BLOGSPOT atas

Saturday, May 23, 2009

[Kompas 100]: Indah Kiat Pulp & Paper: "A Giant Pulp and Paper Producer"

Sabtu, 23 Mei 2009 | 07:18 WIB

Banyak yang kaget kok bisa-bisanya Indonesia masuk G20.

Maklum, karena selama ini punya daya saing yang lebih rendah dibandingkan sejumlah negara tetangga, maka perekonomian Indonesia juga berada dibawah negara-negara tersebut. Dan hal ini akan tercermin pada pendapatan per kapita atau bahkan cadangan devisa. Tapi yang menjadi ukuran bukan itu, melainkan GDP.

G20 memang merupakan klub 20 negara terbesar dilihat dari besarnya GDP. Ada 5 negara Asia di G20, yaitu China, Jepang, India, Korea Selatan, dan tentu saja Indonesia, yang merupakan satu-satunya negara di kawasan Asia Tenggara yang masuk di klub tersebut. Gabungan ekonomi klub ini adalah sebesar 85 persen total ekonomi dunia dan menyumbang 80 persen perdagangan dunia.

Indonesia memang adalah ekonomi terbesar di Asia Tenggara. Goh Chok Tong, mantan perdana menteri Singapura, bahkan pernah mengakui bahwa Indonesia adalah jangkar Asia Tenggara. Dengan penduduk lebih dari 230 juta jiwa, konsumsi domestik cukup untuk mendorong pertumbuhan ekonomi rata-rata sebesar 6 persen per tahun. Di masa krisis saja, Indonesia diperkirakan masih mampu bertumbuh sebesar 4 persen. Bila ekspor terganggu karena krisis, Indonesia masih punya bantalan pasar domestik yang cukup besar. Bandingkan saja dengan Singapura, Thailand, dan Malaysia yang sangat bergantung terhadap ekspor. Ketiga negara tersebut diprediksi akan negatif pertumbuhan ekonominya pada tahun 2009.

Beruntung bagi PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP). Perusahaan raksasa ini tadinya sangat bergantung pada pasar ekspor yang berkontribusi sebesar 60 persen dari total penjualannya. Tetapi karena permintaan negara-negara asing yang menciut di akhir 2008 dan awal 2009, INKP mencoba memanfaatkan besarnya pasar domestik Indonesia.

INKP sendiri adalah produsen sekaligus kontributor terbesar dari grup Asia Pulp & Paper. Di tahun 2007, INKP penjualannya 60 persen lebih besar daripada saudaranya Pabrik Kertas Tjiwi Kimia (TKIM). Bedanya, jika TKIM menjual 970 ribu ton kertas, 185 ribu ton stationary, dan 75 ribu ton kertas kemasan di tahun 2007, INKP menjual 1,1 juta ton bubur kertas, 740 ribu ton kertas, dan 1,1 juta ton kertas kemasan di tahun yang sama. Dengan demikian, lingkup bisnisnya lebih ke bubur kertas BHK dan kertas kemasan. INKP memproduksi bubur kertas yang akan dijadikan bahan baku pembuatan berbagai macam kertas. Selain itu, INKP memproduksi kertas kemasan industri seperti containerboard, corrugated shipping container, boxboard, dan specialty colored paper. Karena bubur kertas dan kertas kemasan adalah produk yang digunakan untuk industri, bidang usaha INKP lebih bersifat B2B (business-to-business). Meskipun demikian, INKP punya branded product, seperti Sinar Spectra untuk premium coloured paper, Spectra dan Paperline untuk color paper.

Besarnya penjualan INKP adalah wajar mengingat kapasitas produksinya yang sangat besar. INKP mempunyai integrated pulp and paper mill di Riau dan 2 fasilitas produksi di Jawa Barat, masing-masing untuk kertas dan kertas kemasan. Mengingat kapasitas produksi yang cukup besar, INKP harus terus mencari pasar untuk terus bertahan memproduksi di kapasitas terpasangnya yang sekarang. Di tahun 2007, INKP masih memproduksi di tingkat 70-80 persen kapasitas maksimumnya. Sekarang, karena krisis global, kapasitas terpakai di bawah 50 persen. Karena itu, INKP harus terus membangun pasar domestik sebagai alternatif pasar global yang sedang lesu. Pertumbuhan Indonesia yang masih cukup besar tetap menjanjikan bagi INKP di beberapa tahun mendatang.


"Philip Kotler's Executive Class: 4 Days To Go"

Hermawan Kartajaya, Taufik

Kompas

No comments: