tahun sebelumnya.

Kemudian, investor harus menyesuaikan tingkat pengembalian tersebut terhadap inflasi. Tingkat pengembalian yang telah disesuaikan dengan inflasi dikenal dengan tingkat pengembalian riil. Semua pihak berharap tingkat bunga riil yang diperoleh bernilai positif. Artinya, ada kelebihan tingkat pengembalian yang diperoleh dari inflasi.

Bila tingkat pengembalian riil negatif, berarti inflasi lebih tinggi dari tingkat pengembalian nominal. Dengan demikian, dana yang dimiliki investor akan berkurang dan bisa pula disebutkan bahwa kekuatan daya beli mengalami penurunan.

Bila tingkat pengembalian investasi telah dapat dihitung, maka dilakukan evaluasi dengan rencana. Apakah hasil yang diperoleh lebih tinggi dari rencana atau lebih rendah. Biasanya diharapkan tingkat pengembalian yang diperoleh minimal sama dengan rencana investasi. Jika hasil yang diperoleh lebih kecil dari rencana, berarti ada tindakan yang salah ketika berinvestasi atau rencana investasi yang ketinggian.

Untuk melihat keberhasilan, investor juga dapat memerhatikan hasil yang dicapai oleh pihak lain.
Jika hasil yang dicapai pihak lain tersebut sama seperti yang kita capai, maka tidak ada persoalan. Tetapi, jika hasil tidak sama atau lebih kecil dari pihak lain, maka ada persoalan yang dilakukan. Akan lebih lagi bila membandingkan hasil investasi dengan portofolio yang sama. Perbandingan yang dilakukan harus sepadan.

Ketinggian-kerendahan

Kenapa hasil yang dicapai tersebut melebihi atau kurang dari rencana investasi? Jawabannya adalah apakah rencana investasi ketinggian atau kerendahan. Bila tindakan ini yang terjadi, maka investor harus hati-hati membuat rencana investasi selanjutnya. Jika jawabannya bukan demikian, maka harus dicari kenapa bisa terjadi.

Apakah ketika melakukan investasi awal sudah tepat? Apakah investor sudah membeli instrumen investasi sebagai bagian dari portofolio investasi sudah tepat waktunya? Apakah investor membeli pada saat ketinggian sehingga hasil yang diperoleh sangat kecil? Apakah investor membeli awal sangat kerendahan sehingga hasil yang diperoleh sangat tinggi telah terjadi.

Investor harus berharap membeli instrumen investasi pada waktu yang tepat. Tindakan kedua yaitu melakukan evaluasi atas besaran masing-masing instrumen investasi. Jangan-jangan telah terjadi bahwa besaran investasi terjadi pada instrumen yang mengalami penurunan sangat tajam sehingga hasil yang dicapai sangat kecil.

Selanjutnya, jika investor tidak menemukan persoalan pada kasus ini, maka investor harus menilik pada persoalan yang lain. Apakah investor salah memilih instrumen investasi atau saham yang dibuat dalam portofolio investor. Kesalahan ini terjadi karena investor tidak melakukan analisis terhadap instrumen yang ada. Alasan investor tidak melakukannya karena tidak mengetahui cara menganalisisnya.

Investor dapat berdiskusi dengan analis investasi agar didapatkan instrumen investasi yang tepat. Investor harus mengingat bahwa dalam melakukan investasi, investor membeli prospek dari investasi yang dilakukan investor, bukan membeli masa lalu instrumen tersebut.

Bila saham yang dibeli, maka investor membeli prospek perusahaan yang menerbitkan saham tersebut. Bila obligasi yang dibeli, maka investor membeli janji penerbit obligasi dan prospek perusahaan di masa mendatang akan bertumbuh. Bila prospek perusahaan bagus dan arus kas yang baik, maka bunga obligasi dan janji perusahaan dapat ditepati serta harga saham perusahaan akan mengalami peningkatan.

Apakah investor melakukan perdagangan atas instrumen investasi yang dimiliki? Artinya, investor melakukan ambil untung (profit taking) atas instrumen tersebut. Bila investor tidak melakukannya, maka investor akan kehilangan kesempatan atas profit yang ada.

Investor perlu juga melakukan ambil untung agar hasil yang diperoleh menjadi optimal. Tetapi, aksi ambil untung tersebut harus dengan market timing yang tepat. Jangan-jangan investor kehilangan kesempatan yang ada karena dilakukannya ambil aksi untung. Aksi ambil untung harus dipahami bahwa harga dari instrumen itu akan turun dari harga yang dijual sehingga investor memperoleh untung.

Berdasarkan hasil evaluasi ini, investor dapat mengetahui tindakan yang dilakukan selama satu periode yang lalu. Investor dapat melihat kelemahan dan kelebihan tindakan investasi yang dilakukan.

KOMPAS

- Muhammad Idham Azhari

No comments: