BLOGSPOT atas

Sunday, January 30, 2011

I N V E S T A S I: Memilih Saham IPO

Minggu, 30 Januari 2011
Elvyn G Masassya

Jika Anda memerhatikan pasar modal Indonesia, atau Anda termasuk investor yang gemar menempatkan dana di bursa efek, pasti tahu bahwa pada tahun 2010 tidak kurang 25 perusahaan listing di pasar modal. Beberapa di antaranya malah menjadi ”buah bibir” karena peminatnya membeludak dan bahkan menjadi perbincangan mulai dari politisi hingga pedagang kaki lima. Sebut salah satunya adalah saham Krakatau Steel (KS). Bagi yang berkesempatan memperoleh saham KS telah pula menuai keuntungan berupa capital gain yang amat dahsyat.

Di sisi lain, bukan tidak banyak investor yang menuai kerugian ketika membeli saham initial public offering (IPO). Artinya, membeli saham yang baru dicatatkan di pasar modal. Konkretnya, tidak ada jaminan bahwa membeli saham IPO pasti akan menuai capital gain. Bahkan, investor mesti berhati-hati ketika membeli saham IPO. Sebab, banyak di antaranya tidak saja tidak prospektif, tetapi hanya mencari ajang ”pencarian dana” pemilik perusahaan, tanpa peduli sahamnya akan meningkat harganya atau anjlok begitu mulai diperdagangkan.

Bukti yang lain, pada awal tahun 2011 ini sudah ada dua perusahaan yang melakukan IPO, dan kedua saham perusahaan tersebut langsung anjlok harganya ketika mulai ditransaksikan. Kenapa bisa begitu? Sangat bisa. Dus, paparan berikut akan menguraikan beberapa sebab kenapa saham IPO bisa anjlok tatkala sudah listing dan bagaimana upaya menghindari jebakan saham seperti itu.

Memiliki perusahaan

Pertama, membeli saham IPO sama artinya dengan ikut serta memiliki perusahaan yang sahamnya dijual kepada publik. Itu berarti, kalau kita ingin memiliki perusahaan, tentunya mesti perusahaan yang bagus. Yang bisa bertumbuh terus dan memberikan keuntungan. Artinya apa? Artinya, lupakan beli saham pada saat IPO, kalau maksudnya adalah untuk ”beli hari ini jual besok”. Kalau seperti itu, maksudnya adalah melakukan trading saham. Tidak peduli apakah kinerja perusahaan yang melakukan IPO itu bagus atau tidak. Yang penting beli.

Nah, kalau situasinya seperti ini, Anda sebenarnya tidak beda dengan ”berjudi” alias berharap harga saham akan meningkat pada hari pertama perdagangan. Dan, besar kemungkinan Anda akan terkecoh. Kenapa? Karena, yang menjadi patokan bagi para trader adalah kondisi oversubscribe ketika perusahaan tersebut menawarkan sahamnya kepada publik.

Dengan kata lain, saham perusahaan itu laku keras. Pertanyaannya, bagaimana hitungan oversubscribe tersebut? Siapa yang melakukan penawaran? Apakah oversubscribe itu benar- benar terjadi? Hanya underwriter dan perusahaan itu sendiri yang tahu. Sebab, hingga hari ini tidak ada kewajiban bagi emiten ataupun underwriter untuk membuka tabir ”gelap” soal oversubscribe.

Dan faktanya, dalam bulan Januari 2011 ini ada dua perusahaan IPO yang dikabarkan mengalami oversubscribe puluhan kali, tetapi harga sahamnya jeblok belasan persen pada transaksi hari pertama. Pesan moral dari paparan di atas adalah jangan begitu saja percaya pada istilah oversubscribe. Kinerja dan fundamental perusahaan jauh lebih penting.

Kedua, berapa besar proceed alias dana yang diharapkan dari IPO tersebut. Semakin besar akan semakin bagus karena likuiditasnya otomatis akan besar pula. Tetapi, yang jauh lebih penting adalah untuk apa dana hasil IPO itu dipergunakan oleh emiten. Peruntukan dana hasil IPO biasanya sudah disampaikan oleh emiten di dalam prospektusnya. Akan tetapi, apakah peruntukan dana tersebut benar digunakan sebagaimana diperjanjikan, tentunya mesti dicek lagi.

Namun, lepas dari itu, yang jauh lebih penting adalah peruntukan dana itu sendiri. Artinya, berapa persen dana yang dipergunakan untuk ekspansi usaha dan berapa persen untuk membayar utang. Semakin besar porsi untuk ekspansi usaha, itu akan semakin bagus. Sementara kalau tujuan IPO-nya semata- mata untuk membayar utang, agak sulit diharapkan perusahaan tersebut berkembang. Sebab, hanya utangnya saja berkurang, sementara kemampuan ekspansinya tidak berubah. Kesimpulannya, jangan terlalu berharap pada saham IPO yang peruntukan dana hasil IPO-nya semata-mata untuk membayar utang.

Penentuan harga final

Ketiga, harga saham IPO. Secara konsep ada berbagai cara untuk menentukan berapa harga sebuah saham. Hal ini sudah pula dibahas dalam beberapa tulisan terdahulu. Namun, yang perlu menjadi pegangan dalam hal harga saham IPO ini adalah proses penentuan harga final. Artinya, pada saat menjajakan saham tersebut kepada publik, biasanya ada rentang harga dari saham tersebut.

Misalnya saham perusahaan ”Polan”, rentang harganya adalah Rp 1.000-Rp 1.500 per lembar. Kalau peminatnya tidak terlalu banyak, harga final biasanya akan berada di sisi kiri, antara Rp 1.000 dan Rp 1.200. Sementara kalau peminatnya membeludak, harga saham bisa ditawarkan di sisi kanan, misalnya antara Rp 1.400 dan Rp 1.500.

Namun, Anda mesti waspada dengan rentang harga ini. Karena, istilah oversubscribe dan undersubscribe tercipta berdasarkan hasil book building dari saham tersebut, di mana calon investor memasukkan penawaran dengan harga yang diinginkan. Dalam praktiknya bisa saja banyak calon investor yang ingin membeli di harga Rp 1.000. Jumlah pembelinya melebihi saham yang ditawarkan. Ini disebut oversubscribe. Namun, apakah calon investor itu pasti akan membeli saham dimaksud? Boleh jadi tidak. Kenapa? Karena harga jual yang diputuskan adalah Rp 1.400, sebagai misal. Dus, ketika saham tersebut diperdagangkan, sangat mungkin harganya akan anjlok. Ketika dilepas di pasar sekunder, tidak ada investor yang berminat membelinya.

Selain ketiga hal di atas, tentu masih banyak aspek lain yang perlu dipertimbangkan jika Anda berminat membeli saham di pasar perdana. Salah satu pertimbangan penting lainnya adalah soal timing. Artinya, kapan saham tersebut diperdagangkan, apakah pada saat pasar lagi dalam posisi penuh sentimen positif atau negatif. Ini penting sebab kondisi pasar saat saham tersebut diperdagangkan akan memengaruhi perilaku investor bertransaksi. Saham yang bagus ketika diperdagangkan di kala pasar tengah menurun bisa saja akan turut mengalami penurunan harga. Demikian pula sebaliknya. Selamat berinvestasi.

Elvyn G Masassya Praktisi Keuangan

Quoted by Idham Azhari from KOMPAS

Sunday, January 16, 2011

Manajemen Keuangan: Ingin Jadi Miliuner? Ini Tipsnya!

Minggu, 16 Januari 2011 | 08:00 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Siapa yang tak ingin menjadi miliuner? Bisa dipastikan, setiap manusia ingin sejahtera secara ekonomi. Tidak jarang juga yang sejak kecil bercita-cita menjadi miliuner.

Adam Khoo, warga negara Singapura, berhasil mewujudkan cita-citanya itu. Dia menjadi miliuner pada 26 tahun. Apa saja tipsnya? Menurut Adam, untuk menjadi miliuner, yang pertama kali harus dilakukan adalah memiliki mindset seorang miliuner. "Mindset, cara berpikir, miliuner berpikir berbeda dari orang pada umumnya," kata Adam dalam acara Wealth Academy di Hotel Aryadutha, Jakarta, Sabtu (15/1/2011).

Seorang miliuner, kata Adam, akan berpikir bahwa hal apa pun dapat terwujud jika disertai dengan belajar untuk menggapainya. "Menjadikan sesuatu sebagai tantangan, bagaimana bisa terjadi, dan mungkin jika belajar untuk membuat itu terjadi," ujarnya.

Selain itu, seorang miliuner memiliki cara berpikir yang optimis. Dia selalu melihat adanya kesempatan di balik masalah-masalah yang datang. "Sementara orang rata-rata selalu memikirkan problem-problem. Kalau miliuner bisa mulai dari no money. Apa pun harus dikreasikan di pikiran, bagaimana menjadi miliuner," katanya.

Meskipun demikian, lanjut Adam, hanya mengubah cara berpikir tidak cukup membuat Anda menjadi orang "kaya". Untuk selanjutnya, seorang calon miliuner harus menentukan tujuan-tujuan beserta strategi untuk mencapainya.

Oleh karena itulah, kata Adam, untuk membuat sukses menghasilkan uang miliaran bahkan triliunan, seseorang harus memiliki keahlian dalam menghasilkan uang. "Making money is a skill (menghasilkan uang adalah suatu keahlian). Kamu harus belajar agar ahli untuk itu. Untuk mengerti manajeman investasi, kamu harus belajar," ungkapnya.

Lantas, dari mana seseorang harus belajar menjadi ahli dalam menghasilkan uang? Pelajaran tersebut, kata Adam, tidak akan ditemui di sekolah atau di Universitas. Namun, belajar untuk menjadi ahli dalam menghasilkan uang, kata Adam, bisa didapat dari lingkungan sekitar seperti keluarga, teman, atau sumber pengetahuan seperti buku dan internet. "Sekolah hanya untuk mendapatkan pekerjaaan di perusahaan dan menghasilkan uang untuk bos kita," ujar penulis 11 buku finansial itu seraya menambahkan sekolah tetap penting sebagai dasar.

Adam mencontohkan, dia belajar berpikir menjadi miliuner dari pamannya. Sejak kecil, di saat anak muda membelanjakan uang jajannya, Adam diajarkan untuk menabung. Kemudian di saat teman sebayanya membaca komik atau novel, Adam sudah mulai membaca buku-buku finansial. "Buku properti, pemasaran properti, belajar semua tentang bisnis, belajar tentang skill," imbuhnya.

Quoted by Idham Azhari from KOMPAS

Sisi Gelap Investasi

Minggu, 16 Januari 2011 | 03:40 WIB

Elvyn G Masassya/praktisi keuangan

Investasi memang salah satu cara paling efektif untuk meraih kesejahteraan finansial. Bahkan, melalui investasi, seseorang bisa menyuruh uangnya ”bekerja”. Jadi, uang mencari uang. Bukan Anda yang mencari uang, baik itu sebagai pekerja maupun wirausaha.

Itu sebabnya seseorang yang berpenghasilan tetap sebaiknya menyisihkan sebagian penghasilan tetapnya untuk diinvestasikan agar di masa depan, ketika yang bersangkutan tidak bekerja lagi, tetap memiliki penghasilan melalui hasil investasi. Itu adalah situasi ideal berinvestasi.

Namun, dalam realitasnya, investasi juga bisa membuat seseorang kehilangan kesejahteraan yang telah dimiliki. Kok bisa? Bisa, karena investasi juga memiliki sisi gelap yang terkait dengan kepribadian (personality) seseorang. Oleh karena itu, tulisan ini akan membahas beberapa sisi gelap tersebut agar Anda terhindar dari permasalahan dalam berinvestasi.

Pertama, jebakan imbal hasil besar. Ada seribu satu pilihan investasi, baik di pasar keuangan maupun sektor riel. Dari yang masuk akal hingga yang tidak waras. Tetapi, bagi sebagian kalangan, yang dijadikan indikator adalah imbal hasil yang besar. Artinya, kalau investasi tersebut menjanjikan keuntungan yang menggiurkan, banyak pihak yang akan tertarik. Padahal, imbal hasil besar pasti dibarengi dengan risiko yang juga besar.

Oleh karena itu, dalam berinvestasi, yang semestinya dilihat bukanlah tawaran imbal hasil investasi, melainkan berapa target keuntungan investasi yang ingin Anda peroleh. Secara kelaziman, jika Anda bisa memperoleh hasil investasi dua kali lipat laju inflasi, itu sudah tergolong bagus. Konkretnya, jika laju inflasi sebesar 7 persen per tahun, imbal hasil investasi sebesar 14-15 persen per tahun sudah sangat memadai.

Kedua, ”keserakahan” investasi. Anda tentu pernah mendengar seseorang yang tiba-tiba menjadi kaya raya melalui investasi saham, tetapi kemudian tiba-tiba pula menjadi miskin kembali. Kenapa? Hanya satu jawaban, yakni serakah. Ketika seseorang berinvestasi saham dan saham yang dipilihnya sudah menuai capital gain, berkemungkinan untuk mulai tertarik pada saham-saham lain, yang belum tentu memiliki kinerja fundamental bagus. Saham-saham lain itu bergerak harganya karena dipicu oleh sentimen pasar atau ”digoreng’” oleh bandar saham.

Nah, jika Anda ikut-ikutan dalam ”permainan” saham seperti itu dan berharap memperoleh keuntungan, yang kerap terjadi adalah ”buntung”. Sebab, ketika saham Anda beli, harganya sudah di atas. Selanjutnya, para bandar meninggalkan Anda tanpa bisa keluar dari saham tersebut hingga suatu ketika nasib baik menghampiri Anda jika harga saham tersebut kembali meningkat.

Ketiga, ”ketidaksabaran” berinvestasi. Anda tentu pernah mendengar istilah timing dalam investasi. Artinya, kapan Anda mulai berinvestasi dan kapan keluar. Istilah ini kerap dilekatkan dalam transaksi saham di pasar modal. Sebagian besar investor sangat paham bahwa kalau membeli saham, beli di saat harga rendah dan jual di harga atas. Masalahnya, kapan satu saham dianggap harganya murah dan kapan saat menjualnya? Berapa persen kenaikan dari satu saham sehingga layak disebut sudah tinggi? Jawabannya sangat relatif. Namun, yang sering terjadi adalah seorang investor telanjur menjual sahamnya pada saat harga baru saja mulai meningkat. Investor semacam ini tidak memiliki kesabaran yang cukup untuk menunggu capital gain yang lebih besar sehingga keuntungan investasinya menjadi sangat terbatas.

Keempat, investasi berdasarkan gosip. Masih ingat kisah Qisar ataupun arisan berantai yang memakan banyak korban? Peristiwa semacam ini bisa terjadi sebenarnya bukan saja karena sang korban memang memiliki perilaku ”serakah”, ingin mendapatkan imbal hasil besar, tanpa memahami risikonya, melainkan karena tawaran investasi itu sendiri datang dari ”mulut ke mulut”. Jadi, banyak kalangan ikut- ikutan karena tetangga dan ataupun saudaranya ikut serta lebih dahulu. Jadi, mereka terjebak ramai-ramai dan akhirnya menyesal ramai-ramai pula. Apa yang bisa dicermati dari fenomena tersebut? Jangan pernah berinvestasi karena tawaran ”mulut ke mulut”. Sebab, selain ”mulut” setiap orang berbeda, yang paling mendasar adalah investasi tidak pernah menawarkan diri. Investasi mesti dicari. Dan kebutuhan tiap orang dalam berinvestasi berbeda.

Kelima, investasi berdasarkan utang. Benar, jika utang yang dilakukan diperuntukkan bagi kegiatan produktif yang terukur risikonya, maka utang untuk berinvestasi bukanlah hal haram. Yang menjadi masalah adalah seberapa besar utang itu dilakukan. Banyak kalangan terjebak pada utang karena ingin melakukan ekspansi secara terus-menerus sehingga beban bunga dan angsuran semakin besar, sementara hasil investasi tidak memadai untuk membayar kembali utang tersebut. Akibatnya, untuk menutupi utang yang satu dilakukan utang baru alias gali lubang tutup lubang. Pola ini dalam jangka panjang bukan saja memberatkan, tetapi juga bisa menggerus harta yang telah dimiliki. Oleh karena itu, hindari utang yang berlebihan dalam membiayai investasi.

Selain hal-hal yang dipaparkan di atas, tentu masih sangat banyak hal-hal negatif yang terkait dengan kegagalan investasi. Namun, yang mesti diingat, semua sisi gelap tersebut sebenarnya bergantung pada kepribadian setiap investor. Hal-hal tersebut bisa berlaku pada satu investor, tetapi tidak terjadi pada investor lain. Oleh karena itu, sebelum berinvestasi, ada baiknya direnungi kembali profil kepribadian Anda, apakah tergolong investor yang mudah terpengaruh atau memiliki pendirian. Keberhasilan berinvestasi sangat bergantung pada karakter Anda.

Quoted by Idham Azhari from KOMPAS

Friday, January 7, 2011

Ini Dia Rata-rata Gaji Pekerja IT di Indonesia

Jumat, 7 Januari 2011 | 16:32 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Banyak faktor yang bisa menjadi penyebab kenapa rata-rata gaji para pekerja teknologi informasi (IT) di Indonesia terendah dibandingkan dengan Malaysia, Thailand, atau Filipina. Namun, hasil survei IT Salary Benchmark yang dilakukan ZDNet Asia dari September 2009 hingga November 2010 setidaknya bisa menjadi acuan.

Sudah layakkah gaji yang Anda terima sekarang? Apakah masih rata-rata, terlalu rendah, atau sudah jauh lebih tinggi dibandingkan dengan sesama pekerja IT lainnya? ZDNet Asia melaporkan hasil survei gaji rata-rata pekerja IT berdasarkan skill IT dan jenis pekerjaan sesuai pengalaman kerja dan jenis industrinya.

Survei dilakukan terhadap 1.269 pekerja IT di berbagai sektor dengan jenis pekerjaan dan kemampuan bermacam-macam. Di antara mereka, seorang pekerja yang menduduki jabatan IT management di industri media, marketing, dan sales menduduki posisi tertinggi dengan gaji rata-rata Rp 144,3 juta per tahun.

Jika dilihat dari pengalaman kerja dan skill, seorang konsultan IT yang berpengalaman lebih dari 10 tahun punya gaji rata-rata paling tinggi, yakni Rp 150 juta per tahun.

Berikut dua tabel hasil survei gaji rata-rata pekerja IT di Indonesia. Tabel lebih lengkap dapat dilihat di situs web ZDNet Asia.

Average Annual Salary by IT Skills and Years of Experience (IDR)

IT Skills

Years of Experience

Less than 5 years

5-10 years

More than 10 years

Application Development

41,076,430
72,387,596
122,961,017
Desktops/Software
35,720,809
74,072,867
106,737,714
Operating Systems
37,270,661
66,445,100
99,637,087
Servers/Networking
36,320,145
69,316,628
103,453,108
Web Development
41,045,231
67,485,390
-

Systems Administration

33,900,526
71,492,724
94,171,898
Database Management
36,974,578
63,845,642
96,427,356
Enterprise Applications
45,473,952
81,323,387
132,138,799

Consulting/Business Services

-
-
150,089,767
IT Security
36,177,730
70,119,467
100,871,814

Infrastructure Management

43,940,123
74,762,226
107,727,611

Average Annual Salary by Job Function and Years of Experience (IDR)

Job Function

Years of Experience

Less than 5 years

5-10 years

More than 10 years

IT Management
58,820,000
107,015,640
147,184,571
Project Management
50,892,711
79,458,411
123,603,319
Systems Development
29,700,272
48,609,464
70,562,370
Communications
42,046,296
46,989,765
89,507,826
Support
28,949,753
49,980,270
55,341,901
Administration
38,411,585
59,533,839
54,903,806

Other IT Professionals

35,640,984
71,227,769
70,927,513
Overall
37,280,311
69,753,784
109,768,146

Sumber : ZDNet

Quoted by Idham Azhari From KOMPAS

Sunday, January 2, 2011

Prediksi 2011: Kilau Emas Bakal Tetap Bersinar

Minggu, 2 Januari 2011 | 15:48 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Penghujung tahun 2010 diwarnai beberapa rekor tertinggi harga komoditas seperti emas, perak, minyak sawit mentah, batubara, dan tembaga. Analis Indosukses Futures Herry Setiawan mengatakan, tahun ini, komoditas yang paling cemerlang adalah logam mulia, emas dan perak. Sementara, komoditas lain yang mengikuti adalah komoditas pangan, lalu sektor energi.

Dia bilang, permintaan dari China dan India adalah salah satu faktor yang memicu terjadinya kenaikan harga logam mulia. GFMS LTD mencatat, India sebagai negara dengan permintaan emas konsumen tertinggi pada kuartal 3-2010. Permintaan emas konsumen di negara tersebut mencapai 229,5 ton, naik 33,89 persen dibandingkan permintaan pada kuartal 2-2010 yang sebesar 171,4 ton.

Pada periode yang sama China ada diperingkat kedua permintaan terbesar dengan permintaan emas konsumen sebesar 146, 4 ton dan disusul diperingkat ketiga permintaan emas dari Timur Tengah sebesar 77,6 ton.

GFMS juga mencatat kenaikan permintaan emas untuk investasi. Pada kuartal 3-2010 permintaan China menempati urutan pertama dengan jumlah 45,1 ton, jumlah ini naik 24,24 persen dibanding permintaan kuartal 2-2010 yang sebesar 36,3 ton. Pada periode yang sama, India berada diurutan kedua dengan jumlah permintaan sebesar 45,0 ton, dan Amerika menempati urutan ketiga dengan permintaan sebesar 24,8 ton.

Herry memperkirakan, pada kuaral 1 dan kuartal 2 2011, emas memiliki tren konsumsi yang sama seperti tahun 2010. Sebab, dollar AS masih dalam tren lemah dan Eropa masih belum memiliki solusi. Hingga kuartal 2 2011, emas masih memiliki kesempatan naik. “Trennya harga emas naik lalu turun lagi di tengah tahun, karena harga sudah cenderung tinggi,” katanya.

Dia memperkirakan emas naik hingga menyentuh ke posisi 1.500 dollar AS per troy ounce. Sedang batu bara juga masih bisa naik ke posisi 135-140 dollar AS per metrik ton. Namun menurutnya kenaikan CPO sudah tidak banyak, sekitar 1.200-1.250 dollar AS per metrik ton. Menurutnya kenaiakan harga komodti pada tahun 2011 akan ditahan oleh kenaikan tingkat suku bunga yang diperkirakan akan dilakukan oleh negara-negara untuk mengatasi inflasi akibat kosumsinya meningkat.(Raka Mahesa W/Kontan)

Quoted by Idham Azhari From KOMPAS

INVESTASI: Portofolio Investasi 2011

Minggu, 2 Januari 2011 | 04:37 WIB

ELVYN G MASASSYA/PRAKTISI KEUANGAN

Tahun 2010 baru saja berlalu. Pertumbuhan pasar modal 2010 luar biasa. Bahkan, indeks mencapai angka yang tidak pernah diduga sebelumnya. Naiknya mencapai sekitar 40 persen dibandingkan dengan tahun 2009. Lantas, apakah kondisi ekonomi dan pasar modal tahun 2011 akan sebaik 2010, atau malah lebih baik? Atau bisa sebaliknya, lebih jelek dibandingkan dengan tahun 2010?

Sejujurnya tidak ada yang tahu. Yang jelas, pasti tidak sama dengan tahun 2010. Analis yang paling hebat sekalipun hanya bisa menduga-duga. Menggunakan berbagai indikator dan parameter, lalu membuat perkiraan. Sekali lagi hanya perkiraan. Oleh karena itu, Anda pun sebenarnya bisa membuat perkiraan, bagaimana sketsa 2011, khususnya di aspek perekonomian dan investasi, untuk kemudian menjadi dasar pertimbangan dalam menyusun strategi investasi 2011.

Secara umum, analis mengatakan bahwa tantangan 2011 adalah laju inflasi yang mungkin bisa lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2010. Implikasinya, tingkat suku bunga juga akan mengalami peningkatan. Tetapi, di sisi lain, ada peluang Indonesia masuk dalam kategori investment grade. Ini berarti investor asing akan menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara yang layak untuk tempat berinvestasi kendati sejak tahun 2009/2010 arus investasi, khususnya yang bersifat jangka pendek, masuk sangat besar ke pasar modal Indonesia.

Lalu, apa implikasi dari semua itu? Sederhananya, portofolio investasi pribadi Anda pada tahun 2011 tentu mesti pula disesuaikan jika menginginkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Bagaimana caranya? Siapkan portofolio investasi yang lebih fleksibel. Seperti apa?

Tentukan imbal hasil

Pertama, tentukan berapa imbal hasil investasi yang diinginkan untuk tahun 2011. Kalau Anda setuju dengan perkiraan para analis bahwa ada kemungkinan tingkat bunga pada tahun 2011 lebih tinggi dibandingkan dengan 2010, tentu tingkat bunga deposito berjangka juga akan meningkat. Dus, oleh karena itu, jika parameternya adalah bunga deposito, imbal hasil investasi Anda adalah berapa persen di atas bunga deposito. Anggaplah pada tahun 2010 tingkat bunga deposito akan berada di kisaran 7-8 persen, maka hasil investasi Anda secara total adalah diharapkan bisa 1,5 atau 2 kali lipat bunga deposito berjangka. Jika Anda optimistis dan agresif, boleh saja mematok dua kali bunga deposito, atau sekitar 15 persen.

Jangan lupa, itu adalah hasil secara menyeluruh terhadap total portofolio Anda. Dalam praktiknya kontribusi tiap-tiap instrumen pasti akan berbeda. Oleh karena itulah, kemudian Anda mesti menyusun secara lebih detail berapa dana tiap-tiap instrumen dan berapa hasil yang diharapkan.

Kedua, berdasarkan target imbal hasil yang diharapkan, selanjutnya disusun portofolio investasi secara umum, yakni berapa persen dana akan dialokasikan untuk deposito berjangka, saham, obligasi, reksa dana, dan lain sebagainya. Itu adalah portofolio diversifikasi sempurna karena dana investasi Anda akan tersebar di berbagai produk investasi.

Yang menjadi poin penting hanyalah, berapa persen dana ditempatkan di tiap-tiap instrumen investasi tersebut. Sebagai misal, jika dana Anda adalah 100 persen, maka bisa saja dialokasikan secara pro rata ke setiap instrumen investasi yang Anda pilih. Namun, jika Anda tergolong investor agresif, tentu saja terhadap instrumen investasi yang memberikan potensi return lebih tinggi, seperti saham, dapat dialokasikan dana yang lebih besar.

Ketiga, menentukan tenor atau jangka waktu pada tiap-tiap instrumen investasi yang telah Anda pilih. Benar, bahwa portofolio yang Anda susun adalah untuk tahun 2011. Namun, portofolio itu sendiri bukan berarti mesti selesai tahun 2011 juga. Artinya, portofolio ini adalah yang Anda susun dan buat untuk mengalokasikan dana investasi Anda, baik yang baru maupun yang sudah ada. Sedangkan investasi itu sendiri bisa tetap Anda pegang sesuai dengan jangka waktu yang diinginkan.

Tenor di sini, misalnya, adalah untuk deposito berjangka. Dana yang akan Anda masukkan ke bank tentu mesti ditentukan untuk berapa lama. Jika Anda yakin suku bunga akan naik terus, pilihannya adalah tenor yang berjangka pendek. Sebaliknya, kalau Anda merasa tingkat bunga akan mengalami penurunan, penempatan dana Anda mestinya berdurasi lebih panjang supaya Anda bisa tetap menikmati bunga yang tinggi meskipun di pasar bunga deposito telah mengalami penurunan.

Hal yang sama juga Anda berlakukan terhadap saham. Apakah Anda bermaksud membeli saham semata-mata untuk diperdagangkan pada tahun 2011, atau ada sebagian yang akan dibeli pada tahun 2011, tetapi tujuannya adalah untuk dipegang dalam jangka panjang, atau lebih dari setahun. Hal-hal semacam ini mesti diputuskan secara jelas ketika menyusun portofolio investasi Anda agar hasilnya bisa lebih optimal.

Keempat, timing eksekusi. Benar, bahwa portofolio yang Anda susun adalah untuk tahun 2011, tetapi eksekusi portofolio tersebut tidak mesti dilakukan sekaligus pada awal tahun. Pada awalnya, jika Anda sudah menentukan berapa dana yang akan Anda investasikan, masukkan seluruh dana baru tersebut ke dalam tabungan ataupun deposito berjangka pendek. Setelah itu, dengan melihat perkembangan pasar, maka sedikit demi sedikit dana tersebut dikonversikan menjadi saham, obligasi, ataupun reksa dana. Dengan cara tersebut, diharapkan portofolio Anda akan optimal karena Anda masuk pasar pada saat yang tepat.

Quoted by Idham Azhari From KOMPAS

Saturday, January 1, 2011

AFF 2010: Firman Utina Masih Nongol di Google Warta

Sabtu, 01 Januari 2011 | 15:34 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Nama kapten Timnas Indonesia di Piala AFF 2010, Firman Utina, masih menjadi kata kunci populer di Google Warta. Hal itu, antara lain, terkait pengakuan kiper Malaysia mengenai cerita di balik kegagalan penalti menentukan dari Firman Utina.

Seperti diberitakan, kiper Malaysia Khairul Fahmi membeberkan kunci sukses saat dia berhasil mengantisipasi tendangan penalti Firman Utina. Banyak yang menilai kegagalan penalti Firman menjadi satu faktor penentu Indonesia tak mampu menjadi juara.

Saat itu tendangan kaki kanan Firman dengan mudah ditangkap oleh Fahmi, dan "Merah Putih" cuma bisa menang 2-1 di akhir laga. "Aku memang sudah tahu Firman akan menendang ke arah kiriku. Ini karena Pelatih Rajagobal sudah memberitahu kami kalau dia memang sering kali menendang ke arah itu," beber Fahmi.

Di Kompas.com, berita tentang Firman Utina yang diunggah pada pukul 18.14 kemarin itu saat ini masih menjadi berita terpopuler yang dibaca lebih dari 76.000 kali.

Sumber : tribunnews.com

Quoted by Idham Azhari From KOMPAS