BLOGSPOT atas

Sunday, March 13, 2011

Investasi Semusim

Minggu, 13 Maret 2011
Elvyn G Masassya/praktisi keuangan

Bagi Anda yang menggemari musik, pasti pernah mendengar judul lagu ”Semusim” yang dinyanyikan Berlian Hutauruk, Chrisye. ”Semusim” dalam pembahasan berikut adalah menyoal perilaku investor yang berinvestasi tanpa rencana dan biasanya berakhir hanya dalam kurun waktu pendek alias semusim saja. Apa maksudnya?

Ketika seseorang hendak melakukan investasi alias menjadi investor, jelas ada yang menjadi penyebabnya. Kesadaran bahwa investasi merupakan satu cara untuk meningkatkan kekayaan, misalnya, merupakan alasan yang mendasari banyak kalangan dalam berinvestasi. Tetapi juga, pengaruh lingkungan tidak sedikit yang menjadi sebab. Sayangnya, alasan-alasan yang bersifat stimulus sesaat seperti itu kerap kali membuahkan hasil negatif.

Kenapa? Karena investasi yang dilakukan tidak dibarengi dengan kesiapan mental dan pengetahuan yang memadai tentang investasi yang hendak dilakukan. Ketika melihat tetangga sebelah tiba-tiba kaya raya karena menang ”bermain” saham, ada orang serta-merta ikut membeli saham. Yang terjadi kemudian, bukannya meraih untung, melainkan buntung. Alhasil, investasi menjadi kegiatan yang tidak menyenangkan, tetapi malah merugikan. Ujung-ujungnya, orang itu hanya menjadi investor semusim, kemudian menjadi alergi dengan kegiatan investasi.

Apakah Anda pernah mengalami hal semacam itu?

Tujuan hidup

Investasi pada hakikatnya adalah suatu tindakan keuangan untuk mencapai tujuan. Tujuan itu tentu saja berupa tujuan keuangan. Tujuan keuangan merupakan salah satu cara mencapai tujuan hidup. Dengan filosofi seperti itu, jelas bahwa tujuan keuangan yang salah satu caranya dicapai melalui investasi bukanlah kegiatan sesaat. Investasi mesti dilakukan sepanjang usia karena yang namanya tujuan mestinya bersifat dinamis alias bergerak terus.

Misalnya, Anda memiliki tujuan keuangan berupa tersedianya uang sebanyak Rp 1 miliar dalam kurun waktu 5 tahun mendatang. Setelah uang Rp 1 miliar itu tersedia, tentunya Anda menyiapkan tujuan keuangan yang baru. Katakanlah tujuan keuangan yang baru itu adalah tersedianya uang Rp 2 miliar. Begitu seterusnya, di mana setelah satu tujuan keuangan tercapai, pasti akan muncul tujuan keuangan yang baru. Untuk mencapai tujuan keuangan yang baru itu, perlu dilakukan investasi. Demikian logikanya.

Lantas, bagaimana investasi itu bisa dilakukan dengan baik sehingga tidak terjerumus pada kondisi investor ”semusim”? Ada beberapa langkah yang bisa dipertimbangkan.

Bukan coba-coba

Pertama, pastikan bahwa investasi yang Anda lakukan bukan karena pengaruh lingkungan ataupun coba-coba, melainkan didasari oleh keyakinan bahwa investasi merupakan hal serius yang bertujuan mencapai tujuan keuangan sebagai bagian dari tujuan hidup.

Kedua, pelajari segala hal terkait investasi. Luangkan waktu untuk mempelajari instrumen investasi yang tersedia, risikonya maupun potensi keuntungan yang terkandung di dalamnya, serta mekanisme investasi itu sendiri.

Soal mekanisme itu penting Anda pahami agar terhindar dari salah pengertian. Sebab, dalam realitasnya, cukup banyak investor ritel, khususnya di pasar saham, yang tidak mengerti cara membaca laporan transaksi saham dan atau bahkan tidak bisa membedakan antara potential loss dan loss. Atau tidak bisa membedakan antara harga beli saham dan harga rata-rata beli saham. Oleh karena itu, pemahaman mengenai instrumen investasi sangat diperlukan agar tidak keliru dalam mengambil keputusan berinvestasi.

Simulasi

Ketiga, memulai investasi dengan simulasi. Seperti orang yang belajar main golf. Sebelum terjun ke lapangan, tentunya mesti belajar melakukan driving atau memukul bola dengan benar. Demikian juga dalam berinvestasi, tidak ada salahnya melakukan simulasi atau membuka account ”pura-pura”. Cara ini akan memudahkan Anda merasakan getaran dinamika investasi, khususnya di pasar saham.

Asumsikan Anda menempatkan dana Rp 250 juta untuk berinvestasi saham. Lalu, pilihlah saham yang Anda minati. Misalnya 5 jenis saham masing-masing Rp 50 juta. Lalu, lihat bagaimana hasil investasi saham itu satu bulan kemudian. Ada yang naik dan memperoleh gain dan ada juga yang loss. Hitung nilai net- nya. Itulah hasil investasi simulasi dalam satu bulan. Selanjutnya, Anda bisa mengubah portfolio saham tersebut, dengan mengganti saham-saham yang Anda beli. Dengan cara simulasi semacam ini, Anda akan terbiasa mengikuti gerakan pasar dan setelah saatnya tepat, barulah Anda berinvestasi di saham.

Keempat, melakukan investasi secara berkala. Ini merupakan salah satu poin penting dalam berinvestasi sekaligus menghindari kemungkinan menjadi investasi ”semusim”. Apa maksudnya? Investasi harus didasarkan pada perencanaan yang matang dan kemampuan keuangan yang relevan. Artinya, investasi sebaiknya tidak dilakukan dengan pemaksaan. Oleh karena itu, akan jauh lebih baik kalau dana yang ditempatkan dalam investasi dilakukan secara bertahap, terus- menerus, dan bersifat jangka panjang.

Dengan cara ini, investasi bukan lagi karena faktor pengaruh eksternal, melainkan karena keputusan pribadi. Hasilnya bisa lebih memuaskan ketimbang sekadar menjadi investor ”musiman”.

Quoted by Idham Azhari from KOMPAS

Sunday, March 6, 2011

Investasi: Bermain Saham Situasi Fluktuatif

Minggu, 06 Maret 2011
Adler Haymans Manurung/praktisi keuangan

Saat ini pasar sedang fluktuatif yang bergerak naik turun pada level IHSG 3350 sampai dengan 3650. Fluktuatifnya IHSG pada kisaran tersebut dikarenakan informasi yang masuk ke bursa tidak banyak yang mendukung untuk naik tajam. Bahkan, informasi yang datang saat ini tingkat bunga meningkat dikarenakan ada kenaikan harga-harga.

Kejadian ini tidak terlepas dari proyeksi yang dilakukan pemerintah dan angka-angka pertumbuhan ekonomi yang tidak begitu baik.

Pada situasi pasar fluktuatif, investor perlu menentukan tujuan utama dari dana yang dimiliki serta tujuan utama untuk bermain saham. Tujuan tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Bila tujuan jangka panjang yang diinginkan, investasi pada saham harus memberikan tingkat pengembalian yang tinggi. Bila tujuan jangka pendek yang diinginkan, investor menginginkan tingkat pengembalian cukup dalam jangka pendek.

Ada beberapa tindakan investor yang bisa dilakukan dalam situasi ini, pertama, investor tidak boleh masuk ke saham yang sangat bervariasi harganya dikarenakan pemain pasar. Investor akan mengalami kerugian bila ikut masuk bermain saham di kelompok saham ini. Pemain pasar (baca: bandar) sangat lihai menggoyang atau mengayunkan harga saham demi mendapatkan keuntungan bagi dirinya.

Ada beberapa saham yang sering dimainkan pemain pasar dan biasanya saham ini dapat disebutkan saham gorengan. Saham ini biasanya berkapitalisasi pasar yang kecil. Adanya net selling dalam sehari yang dikenal netting membuat pemain pasar ini tidak memerlukan modal untuk memainkan saham ini.

Kedua, investor memilih saham yang sangat layak untuk dibeli dan disimpan dalam jangka panjang. Karena tujuannya jangka panjang, investor bisa membeli saham secara perlahan-lahan dan bertahap. Bila pasarnya turun, investor membeli 10 persen dari dana yang dimiliki dan turun lagi investasi 10 persen lagi.

Besaran persentase dana investasi bertahap ini bergantung pada keyakinan dan pandangan pasar yang dimiliki investor. Setelah investasi sudah seluruhnya dilakukan, investor tidak perlu memerhatikan setiap detik denyut pergerakan harga saham di bursa. Selanjutnya, investor hanya memerhatikan IHSG sudah naik berapa persen, apakah sudah naik tajam, atau bahkan drop. Bila sahamnya drop, tidak usah panik karena dana yang dimiliki tidak hilang dan dana tersebut dari awalnya memang tidak dibutuhkan untuk jangka pendek.

Bila IHSG sudah naik dua kali atau tiga kali lipat dari hasil investasi pada instrumen deposito sudah selayaknya investor mengambil keuntungan yang disebut profit taking, kemudian membeli saham kembali. Bahkan, ada investor yang telah mempunyai program dengan menjual saham bila harga saham sudah naik sekitar 15 persen dalam jangka pendek sehingga nilainya jauh lebih besar bila disetahunkan. Bahkan, investor membandingkan dengan investasi lain, maka investasi ini akan lebih baik.

Ketiga, situasi pasar yang fluktuatif ini dapat digunakan untuk melakukan jual beli atau disebut trading untuk para pemain pasar dan ini sangat cocok untuk jangka pendek. Bila investor ingin melakukan strategi ini, investor harus mempunyai waktu untuk mengikuti pergerakan harga saham tersebut. Bila investor tidak mempunyai waktu, investor jangan menggunakan strategi ini karena investor bisa mengalami kerugian dan akhirnya investor akan menempuh strategi pertama.

Penggunaan strategi ini tidak perlu dengan banyak saham karena semakin banyak saham yang ditransaksikan, semakin besar pengetahuan dan informasi yang harus dimiliki. Sebaiknya investor hanya melakukan transaksi terhadap 5 sampai 9 saham.

Di samping itu, kemampuan manusia untuk menganalisis saham dan mengingatnya sekitar 10 saham. Penulis hanya menyarankan banyak saham yang ditransaksikan sebanyak 5 atau 6 saham. Selanjutnya, investor harus memilih saham mana saja yang harus ditransaksikan agar mempunyai keuntungan.

Karena tujuan awal untuk trading, investor harus memerhatikan saham mempunyai volatilitas (pergerakan harga) saham sekitar 10 persen sampai dengan 15 persen. Semakin besar volatilitas saham tersebut, semakin besar kemungkinan mendapatkan keuntungan, tetapi saham tersebut semakin berisiko. Bila investor menggunakan volatilitas yang kecil, keuntungan yang diperoleh kecil dan investor melakukan transaksi untuk memberikan kekayaan kepada pihak lain. Investor sebaiknya bermain pada saham yang likuid dan tidak perlu bermain pada saham yang berkapitalisasi besar karena modal yang diperlukan juga besar.

Keempat, melakukan transaksi bukan langsung bermain saham, tetapi bermain opsi saham. Permainan opsi saham ini sangat banyak sekarang dilakukan oleh investor dengan langsung bermain ke bursa Amerika Serikat.

Opsi tersebut merupakan hak untuk membeli saham dikenal opsi call atau hak untuk menjual saham dikenal opsi put pada harga tertentu di mana harga ini disebut strike price.

Bila investor menggunakan opsi call, investor memandang harga saham akan mengalami kenaikan pada masa mendatang. Sebaliknya, investor menggunakan opsi put bila investor mempunyai pandangan pada masa mendatang harga saham akan mengalami kenaikan.

Dalam situasi pasar yang berfluktuasi ini, strategi opsi yang dipergunakan adalah strategi spread, khususnya butterfly spread. Strategi spread maksudnya melakukan transaksi membeli opsi call dan menjual opsi call. Investor hanya melakukan perbedaan strike price dari opsi call tersebut sehingga ada spread.

Butterfly spread call maksudnya transaksi membeli opsi call sebanyak dua buah dengan strike price yang berbeda dan menjual opsi call dengan strike price di antara (di tengah) strike price dari pembelian opsi call. Artinya, investor akan mendapatkan keuntungan di antara strike price pembelian opsi call tersebut di mana puncaknya keuntungan pada strike price menjual opsi.

Quoted by Idham Azhari from KOMPAS