BLOGSPOT atas

Sunday, January 4, 2009

Kemana Investasi, Tingkat Bunga Turun?

INVESTASI & KEUANGAN

Minggu, 4 Januari 2009

ADLER HAYMANS MANURUNG, PRAKTISI KEUANGAN

Baru-baru ini Bank Indonesia menurunkan tingkat bunga BR Rate sebesar 25 basis poin dari 9,5% menjadi 9,25%. Penurunan ini disambut gembira oleh pasar karena memunculkan harapan dan sesuai keinginan semua pihak.

Namun, tingkat bunga pinjaman belum ada yang langsung turun karena alasan masing-masing bank. Pada sisi lain, pada tahun 2009 akan berlangsung pemilu. Artinya, melakukan investasi pada tahun 2009 juga harus sangat cermat.

Pemerintah akan menurunkan tingkat bunga lagi, tetapi besarannya belum jelas. Alasan pertama, tingkat bunga di negara-negara lain sudah turun, bahkan Amerika Serikat menurunkan Fed Rate di bawah 1% yang belum pernah terjadi dalam sejarah Amerika Serikat.
Kedua, inflasi menurun. Pemerintah juga sudah menargetkan inflasi yang rendah tahun depan. Bila pemerintah menargetkan tingkat bunga riil 1%-2%, tingkat bunga seharusnya sebesar 7%-8% karena inflasi sekitar 6%.

Ketiga, pemerintah akan merelaksasi ekonomi agar terjadi peningkatan pendapatan masyarakat. Dalam beberapa bulan terakhir, pemerintah mengetatkan ekonomi sehingga terjadi perlambatan ekonomi.

Keempat, tahun 2009 merupakan tahun krusial bagi pemerintah yang sekarang karena adanya pemilu sehingga penurunan tingkat bunga harus dilakukan agar terjadi pertumbuhan ekonomi yang lebih bagus dan untuk menarik simpati masyarakat.

Uraian diatas memberi gambaran, pemerintah akan memperbaiki ekonomi dengan menurunkan tingkat bunga. Investasi paling cocok harus dilakukan dengan cermat. Pertanyaan paling penting, seberapa besar risiko bisa ditanggung investor? Pertanyaan berikutnya adalah berapa lama periode dana yang dimiliki investor. Kedua pertanyaan ini selalu menjadi pertanyaan mendasar yang harus dijawab investor agar bisa berinvestasi.

Tingkat bunga yang menurun akan membuat harga saham meningkat. Harga obligasi juga akan naik sehingga pendapatan obligasi tersebut menuju keseimbangan yang berlaku. Bila investor sangat kecil toleransinya pada risiko, investor dapat membeli obligasi pemerintah yang sekarang ini telah bergerak menuju arah level 90 untuk obligasi yang sudah di bawah 90 dalam dua bulan terakhir.

Harga obligasi akan berubah sebesar durasi obligasi tersebut bila tingkat bunga menurun. Investasi pada obligasi pemerintah dikarenakan karena hasil yang didapat masih lebih baik daripada tingkat bunga deposito (di bank) dan SBI Rate.

Di samping itu, risiko untuk investor relatif masih kecil walaupun ada kemungkinan harga akan berubah bila pemerintah tiba-tiba berbalik arah menaikkan tingkat bunga.

Obligasi Swasta

Investor juga dapat membeli obligasi perusahaan swasta yang risikonya sangat kecil. Investor sebaiknya membeli obligasi yang baru tersebut dikarenakan akan memberikan tingkat bunga kupon sedikit masih tinggi dan durasinya masih tinggi sehingga penurunan tingkat bunga membuat harga obligasi meningkat tajam.

Pilih obligasi yang ditawarkan perusahaan swasta yang mempunyai catatan reputasi baik. Berbagai pihak juga menyatakan obligasi perusahaan yang sahamnya dimiliki pemerintah bisa menjadi pilihan.

Bila investor mempunyai toleransi risiko yang tinggi dan periode waktu yang panjang, investor layak membeli saham di bursa. Saat ini harga saham-saham sudah sangat murah yang ditunjukkan oleh price earning ration (PER) yang kecil, di bawah 10 kali. Biasanya PER saham-saham di bursa kita diatas 10 kali dan banyak pihak juga yang masih berani berinvestasi atau bertransaksi untuk mendapatkan keuntungan.

Bila ingin berinvestasi pada saham ini, harus dipilih saham yang mempunyai prospek. Prospek yang dimaksud adalah keberlangsungan perusahaan (going concern) pada masa mendatang dan juga harus bertumbuh.

Bila perusahaan tidak bertumbuh, harga saham tidak mengalami kenaikan sehingga investor tidak akan memperoleh keuntungan. Saham-saham yang dimiliki pemerintah merupakan saham favorit saat ini karena pertumbuhannya baik, keberlangsungannya sangat terjamin, dan umumnya perusahaannya besar.

Bila investor mempunyai toleransi risiko moderat, investor bisa berinvestasi dengan campuran obligasi dan saham. Dalam kasus ini, investor harus membuat alokasi yang tepat agar terjadi tingkat pengembalian dan risiko yang diinginkan.

Bila investor membuat alokasi investasi pada saham jauh lebih besar, risiko akan lebih tinggi. Sebaliknya, bila investasi pada obligasi lebih besar alokasinya, risiko akan lebih rendah dibandingkan dengan bila alokasi saham lebih banyak.

Bila investor mempunyai toleransi risiko kecil, maka tidak perlu berinvestasi pada saham maupun obligasi, tetapi pada deposito dan tabungan. Investasi pada deposito dan tabungan mempunyai kemungkinan nilai pokok jatuh dan tingkat pengembalian cukup kecil dibandingkan dengan investasi pada obligasi atau saham. Investor sebaiknya meminta tingkat bunga tidak lebih besar dari tingkat bunga yang dijamin LPS agar investor tidak merugi bila bank yang menerbitkan obligasi mengalami problem. Artinya, semakin tinggi tingkat pengembalian yang diharapkan, semakin tinggi risiko yang harus ditoleransi. Selamat berinvestasi.

Kompas

No comments: