BLOGSPOT atas

Sunday, November 28, 2010

INVESTASI: Tentang "Insider Trading"

Minggu, 28 November 2010 | 03:32 WIB

Adler Haymans Manurung - Praktisi Keuangan

Insider trading merupakan istilah di bursa yang pengertiannya adalah seseorang yang melakukan transaksi dengan mendapat informasi orang dalam sehingga orang tersebut mendapatkan keuntungan yang abnormal.

Pertama, adanya informasi akurat dari orang dalam mengenai prospek perusahaan pada masa mendatang.

Informasi ini bisa membuat harga saham meningkat dan bisa juga harga saham drop lebih dalam. Biasanya investor ingin mendapatkan informasi yang memberikan keuntungan kepada investor tersebut.

Konotasi yang paling banyak atas insider trading adanya keuntungan yang sangat besar. Investor membeli saham lebih awal dari pihak lain karena memperoleh privelege informasi terbaru mengenai prospek saham, termasuk juga investor melakukan penjualan atas saham disebabkan adanya informasi akan membuat harga saham tersebut mengalami penurunan. Apabila dijual lebih cepat, investor tersebut tidak mengalami kerugian yang besar.

Orang dalam

Kedua, adanya orang dalam yang memberikan informasi kepada pihak luar perusahaan untuk mempergunakan informasi tersebut dalam rangka memperoleh keuntungan yang sangat besar, termasuk juga keuntungan yang kecil. Orang dalam tersebut diartikan lebih sederhana jika tidak memahami esensi dan roh transaksi saham di pasar perdana dan pasar sekunder, seperti Bursa Efek Indonesia.

Umumnya yang masih minim pengetahuannya akan menyatakan orang dalam hanya direksi dan komisaris perusahaan. Padahal, orang dalam tersebut mempunyai arti lebih luas sekadar hanya orang yang bekerja dalam perusahaan.

Misalkan, sebuah perusahaan yang sahamnya terdaftar di Bursa Efek sedang melakukan aktivitas ingin mengakuisisi sebuah perusahaan lain dan pendanaannya dengan menggunakan penerbitan saham.

Aktivitas ini dikenal sebagai corporate action (aksi perusahaan) bagi orang yang suka bermain saham di Bursa Efek.

Pihak yang terkait untuk melaksanakan aktivitas ini, perusahaan menunjukkan perusahaan sekuritas, konsultan hukum, perusahaan penilai, akuntan publik, notaris, serta konsultan keuangan dan konsultan kehumasan. Pihak-pihak ini sudah dianggap terafiliasi dengan perusahaan karena pihak-pihak tersebut yang mengerjakan corporate action tersebut. Pihak-pihak ini juga dapat disebut dengan orang dalam.

Ketiga, adanya transaksi saham yang dilakukan seseorang atas informasi yang diperoleh dari orang-orang tertentu dalam perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di Bursa Efek. Seseorang yang melakukan transaksi saham atas informasi yang diperolehnya dan memperoleh keuntungan merupakan sebuah kejahatan karena transaksi tersebut dianggap sebagai transaksi dari orang dalam (insider trading).

Investor bisa mendapatkan keuntungan dari transaksi saham dengan cara membeli saham lebih awal daripada pihak lain yang belum mendengar berita tersebut. Pemikirannya, investor harus membeli lebih awal karena harganya akan lebih murah sebelum informasi disampaikan kepada publik. Jika investor melakukan transaksi setelah informasi disampaikan kepada publik, investor tidak terkena persoalan insider trading.

Sehnyun (2000) menyatakan, biasanya pihak yang memperoleh informasi dari orang dalam akan melakukan transaksi yang cukup besar. Tindakan ini dilakukan karena keuntungan yang diperoleh akan lebih besar dan kepastiannya lebih jelas.

”Initial public offering”

Timbul pertanyaan, apakah ada insider trading pada perusahaan yang sedang melakukan IPO (initial public offering) ? Jika diperhatikan secara harfiah bahwa insider trading hanya terjadi apabila saham telah diperdagangkan di Bursa. Artinya, insider trading hanya terjadi pada pasar sekunder, yaitu transaksi di Bursa. Jika konsep ini yang dipergunakan, pemahaman yang dipergunakan sangat dangkal sekali.

Apakah saat IPO bukan juga pasar, di mana IPO dikenal dengan pasar perdana. Apakah pihak-pihak tidak bisa menggunakan informasi orang dalam untuk transaksi di pasar perdana? Apabila investor tahu bahwa harga saham tersebut murah dan bisa dibuktikan serta informasi tersebut diperoleh dari orang dalam (termasuk orang pihak terkait dalam proses IPO), investor akan membeli saham tersebut.

Biasanya, investor yang pintar akan melipatgandakan pembeliannya atas saham tersebut karena adanya kepastian memperoleh keuntungan pada hari pertama ditransaksikan. Apalagi, investor tersebut mempunyai ”hubungan yang baik” dengan perusahaan sekuritas dan seluruh pihak-pihak tersebut. Artinya, insider trading akan terjadi di seluruh pasar transaksi saham.

Bisakah pengawas melakukan insider trading ? Secara analisis norma dan etika serta hukum (undang-undang) akan memberikan kemungkinan karena pada saat perusahaan mendaftarkan sahamnya ke Bapepam ataupun Bursa, ada kemungkinan informasi sudah diperoleh lebih awal. Dengan informasi yang diperoleh pengawas meminta kepada perusahaan sekuritas untuk mendapatkan jatah saham tersebut. Informasi yang diperoleh pengawas disampaikan kepada teman-teman lain untuk membeli saham karena perusahaan bagus dan murah. Tindakan ini merupakan sebuah tindakan yang mengarah ke insider trading.

KOMPAS

Saturday, November 27, 2010

5 Hal yang Bikin Kantung Tipis

Sabtu, 27/11/2010 | 19:21 WIB

KOMPAS.com - Sedari awal Anda menandatangani kontrak kerja, gaji yang ditawarkan sudah mencukupi hidup Anda selama sebulan. Tetapi, mengapa setelah sekian bulan bekerja, gaji Anda tak lagi mencukupi hingga akhir bulan? Tanpa kita sadari, ada hal-hal keseharian yang tak kita sadari membuat kita bangkrut. Apa saja kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut?

1. Window Shopping

Memang menyenangkan untuk melihat-lihat etalase di mal-mal untuk mengetahui ada gaya-gaya seru apa di dalam toko itu. Ada sebagian orang yang menyukai perlengkapan masak, ada yang suka perlengkapan dekorasi, ada juga yang senang mengutak-utik elektronik, atau busana, meski orang yang bilang tak suka ke mal sekalipun. Tetapi tahukah Anda, bahwa "window shopping" sebenarnya tak baik untuk Anda. Saat ini "window shopping" tak berarti Anda harus ke mal, lho. Lewat katalog pun berarti Anda sudah melakukan kegiatan tersebut. Segala kemudahan yang menghubungkan Anda dengan barang-barang kesukaan Anda itu bisa membuat Anda terdorong untuk belanja. Butuh disiplin yang kuat untuk menghentikan kebiasaan "window shopping". Mintalah untuk toko kesayangan Anda berhenti mengirimkan Anda newsletter dan katalog yang berisi barang-barang terbaru agar Anda tak selalu tergoda untuk membeli. Sebelum membeli barang terbaru itu, selalu tanyakan pada diri Anda, apakah Anda membutuhkan barang tersebut, dan bisakah Anda membayar tunai untuk barang itu? Jika salah satu jawabannya adalah "tidak", tinggalkan barang itu.

2. Membawa banyak uang tunai

Sudah seringkali diingatkan untuk tidak tergoda menggunakan kartu kredit atau kartu debet setiap saat, dan lebih baik membawa uang tunai secukupnya. Karena, kalau membawa uang tunai dalam jumlah banyak ke mana-mana, Anda bisa mendorong Anda lebih banyak belanja. Uang tunai yang tercecer dan ddalam jumlah banyak bisa membuat Anda berpikir bahwa itu adalah uang sisa yang bisa dibelanjakan barang tersier. Lalu Anda merasa bersalah karena uang tersebut hanya duduk diam di sana, Anda pun tergoda untuk memakainya. Bawalah uang tunai secukupnya, dan tinggalkan sisanya di rumah. Menghindari kartu kredit atau debet memang menyenangkan, tetapi pengaturan anggaran yang baik, lebih penting.

3. Menyimpan data kartu kredit di toko maya

Ada sebagian toko maya yang memberi Anda kemudahan dengan menyimpan data kartu kredit Anda di sana. Dengan kemudahan ini, Anda jadi tak perlu memasukkan data-data dan password berulang kali. Dengan kata lain, Anda tinggal pilih saja barang yang Anda mau tanpa repot. Tetapi, hal ini akan berbahaya bagi Anda. Alasannya, Anda akan lebih mudah tergoda untuk belanja. Terlebih karena yang perlu Anda lakukan adalah mengklik barang yang Anda mau, tanpa ada kesan bahwa Anda baru saja melakukan sebuah transaksi.

4. Belanja dengan emosi

Bagi wanita, belanja kala sedang kesal atau sedang senang adalah semacam hal yang membuatnya merasa bahagia. Tapi hati-hati, membiarkan mood Anda mendikte kebutuhan Anda adalah cara cepat menuju bangkrut. Upayakan untuk mencari ketenangan diri sebelum pergi belanja. Jujurlah pada diri Anda untuk menjawab pertanyaan, apakah Anda benar-benar membutuhkan barang-barang tersebut dan apakah Anda mampu membayar barang tersebut secara tunai? Coba bahagiakan diri Anda dengan melakukan hal-hal yang tak mengeluarkan biaya tinggi, seperti mandi air hangat atau spa dengan perlengkapan mandi yang sudah Anda miliki.

5. Tidak membuat perencanaan

Jarang membuat menu per minggu? Hm, sudah saatnya Anda membuat menu makan mingguan, kalau perlu, bulanan, demi penghematan. Mengapa? Karena, jika Anda malas membuat menu dan jadwal masakan mingguan, dan Anda mendapati di rumah tak ada bahan makanan, Anda akan tergoda untuk berbelanja makanan di restoran terus menerus. Hal ini bisa membuat Anda bangkrut tanpa disadari.

Saat Anda menyusun menu seminggu, Anda pasti akan memperkirakan bahan makanan apa yang bisa Anda beli, dan sisanya bisa digunakan untuk hari-hari selanjutnya. Jika Anda memperkirakan dalam waktu seminggu Anda akan sibuk, belanjalah bahan makanan sehat yang bisa tahan lama dan bisa Anda buat di akhir minggu untuk Anda simpan selama beberapa hari. Tak hanya bisa menghemat uang, tetapi juga membantu Anda menghindari makanan berlemak dari restoran cepat saji.

Dibutuhkan disiplin untuk terhindari dari kebiasaan buruk. Namun, dengan perencanaan dan pertahanan diri, serta kemampuan untuk menghindar dari situasi menggoda, Anda bisa terbebas dari kebiasaan-kebiasaan ini, dan mungkin bisa menyisakan uang lebih untuk ditabung.

NAD

Editor: Nadia Felicia

Sumber: Investopedia
KOMPAS


- Muhammad Idham Azhari

Wednesday, November 24, 2010

OVI Store: Rekor Tiga Juta 'Download' Per Hari

Rabu, 24 November 2010 | 19:14 WIB

KOMPAS.com — Gerai aplikasi Nokia atau beken disebut Ovi Store rnengklaim berhasil mencetak rekor tingkat unduhan (download) sebanvak tiga juta kali per hari. Rekor ini tak lepas dari kontribusi sekitar 400.000 pengembang aplikasi baru selama setahun terakhir.

Ada beberapa konten populer di Ovi Store. Pertama, Swype, teknologi yang memungkinkan para pengguna menulis lebih cepat dan mudah hanya dengan satu gerakan jari atau stylus di papan ketik. Kedua, NHL GameCenter Premium, yang menjadi media informasi terbaru para penggemar olahraga hoki. Dengan aplikasi ini, pengguna bisa memantau statistik dan skor pertandingan atau menonton potongan dan rangkuman pertandingan.

Ketiga, aplikasi WhatsApp Messenger. Ini adalah aplikasi pengiriman pesan yang menggunakan koneksi 3G atau Wi-Fi untuk berkomunikasi dengan teman dan keluarga. Melalui WhatsApp, pengguna bisa mengirim dan menerima pesan, gambar, catatan suara, dan pesan video tanpa harus mengeluarkan biaya sepeser pun. (Kontan/Dessy Rosallina)

KOMPAS

Lawan Google, Modal Nekat dan Teh Botol

Rabu, 24 November 2010 | 15:45 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Meski baru beroperasi selama enam bulan, SITTI berani menantang layanan iklan Google. Perusahaan asli Indonesia tersebut memang tidak main-main meski harus dengan modal seadanya.

"Cuma dua kelebihan kita dari Google, nekat sama teh botol," kata Andy Sjarif, Group CEO SITTI, saat acara "Buka Pintu" kantor barunya di kawasan Senopati, Jakarta, Rabu (24/11/2010). Kenapa teh botol? Kata Andy, semua orang di SITTI sangat tergila-gila dengan teh botol dan menurutnya hanya jumlah konsumsi teh botol yang bisa mengalahkan berapa kali mereka mengakses Google setiap hari.

Bahkan, dalam acara tersebut pun, Andy berdiri dengan kerat teh botol sebagai pengganti panggung. Tamu-tamu bebas minum teh botol yang khusus untuk acara tersebut disediakan sebanyak 20 kerat. Bahkan, kata Andy, penjualan teh botol di kantor yang dikelola koperasi kecil-kecilan oleh office boy di kantor tersebut adalah pendapatan perusahaan saat ini. Tentu cerita tersebut langsung disambut tertawa tamu undangan yang hadir.

Kenapa pakai nama SITTI yang terkesan jadul? Andy Sjarif mengatakan ada dua alasan mengenai pemilihan nama tersebut. Menurutnya, SITTI bukan singkatan apa pun, melainkan diambil dari nama Sitti Nurbaya, judul novel yang revolusioner dan membuat ledakan linguistik. SITTI yang juga erat kaitannya dengan linguistik ingin meniru kesuksesan novel Sitti Nurbaya.

Selain itu, nama SITTI diakui Andy terkesan lama dan kampungan. Namun, nama tersebut sengaja dipilih untuk menantang Google. "Malu dong kalau Google lawan SITTI yang kampungan atau sebaliknya kalau Google sampai dikalahkan SITTI," ujar Andy Sjarif.

SITTI berdiri enam bulan lalu dan mengembangkan platform iklan kontekstual, seperti Google AdWord dan AdSense. Mereka berusaha menyajikan iklan dalam halaman situs web atau blog sesuai isi artikel dalam halaman tersebut. SITTI telah mengindeks 600 juta halaman web berbahasa Indonesia dan menyajikan 3.300 iklan dari 529 merek. Saat ini SITTI telah mempekerjakan 25 orang dan menggunakan 6 server.

KOMPAS

Sunday, November 21, 2010

Membeli Saham IPO

Minggu, 21 November 2010 | 04:00 WIB

Elvyn G Masassya - praktisi keuangan

Initial public offering adalah menjual sebagian kepemilikan saham kepada publik melalui pasar modal. Bagi perusahaan, IPO merupakan langkah untuk menaikkan ”derajat”. Mengapa? Karena menjadi perusahaan publik mengharuskan perusahaan lebih transparan, lebih kompetitif, dan lebih memiliki tanggung jawab. Sebab, sebagian kepemilikannya sudah berada di tangan banyak orang.

Di sisi lain, pemilik perusahaan yang melepas sahamnya juga dapat meraup dana dari publik. Dana yang diperoleh bisa jauh lebih besar dibandingkan dengan modal yang ditempatkan ketika perusahaan baru didirikan. Sebab, harga saham yang dijual mencerminkan nilai perusahaan tersebut, paling tidak dalam tiga tahun terakhir. Konkretnya, ketika sahamnya dijual kepada publik, harga bisa di atas nilai bukunya. Makanya, ada istilah dua kali price book value (PBV), tiga kali, dan seterusnya. Bergantung seberapa bagus value dan prospektif perusahaan tersebut.

Sementara, bagi masyarakat, membeli saham perusahaan publik merupakan cara termudah untuk bisa turut memiliki perusahaan. Jika perusahaan tersebut bagus, masyarakat juga akan menikmati hasilnya. Selain memperoleh dividen, masyarakat juga berpeluang mendapatkan capital gain apabila harga saham meningkat. Di sisi lain, jika perusahaan tersebut sudah tidak menjanjikan, dengan mudah pula sahamnya bisa dijual kepada pihak lain yang berminat.

Pertanyaannya, apakah semua saham yang dijual oleh perusahaan layak untuk dibeli? Jelas tidak. Ada kriteria-kriteria bagi investor di pasar saham ketika hendak membeli saham dari perusahaan yang go public agar tidak tertipu atau tidak seperti membeli ”kucing dalam karung”.

Kriteria layak beli

Pertama, berapa jumlah saham yang akan dilepas ke publik. Semakin besar yang dilepas, akan semakin bagus. Ukuran umum adalah 30 persen. Kalau yang dijual ke publik di atas 30 persen, akan semakin banyak masyarakat yang berpeluang memiliki saham perusahaan itu dan secara teoretis akan banyak transaksi yang nantinya terjadi di pasar sekunder.

Kedua, kepada siapa saham tersebut dialokasikan. Ini juga penting. Di pasar modal dikenal istilah investor institusi, investor ritel, investor asing, dan juga investor lokal. Ketika perusahaan menjual sahamnya kepada publik, biasanya mereka sudah memiliki rencana untuk pengalokasian sahamnya. Berapa besar yang dialokasikan untuk investor asing dan berapa pula untuk lokal. Demikian pula untuk investor institusi dan juga investor ritel.

Kalau yang dilepas kepada investor ritel sangat sedikit, Anda perlu waspada. Sebab, saham yang akan dibeli belum tentu likuid, alias belum tentu mudah untuk diperdagangkan. Investor institusi biasanya membeli saham tidak selalu untuk diperdagangkan. Demikian pula dengan alokasi kepada investor asing versus investor lokal. Mestinya alokasi kepada kedua jenis investor tersebut berimbang. Jika tidak berimbang, apalagi misalnya untuk asing sampai 90 persen dan lokal hanya 10 persen, perlu juga dipertanyakan apa alasannya.

Ketiga, harga saham. Sebelum menjual saham, perusahaan akan dievaluasi dulu oleh pihak independen untuk menghitung berapa harga wajar dari sahamnya. Selain didasarkan atas kinerja dan prospek perusahaan bersangkutan, juga akan dibandingkan dengan pesaingnya di sektor yang sama. Barulah kemudian muncul kisaran harga, misalnya dua kali nilai buku dan seterusnya.

Selain itu juga ada indikator berupa price earning ratio (PER) untuk melihat apakah harganya kemahalan, murah, atau wajar. Sebagai calon investor sebaiknya jeli mencermati indikator tersebut. Jika PER-nya lebih tinggi dibandingkan dengan pesaing, Anda perlu berpikir dua kali sebelum membeli. Begitu juga dengan PBV-nya, harus dicermati apakah di atas pesaing, di bawah, atau rata-rata.

Selanjutnya, berdasarkan harga saham yang dipatok dan target persentase saham yang dilepas akan bisa dihitung berapa kapitalisasi pasar dari saham tersebut. Semakin besar kapitalisasinya akan semakin bagus. Sebab, kapitalisasi pasar yang besar mencerminkan kapasitas untuk terjadinya volume transaksi yang besar pula sehingga sahamnya akan likuid atau mudah diperjualbelikan di pasar sekunder.

Keempat, potensi kenaikan/penurunan harga. Siapa pun yang membeli saham pada saat IPO pasti mengharapkan adanya capital gain dari saham tersebut, selain juga dividen, jika saham yang dibeli dipegang dalam kurun cukup lama. Masalahnya, apakah capital gain akan pasti terjadi? Tidak ada yang bisa menjamin. Namun, secara teoretis, potensi capital gain itu bisa dideteksi dari besarnya permintaan terhadap saham dimaksud pada saat dilakukan penawaran kepada publik.

Ini disebut dengan over/under subscribe. Artinya, apakah permintaan berada di atas atau di bawah penawaran. Semakin besar jumlah permintaan dibandingkankan dengan jumlah saham yang ditawarkan, semakin besar potensi adanya up side atau kenaikan harga ketika saham tersebut mulai diperdagangkan. Kenapa? Karena calon investor yang tidak kebagian beli di masa penjatahan, biasanya akan memburu saham dimaksud tatkala sudah listing. Itulah sebabnya kenapa banyak saham langsung mengalami pelonjakan harga pada saat mulai diperdagangkan.

Jika Anda yakin dengan kinerja perusahaan dan mengharapkan juga untuk memperoleh dividen, ada baiknya tetap dipegang sampai masa pembagian dividen tiba. Setelah itu, jika harganya sudah cukup tinggi, barulah dijual kepada pihak lain. Namun, jika motif Anda hanyalah untuk perdagangan jangka pendek, ketika up side terjadi saat saham diperdagangkan, tidak ada salahnya juga untuk dilepas. Sebab, jika kenaikan harga sudah terlalu tinggi, peluang untuk naik lagi sudah semakin terbatas.

KOMPAS

Sunday, November 14, 2010

IPO

Minggu, 14 November 2010 | 04:18 WIB

Adler Haymans Manurung - praktisi keuangan

IPO menjadi sebuah kata yang sangat terkenal bagi kita dalam dua minggu ini, terutama dalam kasus PT Krakatau Steel, Tbk. IPO adalah sebuah aktivitas penawaran saham kepada masyarakat dengan mengikuti proses sesuai undang-undang yang dikenal dengan Undang-Undang Pasar Modal. Masyarakat bisa membeli saham perusahaan tersebut melalui perusahaan sekuritas yang mempunyai periode penawaran. Perusahaan yang ingin melakukan penawaran saham kepada publik setidaknya ada tahapan yang dilalui dan sering kali harus dilaksanakan.

Tahap awal yang dilakukan adalah meminta persetujuan akan dilakukan penawaran saham kepada publik kepada pemegang saham yang ada melalui mekanisme RUPS. Apabila RUPS telah menyetujui penawaran saham kepada masyarakat, direksi bisa menindaklanjutinya. Salah satu tindak lanjut dari hasil RUPS tersebut dewan direksi bisa membuat tim untuk menangani proses IPO (initial public offering) tersebut.

Dalam melaksanakan IPO, perusahaan tidak bisa melakukannya dan harus dibantu oleh pihak lain yang dikenal dengan profesi pasar modal dan lembaga penunjang pasar modal serta perusahaan sekuritas sebagai mitra dalam proses IPO ini. Sementara itu, profesi tersebut adalah akuntan, konsultan hukum, dan notaris, sedangkan lembaga penunjang pasar modal adalah lembaga penilai dan biro administrasi efek. Perusahaan sekuritas yang memimpin semua pihak yang berpartisipasi dalam proses IPO tersebut. Penentuan harga IPO ditentukan oleh perusahaan sekuritas dan perusahaan yang ingin IPO, di mana saat ini dilakukan dengan book-building. Harga IPO biasanya diminta dengan harga yang tinggi oleh perusahaan yang ingin go public dan perusahaan sekuritas selalu meminta dengan harga yang lebih rendah dengan berbagai alasan, baik hasil book-building maupun yang lain. Alasan utama diminta harga rendah karena perusahaan sekuritas tidak menginginkan investornya mengalami kerugian ketika berinvestasi pada saham tersebut agar pada IPO perusahaan lain maka investor tersebut ikut berpartisipasi untuk membeli saham.

Perusahaan

Titik awal memulai IPO setelah ada hasil RUPS dengan menunjuk konsultan hukum dan notaris agar semua aktivitas yang dilakukan tidak melanggar hukum yang ada. Tindakan yang dilakukan yaitu meningkatkan modal dasar perusahaan dan mengubah AD/ART agar memenuhi. Tindakan ini juga mengubah perusahaan dari perusahaan tertutup menjadi perusahaan terbuka sehingga perusahaan tersebut selalu mencantumkan singkat pendek ”Tbk” setelah nama perusahaan. Peningkatan modal dasar dan juga modal setor harus disesuaikan dengan undang-undang yang berlaku.

Persyaratan IPO bisa diperoleh dari Bapepam, baik langsung maupun melalui website yang dimiliki lembaga tersebut, bahkan perusahaan bisa mendapatkan dari perusahaan sekuritas. Persyaratan ini yang perlu dipersiapkan oleh perusahaan dengan pihak-pihak yang turut berpartisipasi dalam IPO tersebut. Salah satu syarat yang harus diperhatikan perusahaan adalah laporan keuangan yang diaudit oleh akuntan publik. Laporan keuangan yang telah diaudit tersebut hanya berlaku 180 hari sampai terbitnya surat efektif dari Bapepam. Misalkan, bila perusahaan menggunakan laporan audit 30 Juni, laporan ini hanya berlaku sampai Desember sehingga proses IPO harus dilakukan selama enam bulan dan surat efektif dari Bapepam sudah keluar.

Jika kelengkapan dokumen sudah terkumpul, perusahaan dibantu perusahaan sekuritas mendaftarkannya ke Bapepam yang dikenal dengan pernyataan pendaftaran. Ketika perusahaan mengajukan pernyataan pendaftaran ke Bapepam, perusahaan harus transparan dan wewenang Bapepam untuk membuat saham tersebut menjadi wajar dan teratur. Apabila pemeriksaan dokumen yang dilakukan oleh Bapepam sudah memenuhi syarat, Bapepam menerbitkan surat efektif atas IPO saham perusahaan tersebut.

Selanjutnya, setelah surat efektif diperoleh dari Bapepam, perusahaan dengan perusahaan sekuritas melakukan public expose untuk mendapatkan investor walaupun sebenarnya kebanyakan investor perusahaan sekuritas tersebut. Kemudian perusahaan sekuritas melakukan book-building atas harga saham. Ada periode penawaran saham yang lamanya sekitar tiga hari untuk mendapatkan pembeli atas saham tersebut. Pada saat ini ketahuan siapa sebenarnya pembeli saham tersebut. Jika saham tersebut dianggap murah dan berkualitas, saham tersebut menjadi hot issue sehingga permintaan meningkat. Investor yang pintar akan melipatgandakan pesanannya dan investor yang tidak pintar ikut membeli saham tersebut. Apabila saham tersebut biasa saja, pembelinya kebanyakan investor yang tidak pintar dan sedikit yang pintar. Artinya, investor yang yang tidak pintar selalu terpojok sehingga investor tidak heran jika tidak mendapat jatah untuk saham-saham yang hot issue, seperti saham IPO Krakatau Steel.

Restrukturisasi

Salah satu proses yang cukup menarik dilakukan perusahaan sebelum IPO dilaksanakan adalah melakukan restrukturisasi perusahaan. Restrukturisasi ini perlu dilakukan untuk membuat perusahaan lebih menarik agar lebih laku dijual. Restrukturisasi yang dilakukan adalah bagaimana membuat nilai perusahaan dari harga Rp 500 menjadi Rp 750 atau bahkan jauh lebih tinggi. Tindakan ini diperlukan oleh pemilik karena pemilik telah lama mengoperasikan perusahaan sehingga perlu mendapatkan goodwill atau premium atas penjualan saham yang dilakukannya. Restrukturisasi ini sering juga disebut dengan rekayasa perusahaan agar lebih menarik. Rekayasa yang dilakukan sangat beragam dan rekayasa ini diketahui oleh orang-orang Indonesia bukan dari kita, tetapi dari asing yang menawarkan konsultan di Indonesia untuk perusahaan yang ingin go public. Besaran rekayasa ini bervariasi tergantung keinginan pemilik saham lama dan lakunya saham dijual. Bahkan, penulis mensinyalir hampir semua saham di bursa mengalami rekayasa. Tak heran, ada beberapa perusahaan BUMN yang melakukannya dan bisa dideteksi sehingga perusahaan mendapat penalti, baik direksi maupun perusahaan itu sendiri.

Perlukah investor melakukan investasi pada saham yang sedang IPO. Beberapa pihak investor yang bercerita bahwa setiap ada IPO investor tersebut mengikuti dan menjualnya pada hari pertama saham tersebut ditransaksikan. Investor tersebut selalu mengalami keuntungan minimum sebesar 5 persen dan jangka waktu atas investasi tersebut tidak lebih dari dua minggu. Artinya, investor tersebut telah memperoleh tingkat pengembalian yang cukup tinggi apabila disetahunkan mencapai 250 persen. Berdasarkan penelitian empiris yang dilakukan Rock (1986) bahwa semua saham yang ditawarkan pada saat IPO mempunyai harga yang rendah sehingga investor akan mengalami keuntungan ketika diperdagangkan pada hari pertama.

Empiris dan praktik yang terjadi telah saling mendukung sehingga investor jangan lupa untuk berinvestasi pada IPO. Tetapi, ada juga saham yang diperdagangkan pada hari pertama turun dari harga IPO-nya, misalnya saham Semen Gresik yang harganya drop dari Rp 7.000 ke harga Rp 6.550 pada hari pertama transaksi saham ini.

KOMPAS

Sunday, November 7, 2010

Menghindari Jebakan Pasar Saham

Minggu, 7 November 2010 | 03:57 WIB

Elvyn G Masassya - Praktisi keuangan

Anda sudah berinvestasi di pasar saham? Bagaimana hasilnya? Sebagian dari Anda boleh jadi sudah menikmati keuntungan besar. Tetapi, sebagian lagi juga sangat mungkin merasa jera dan mundur dari pasar saham karena mengalami kerugian.

Lepas dari situasi tersebut, bagi Anda yang selama ini sudah berhasil menuai untung, jangan dulu bergembira. Sebab suatu ketika Anda bisa saja ”terpeleset” dalam jual-beli saham. Begitupun bagi Anda yang merasa jera, semestinya tidak perlu putus asa. Sebab peluang menangguk keuntungan dari investasi di saham sangatlah besar. Ada beberapa jebakan di pasar modal yang layak diwaspadai.

Pertama, jebakan kenaikan indeks harga saham gabungan (IHSG). Indeks yang melesat tinggi, bagi kalangan awam mungkin ditafsirkan sebagai indikasi bagus untuk memborong berbagai saham, dengan harapan saham-saham tersebut akan terus mengalami kenaikan harga seiring kenaikan indeks. Padahal realitasnya belum tentu demikian. Kenaikan indeks tidak selalu diikuti kenaikan harga saham secara menyeluruh. Banyak saham yang harganya malah merosot. Sebab, kenaikan indeks lebih dipengaruhi pergerakan harga dari saham-saham yang memiliki kapitalisasi besar. Ringkasnya, naiknya indeks tidak selalu cerminan dari keseluruhan kinerja saham yang ada di bursa.

Saham-saham yang mendorong naiknya indeks tentu memiliki pembeli dalam jumlah besar. Siapa yang melakukan pembelian? Investor institusi atau investor ritel (perorangan)? Apakah mereka investor asing atau investor lokal? Apakah tujuan mereka membeli untuk dipegang dalam kurun waktu yang lama atau sekadar trading. Kalau yang membeli itu adalah investor institusi lokal, lazimnya mereka membeli untuk dipegang dalam kurun waktu cukup lama. Tetapi, kalau yang membeli itu adalah investor asing, tidak ada jaminan mereka akan memegang dalam kurun waktu yang lama. Artinya, kenaikan indeks yang tiba-tiba bisa saja mengalami koreksi atau penurunan cepat secara tiba-tiba pula, ketika investor asing tersebut menjual kembali saham yang dibelinya.

Oleh karena itu, pergerakan kenaikan indeks yang terlalu cepat sesungguhnya bukanlah hal bagus. Akan lebih bagus jika indeks bergerak, seiring dengan pergerakan harga saham yang berdasarkan membaiknya kinerja fundamental dari perusahaan yang mencatatkan sahamnya di pasar modal. Jadi bukan semata-mata karena ada pembelian besar-besaran oleh investor asing.

Jebakan semu

Kedua, jebakan harga semu. Kenaikan harga sebuah saham secara tiba-tiba bukan pula berita bagus. Apalagi jika tidak ada alasan fundamental yang mendasari kenaikan harga saham tersebut. Lebih dari itu, kalau volume transaksi terhadap saham yang harganya mengalami kenaikan tinggi itu tidak terlalu besar, kecurigaan pantas dilekatkan ke saham tersebut, sebagai saham yang sedang ”digoreng” oleh para bandar.

Saham yang mengalami pergerakan harga akan menarik perhatian. Yang tertarik akan ikut serta membeli. Ketika membeli saham tersebut, harganya biasanya sudah telanjur tinggi. Dan ketika harga sudah tinggi, maka pihak yang ”menggoreng” akan menjual seluruh saham yang dimiliknya. Dampaknya, harga saham ”gorengan” itu akan gosong dan terjun bebas. Jadi, jangan pernah tertarik untuk membeli saham-saham yang tiba-tiba melesat tinggi.

Serakah

Ketiga, jebakan keserakahan. Selain jebakan yang pertama dan kedua di atas, masih ada jebakan lain yang lebih berbahaya, yakni jebakan keserakahan. Dan jebakan ini bukan saja bisa menimpa investor berkategori trader, tetapi juga termasuk investor saham yang masuk kalangan growth investor maupun value investor.

Saham yang sudah dipegang cukup lama dan kebetulan kinerja perusahaan emiten mengalami peningkatan biasanya akan berimbas pada kenaikan harga. Bagi Anda yang sudah memegang saham dimaksud sejak lama, tentu telah mengantongi potential gain dari kenaikan harga saham itu. Kenapa potential gain? Ya karena sahamnya masih dipegang dan belum dijual. Dalam situasi begini, ironisnya kerap ada ”bisikan” di telinga investor untuk jangan dulu menjual sahamnya.

Katakanlah, setelah dipegang selama 1 tahun, harga saham meningkat 30 persen. Karena peningkatannya cukup tinggi, membuat si investor penasaran dan mengharapkan adanya peningkatan lagi, dengan asumsi, investor lain akan turut serta memburu saham dimaksud. Sayangnya, yang sering kali terjadi adalah potential gain yang 30 persen itu hilang karena investor lain malah menjual saham dimaksud dan harganya kemudian turun.

Oleh karena itu, sangatlah pantang untuk menjadi ”serakah” dalam investasi saham. Jika Anda mematok target 30 persen kenaikan harga, maka ketika harga saham sudah tercapai, mestinya saham tersebut langsung dijual. Tidak perlu menyesal kalau ternyata harga saham itu terus meroket. Itu bukan rezeki Anda.

Keempat, jebakan rasa takut. Seorang investor di pasar saham kerap kali mengalami kerugian karena tidak bisa menahan rasa takutnya. Ketika saham yang dibeli mengalami penurunan harga, mereka langsung merasa takut harga sahamnya semakin merosot. Dan jika tidak mampu lagi mengontrol rasa takut, saham yang sudah dibeli langsung dijual dan yang diperoleh hanya kerugian. Padahal, setelah dijual saham tersebut bisa kembali naik dan bahkan semakin tinggi harganya.

Bagaimana mungkin? Sangat mungkin. Pergerakan harga saham harian tidak selalu dipicu oleh faktor fundamental. Tetapi, lebih sering karena sekadar sentimen pasar.

KOMPAS

Saturday, November 6, 2010

Sukses Bisnis Digital Tak Cukup Bermodal Uang

Sabtu, 6 November 2010 | 06:37 WIB
KOMPAS.com - Perkembangan industri digital di indonesia menjadi sorotan dalam seminar "The Next Big Thing, Investment in Indonesia Digital Market", Jumat (5/11/2010) di Hotel Kempinski, Jakarta.


Beberapa pembicara hadir dalam seminar tersebut. Di antaranya, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, Michael Smith Jr. selaku Director of Global Initiative Yahoo dan Sarah Lacy dari Techcrunch.com. Seminar ini terselenggara berkat kerjasama Semut Api Colony Brand Maketing Communication, Daily Social dan Kompas.com.

Salah satu hal yang menarik ada komentar Michael Smith tentang perilaku masyarakat Indonesia dalam mengkonsumsi barang dagangan. "Indonesia adalah konsumen terbesar produk-produk yang tidak diproduksi di Indonesia," ungkap pria yang akrab disapa Smithy itu.

Dalam konteks produk digital, kebanyakan orang di Indonesia masih menjadi konsumen dari web-web luar negeri. Smithy mencontohkan, dalam menggunakan Facebook, Indonesia menjadi ketiga terbesar di dunia tapi belum mampu mebuat produk serupa yang bisa dikonsumsi orang Indonesia sendiri.

Menurut Smithy, Indonesia sebenarnya memiliki peluang untuk mengubah hal tersebut. "Indonesia berpeluang sebab memiliki populasi dan talenta serta kemampuan bahasa yang baik. Selain itu, internet adalah satu bidang yang menempatkan Indonesia di BRICi (Brazil, Rusia, India, China, Indonesia)," terangnya.

Untuk memanfaatkan peluang tersebut, Smithy mengungkapkan lima hal yang perlu diperhatikan. "Yang perlu diperhatikan adalah kemampuan untuk menakar atau how to scale social, mobile, e-commerce, dan investasi," jelas Smithy. Ringkasnya adalah faktor-faktor yang mampu menunjang bisnis digital itu sendiri.

Sementara itu, Sarah Lacy mengungkapkan beberapa pandangannya tentang hal-hal yang mungkin bisa membangun bisnis digital di Indonesia. Ia menggarisbawahi kemauan mewujudkan sebuah ide yang sudah dimiliki. Ia mengatakan, "Ide saja itu bukanlah hal yang genius. Kegeniusan adalah kemampuan kita untuk mewujudkan ide."

Ia juga mengungkapkan, pembangunan bisnis digital menjadi sebuah bisnis besar sangat tergantung pada pelayanan, bukan iklan. Menurutnya, iklan saja tidak akan membawa pelaku bisnis digital menjadi sukses dan menghasilkan uang besar.

Akhirnya, menanggapi tentang kebutuhan dalam membangun bisnis digital, Sarah mengatakan, "Kebutuhan yang seharusnya adalah mentorship, bukan hanya uang untuk modal."

KOMPAS

Wednesday, November 3, 2010

Sukses Tebar Pesona di Dunia Maya

Rabu, 3/11/2010 | 08:31 WIB

KOMPAS.com Situs jejaring sosial OK Cupid menerapkan riset pada 7.000 anggotanya dan menemukan jawaban mengapa beberapa profil mendapat respons yang tinggi. Dari temuan ini, muncul ilmu baru untuk tampil lebih atraktif di iklan jodoh via internet. Berikut ini adalah resume dari cara baru itu. Cobalah. Pasti bermanfaat.

"What works online": Untuk wanita, cobalah memasang foto dengan tatapan mata langsung ke kamera.
"In real life": Buat kontak mata sedini mungkin pada awal kencan pertama. Tatapan mata yang dalam selalu menggugah. Dijamin.

"What works online": Informasi diri yang singkat. Tidak bertele-tele.
"In real life": Jangan terlalu asik bercerita tentang diri sendiri. Tanyakan kepada pasangan kencan Anda tentang hidup dan hal-hal favoritnya. Ini akan menunjukkan bahwa Anda benar-benar tertarik padanya.

"What works online": Keterangan tentang rutinitas sehari-hari dan foto-foto perjalanan. Bukan foto-foto berkesan glamor dan berlebihan.
"In real life": Jadilah diri sendiri. Orang lain ingin tahu pribadi Anda yang sebenarnya, bukan kesan yang ingin diproyeksikan. Jangan bergaya seksi, tetapi jadilah seksi! Be authentic.

Editor: Dini

Sumber: Majalah InStyle Indonesia

KOMPAS