BLOGSPOT atas

Monday, September 27, 2010

Yang Perlu Dimiliki 'Entrepreneur' Muda

Senin, 27/9/2010 | 08:18 WIB

KOMPAS.com — Bukan hanya jumlah wirausahawan yang masih sedikit, motivasi berwirausaha juga masih minim di Indonesia. Padahal, kata ekonom Aviliani, jika wirausaha Indonesia tidak tangguh, maka masyarakat ekonomi ASEAN akan masuk dan menguasai lini ini pada 2015.

"Peningkatan daya tahan perlu dilakukan untuk wirausaha Indonesia. Selain itu juga menginspirasi lebih banyak lagi orang untuk berwirausaha," kata Aviliani, saat peluncuran kompetisi wirausaha dalam program acara realitas Diplomat Success Challange di Jakarta, Kamis (23/9/2010).

Pentingnya inovasi
Menurut Aviliani, untuk memiliki daya tahan yang tangguh dan berdaya saing tinggi, wirausahawan perlu berinovasi. Inovasi tak berhenti saat kali pertama membangun bisnis. Untuk memenangkan persaingan, inovasi perlu dilakukan terus-menerus.

"Wirausaha bukan sekadar bermodalkan pintar jualan. Bisnis restoran tak akan berkembang jika tak dibarengi inovasi. Berinovasi dengan kemasan yang berbeda, orang akan datang. Di sinilah pentingnya inovasi," Aviliani mencontohkan.

Tanpa inovasi, usaha akan berjalan di tempat.

Daya tahan tinggi
Aviliani menegaskan, mentalitas wirausaha perlu dibangun sejak dini. Kemampuan bertahan saat kondisi sedang jatuh menunjukkan mentalitas pebisnis. Dengan mental yang kuat, pebisnis takkan begitu saja menutup usahanya saat sedikit merugi atau mengalami masa krisis.

Wirausahawan harus tahan banting dalam berbagai situasi yang dihadapi. Tak boleh menjadi pebisnis yang hanya senang saat keuntungan melimpah, lalu menjadi lemah saat kerugian melanda bisnisnya.

Kemampuan manajemen diri
Bagaimana bisa mengatur orang lain jika tak bisa mengatur diri sendiri? Kemampuan manajemen diri perlu teruji. Inilah prinsip yang harus dipegang teguh entrepreneur jika ingin sukses dengan usahanya.

"Usaha menjadi tidak tangguh karena utang terlalu banyak untuk kepentingan konsumsi pribadi. Inilah sebabnya pengusaha sukses orangnya itu-itu saja," kata Aviliani menggambarkan ketidakmampuan wirausahawan pemula mengatur dirinya.

Bagaimana tolok ukurnya? Pebisnis yang tidak tangguh dan tak mampu mengatur dirinya akan menghabiskan 50 persen pinjaman kredit untuk konsumsi diri dan 50 persen untuk usaha. Ini jelas salah kaprah.

Menurut Aviliani, kebanyakan orang Indonesia membelanjakan pinjaman kredit untuk gaya hidup daripada untuk bertahan dengan bisnisnya. Anggapannya, dengan membuat tampilan luar yang bagus, akan menarik konsumen datang. Pada akhirnya, kredit yang harusnya dimanfaatkan untuk membuat bisnis bertahan malah habis percuma untuk kebutuhan yang sifatnya konsumtif.

Mengubah pola pikir pekerja menjadi pengusaha

Menjadi entrepreneur adalah inspirasi bagi orang lain sekaligus mendorongnya mengubah mindset atau pola pikir.

"Orang daerah selalu menanyakan anaknya, nanti mau kerja di mana. Banyak juga orangtua yang senang jika anaknya menjadi PNS. Padahal ekonomi kelas menengah bisa meningkat dengan wirausaha," lanjut Aviliani.

Banyak cara menginspirasi orang lain menjadi pengusaha skala kecil menengah atau besar di Indonesia. Salah satunya, Anda, dengan latar pendidikan tinggi, tak lagi mencari kerja, tetapi justru menciptakan lapangan kerja dengan berwirausaha.

Seperti dilakukan Hendy Setiono, pemilik waralaba Kebab Turki Baba Rafi. Pria yang memulai bisnis sejak berusia 19 tahun ini sukses mengembangkan usaha waralaba lokal buatannya. Hendy yang terpilih sebagai juri Diplomat Success Challange telah teruji dalam hal daya tahan.

"Dari 14 usaha yang saya bangun, delapan di antaranya gagal. Tidak ada sukses yang instan," katanya di kesempatan yang sama.

Menurut Hendy, generasi muda masih terobsesi mencari lapangan kerja. "Padahal, setelah lulus kuliah, semestinya mereka bisa menciptakan lapangan kerja," tambah pria yang pernah berkuliah di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, ini.


WAF

Editor: Dini

KOMPAS

Sunday, September 26, 2010

Saham bagi Pemula

Minggu, 26 September 2010 | 03:46 WIB

Elvyn G Masassya - Praktisi keuangan

Coba cermati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG dalam dua bulan terakhir. Berkali-kali menembus rekor baru, mulai dari 3.200 dan kemudian 3.300, bahkan hari-hari ini sudah di sekitar 3.400. Padahal, di awal tahun 2010, indeks masih berada di kisaran 2.400. Kenaikan indeks yang pesat tersebut jelas menggembirakan bagi para pelaku di pasar modal.

Investor institusi ataupun investor ritel berpeluang memetik keuntungan besar dari saham-saham yang ditransaksikan. Bayangkan, ada saham yang dalam waktu seminggu harganya melonjak puluhan persen.

Bahkan tidak sedikit saham yang secara harian harganya bergerak di atas lima persen. Jelas ini merupakan imbal hasil yang luar biasa. Apalagi jika dibandingkan dengan tingkat bunga deposito atau tabungan yang hanya memberikan bunga sekitar enam persen per tahun. Di pasar modal, keuntungan enam persen itu bisa diraih dalam jangka waktu harian, mingguan, ataupun bulanan saja. Apakah Anda tertarik? Tunggu dulu. Itu adalah cerita indahnya.

Dalam realitasnya, tidak sedikit investor, khususnya investor ritel apalagi pemula, yang babak belur ketika mencoba mengadu peruntungan di pasar modal. Apa pasal? Banyak faktor. Akan tetapi, yang paling sering terjadi adalah minimnya pengetahuan tentang pasar modal. Kemudian lebih berperannya emosional dibandingkan dengan rasional. Seperti contoh di atas, tatkala indeks melesat tinggi, bukan berarti semua saham terus meningkat harganya. Banyak juga saham-saham yang malah terperosok.

Di sisi lain, peningkatan harga saham tidaklah bersifat permanen, apalagi jika kenaikannya bukan didorong oleh faktor fundamental, melainkan sekadar sentimen pasar. Misalnya, ketika saham A bergerak ke atas.

Naik mulai dari satu persen, dua persen, tiga persen, bahkan mungkin empat persen. Para investor tergiur melihat kenaikan harga saham tersebut dan mereka ikut-ikutan membeli pada saat harga sudah cukup tinggi. Dengan kata lain, tatkala investor ritel sudah masuk, harga sudah telanjur tinggi. Harapannya tentu saja adalah harga saham itu akan semakin naik. Namun, yang terjadi adalah sebaliknya. Keesokan harinya harga saham A terjun bebas, kembali ke harga semula.

Jual kembali

Kenapa? Karena mereka yang membeli di awal melakukan profit taking. Menjual kembali saham tersebut. Sementara para investor ritel masih memegang saham tadi. Alhasil, investor ritel mengalami kerugian besar.

Itulah yang kerap terjadi di pasar modal. Konkretnya, pasar modal menjanjikan keuntungan besar, tetapi di sisi lain juga menawarkan kerugian besar. Ini sesuai dengan prinsip high risk high return. Lantas, kalau situasinya seperti itu, apakah tidak usah mengadu nasib di pasar modal? Tidak juga. Pasar modal tetap merupakan alternatif lahan investasi yang bisa dipertimbangkan oleh siapa saja, termasuk oleh Anda, jika menginginkan aset bertumbuh secara lebih cepat. Namun, tentu saja banyak kriteria yang sebaiknya dipertimbangkan sebelum Anda menanamkan uang Anda dalam berbagai saham, apalagi jika Anda tergolong investor pemula. Apa saja kriteria tersebut? Kita lihat dalam bahasan berikut.

Pertama, prinsip siap menerima keuntungan, tetapi siap juga menanggung kerugian. Artinya, kalau dana yang Anda tempatkan di pasar modal ternyata bernasib buruk, maka Anda tidak akan jatuh miskin. Dengan kata lain, jangan menggunakan ”uang dapur” untuk berinvestasi di pasar modal. Lain hal kalau Anda sudah tergolong pakar di bidang saham, boleh-boleh saja seluruh harta Anda dipertaruhkan. Namun, kalau Anda masih tergolong pemula, gunakan sedikit saja dulu dari dana yang Anda miliki untuk memulai investasi di pasar modal. Lakukan penjajakan dan pengenalan terhadap karakteristik serta perilaku pasar modal. Ini seperti pepatah, ”tak kenal maka tak sayang”. Jadi, pelan-pelan kenali pasar modal. Dan, itu mesti dilakukan dengan cara ”bermain” langsung. Tidak sekadar konsep-konsep. Sebab, prinsip investasi di pasar modal adalah eksperience alias merasakan langsung denyut nadinya. Merasakan naik turun harga saham ketika Anda sudah membelinya.

Kedua, memastikan prinsip investasi Anda apakah sebagai trader, growth investor, atau value investor. Apa maksudnya? Ini merupakan pilihan bagi investor yang menanamkan dananya di pasar modal. Jika Anda memiliki nyali sekeras baja, memiliki cukup banyak waktu untuk memonitor pasar, dan memiliki akses untuk mendapatkan berbagai informasi serta rumours dan berorientasi jangka pendek, maka Anda boleh mencoba untuk menjadi trader. Setiap hari bermain saham, beli pagi jual sore, atau beli sore jual keesokan harinya, dan seterusnya. Akan tetapi, jika Anda tergolong investor yang berorientasi jangka menengah panjang dan tidak terlalu punya waktu, Anda sebaiknya menjadi growth investor dengan memilih saham-saham yang fundamentalnya bagus dan perusahaan/emiten memiliki potensi untuk bertumbuh kembang. Anda beli sahamnya dan berharap dalam enam bulan atau setahun mendatang harganya akan meningkat. Dengan menjadi growth investor, Anda tidak perlu sibuk melihat pergerakan harga saham karena orientasi Anda bukanlah pergerakan harian.

Selain itu, Anda juga bisa memilih menjadi value investor. Artinya, Anda membeli saham-saham yang berharga sangat murah dan kemudian memegangnya dalam kurun waktu yang sangat panjang, bisa di atas satu tahun, dan berharap saham- saham tersebut akan meningkat atau paling tidak kembali ke harga wajarnya. Mana pilihan terbaik? Semua bisa baik dan semua bisa tidak baik jika Anda keliru memilih.

Dengan kata lain, pilihan tersebut mesti disesuaikan dengan karakteristik pribadi Anda. Jika Anda tergolong risk taker, menjadi trader boleh dipertimbangkan. Namun, jika Anda bukan kalangan tersebut, maka menjadi growth investor atau value investor merupakan pilihan yang lebih baik.

Ketiga, memilih saham dan melakukan transaksi. Dalam jargon pasar modal dikenal istilah analisa fundamental dan analisa teknikal. Analisa fundamental bertujuan untuk mengetahui kinerja perusahaan/emiten yang sahamnya diperdagangkan di bursa, sedangkan analisa teknikal untuk mengetahui rekam jejak pergerakan harga saham dimaksud dan faktor yang memengaruhinya. Untuk menjadi piawai dalam berinvestasi saham tentu ada baiknya kedua analisa tersebut dipelajari dan dipahami. Namun, jika Anda tidak cukup punya minat dan mungkin tidak cukup waktu, boleh mengambil jalan pintas dengan membaca saja hasil analisa dari para analis saham, baik itu analisa fundamental maupun analisa teknikal. Inti dari kedua jenis analisa tersebut adalah untuk menggambarkan prospek dari saham yang dianalisa. Selamat mencoba. ***

KOMPAS

- Muhammad Idham Azhari

Friday, September 24, 2010

8 Karakteristik Orang Sukses

Jumat, 24/9/2010 | 20:25 WIB

KOMPAS.com - Tujuan hidup dan arti kesuksesan memang tidak sama bagi setiap orang. Namun, yang pasti kita semua memiliki mimpi untuk dicapai dalam hidup. Seperti apakah ciri-ciri orang sukses yang mencapai tujuannya dalam hidup?

Bahagia dan Optimisme
Ada sebagian orang yang percaya bahwa uang bisa membawa kebahagiaan. Ketika Anda sudah hidup nyaman, uang yang lebih banyak tak akan membeli lebih banyak kebahagiaan. Justru kebalikannya, kebahagiaan mengarah ke datangnya uang serta sukses. Begitupun dengan optimisme. Kedua hal tersebut membantu Anda untuk mengatasi masalah, menemukan ide, dan mengambil konsekuensi menjadi pertimbangan, serta kembali lagi ketika Anda melewati hal tersebut untuk pertama kalinya.

Ketahanan
Mereka yang berhasil keluar dari situasi keuangan yang buruk dan berhasil kembali mandiri pasti memiliki daya tahan yang kuat. Jika ada kejadian buruk, misal; pemutusan hubungan kerja, kondisi keluarga, atau apa pun yang memngaruhi keuangan mereka, jangan memungkiri dan menutup mata. Namun, hal tersebut bisa membantu mengubah fokus menjadi suatu hal yang bisa diputar dan membantu diri mereka percaya bahwa mereka memiliki kekuatan untuk berubah. Ketahanan bukanlah hal yang diturunkan lewat gen, melainkan harus dipelajari.

Keterikatan
Anda sebagai orang Indonesia pasti mengerti bahwa keterikatan dan perbanyak jaringan adalah hal yang sangat penting. Makin banyak jaringan yang Anda kenal, makin dekat Anda dengan mereka, makin mungkin pula kemungkinan mereka akan membantu Anda ketika menghadapi masalah, khususnya masalah keuangan.

Gairah
Gairah adalah elemen kunci yang menggerakkan seseorang dari kesulitan keuangan ke kesuksesan keuangan. Mereka yang sukses biasanya memang memiliki gairah pada hal yang mereka kerjakan. Mereka tahu apa yang mendorong mereka bekerja dan meraih hal-hal yang ingin mereka gapai. Tak semua orang beruntung bekerja di bidang yang mereka cintai, namun ada kalanya kita harus belajar untuk mencintai pekerjaan kita.

Intuisi

Selama bertahun-tahun, otak kita menciptakan semacam pola mencerna informasi, misal, jika suatu hal terjadi, maka akan ada kejadian selanjutnya yang mengikuti. Hal itulah yang menjadi semacam intuisi dalam diri kita. Maka, makin banyak pengalaman, meski bukan hal yang baik sekali pun, bisa jadi pengalaman dan pelajaran, serta membantu kita menciptakan intuisi ini.

Kebiasaan Berhemat
Ya, kita bisa lihat beberapa miliarder atau orang yang memiliki kekayaan berlimpah memiliki barang-barang yang mahal dan senang menghamburkan uang. Tetapi, tak semuanya begitu, lho. Justru ada sebagian orang yang justru senang menabung.

Berinvestasi
Dalam bukunya Rich Dad Poor Dad, Robert T. Kiyosaki menekankan agar uang yang bekerja untuk Anda dan jangan biarkan Anda bekerja keras untuk uang. Tentunya, bagi mereka yang ingin memastikan keuangannya tetap aman, perlu dipastikan agar tetap menjaga keuangannya dengan berinvestasi dengan bijak.

Rasa Syukur
Pernah mendengar karma? Ya, mereka yang berbuat baik akan menuai kebaikan, begitu pun sebaliknya. Tak heran, bagi mereka yang sudah mencapai kesuksesan senang membagi apa yang mereka punya kepada mereka yang membutuhkan. Ingat Oprah yang senang membuat orang lain bahagia dengan membantu mereka? Ketika Anda merasa bosan dengan pekerjaan, cobalah untuk memandang pekerjaan tersebut sebagai sebuah hadiah untuk Anda, dan coba pikirkan seperti apa hidup Anda jika tak memiliki pekerjaan itu.


NAD

Editor: Nadia Felicia

Sumber: Oprah

KOMPAS

Thursday, September 23, 2010

Gates Masih Terkaya: Inilah 10 Orang Terkaya di AS

Kamis, 23 September 2010 | 12:12 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Meski sudah tidak menjadi orang terkaya sejagat, pendiri Microsoft Bill Gates masih menjadi orang terkaya di Amerika Serikat. Demikian Forbes dalam daftar 400 Orang Terkaya di AS yang dirilis Rabu (22/9/2010) waktu setempat.

Gates untuk ke-17 kalinya secara berturut-turut kembali memuncaki orang terkaya di negara AS dengan kekayaan 54 miliar dollar AS. Untuk diketahui saja, posisi orang terkaya sedunia Gates pada tahun ini digeser oleh taipan asal Meksiko, Carlos Slim Helu. Pria berkacamata in harus puas di peringkat kedua orang terkaya sedunia versi Forbes.

Adapun orang terkaya kedua di AS adalah pemilik Berkshire Hathaway, Warren Buffett, dengan nilai kekayaan mencapai 45 miliar dollar AS.

Kemudian peringkat ketiga adalah bos Oracle, Larry Ellison, dengan kekayaan 27 miliar dollar AS, serta posisi keempat adalah salah satu dari tiga serangkai pewaris kerajaan ritel Walmart, Christy Walton, dengan 24 miliar dollar AS. Peringkat kelima ditempati dua orang bersaudara Koch, yakni Charles Koch dan David Koch, dengan kekayaan masing-masing 21,5 miliar dollar AS.

Posisi 7 sampai 9 dikuasai oleh keluarga ritel Walmart, yakni berturut-turut Jim Walton dengan 20,1 miliar dollar AS, Alice Walton 20 miliar dollar AS, serta S Robson Walton 19,7 miliar dollar AS.

Sementara ranking 10 ditempati oleh pendiri Bloomberg, Michael Bloomberg. Wali Kota New York ini mempunyai kekayaan 18 miliar dollar AS.

KOMPAS

Wednesday, September 22, 2010

5 Kebiasaan Keuangan yang Bikin Anda Bahagia

Rabu, 22/9/2010 | 08:14 WIB

KOMPAS.com - Memiliki kontrol yang cukup besar atas uang yang Anda miliki boleh dibilang merupakan salah satu hal yang dapat membuat Anda bahagia. Ada beberapa kebiasaan spesifik yang dapat Anda coba untuk membuat uang berada di bawah kontrol Anda. Dengan perbedaan tersebut, Anda akan merasa lebih bahagia. Simak caranya.

1. Mengelola keuangan
Anda tidak perlu menyewa perencana keuangan profesional. Anda hanya perlu menerapkan beberapa program tabungan yang Anda pahami sehingga Anda dapat melakukannya dengan cepat dan tanpa kerumitan. Itu adalah kuncinya. Orang yang cukup terorganisasi dan bisa mendapatkan apa yang mereka butuhkan dengan cepat umumnya lebih bahagia daripada mereka yang tidak.

2. Tidak membayar semua tagihan bersamaan
Bayangkan bila Anda memiliki tagihan dua kartu kredit, PLN, PAM, ponsel, dan asuransi, dalam waktu bersamaan. Melihat sejumlah besar uang Anda raib dari saldo rekening di bank bukanlah pengalaman yang menyenangkan. Jika masing-masing tagihan tersebut memiliki waktu jatuh tempo yang berbeda, kenapa tidak membayarnya langsung begitu tagihan diterima? Anda akan merasa segera terbebas dari kewajiban, dan terpakainya uang untuk membayar utang pun tidak begitu terasa.

3. Menabung lima persen
Ada hubungan yang kuat antara tabungan dan kebahagiaan. Jika Anda dapat menabung sebanyak lima persen saja, Anda pasti akan merasa bahagia. Jumlah ini tidak besar, kok. Jika gaji Anda Rp 5 juta, maka lima persennya berarti hanya Rp 250.000. Menabung sedikit uang tersebut, bila dilakukan rutin tiap bulan, pada akhir tahun Anda sudah bisa menggunakannya untuk tiket pesawat untuk liburan berdua. Dimulai dari lima persen, setelah terbiasa menyisihkan uang Anda dapat menabung sepuluh persen.

4. Tetapkan dan jalankan tujuan Anda
Mencapai kebahagiaan bukan masalah telah mencapai tujuan, melainkan masalah membuat kemajuan. Meskipun untuk mencapai tujuan itu seringkali Anda mengalami kekecewaan, Anda harus tetap maju. Intinya adalah memotivasi diri. Anda hanya perlu melihat hasil yang akan Anda capai untuk terus maju.

5. Donasikan sebagian uang Anda
Tidak ada cara lain untuk meningkatkan kebahagiaan keuangan Anda sendiri selain membuat hidup orang lain sedikit lebih baik. Banyak cara yang bisa Anda lakukan, dari memberi modal usaha untuk PRT yang ingin mandiri, atau menyumbang untuk proyek pelestarian lingkungan. Orang-orang yang memberikan sedikit uangnya tidak hanya akan merasa bahagia, tetapi juga akan lebih sehat. Orang yang tahu bagaimana memberi juga dapat mengingatkan diri bahwa menginginkan lebih banyak bukan berarti memanjakan kesenangan. Kebahagiaan Anda tidak bergantung pada seberapa banyak yang Anda miliki, tetapi pada cara Anda menanganinya.


M05-10

Editor: Dini

Sumber: Shine

KOMPAS

Sunday, September 19, 2010

INVESTASI: Bermain Opsi untuk Biaya Hidup

Minggu, 19 September 2010 | 03:38 WIB

Adler Haymans Manurung, praktisi keuangan

Opsi merupakan sebuah transaksi di mana seseorang mempunyai hak atas pembelian opsi tersebut dan pihak lawannya mempunyai kewajiban atas transaksi tersebut. Opsi dikelompokkan dalam opsi call dan opsi put.

Opsi call adalah hak yang dimiliki untuk membeli aset pada harga tertentu. Hak tersebut hanya dieksekusi apabila harga aset di atas harga perjanjian. Apabila tidak, pembeli opsi call tidak mungkin akan melakukan pembelian aset tersebut karena harganya lebih murah beli pasar daripada melalui teman/pihak bertransaksi opsi.

Biasanya, manajer investasi atau investor yang pintar melakukan transaksi bila melihat pasar akan mengalami bullish dan tidak mempunyai kesempatan untuk masuk ke pasar dikarenakan portofolio sudah penuh. Opsi put adalah hak untuk menjual aset pada harga tertentu di mana harga saham terus mengalami pemerosotan. Artinya, pembeli opsi put menjual pada harga saham ”X” senilai Rp 2.000, padahal harganya sudah drop mencapai Rp 1.000.

Opsi call ini juga dipergunakan sejumlah pihak, terutama manajer investasi untuk melindungi saham dalam portofolionya. Pihak lawan investor yang melakukan transaksi dikenal sebagai writer dan biasanya memperoleh dana pada awal transaksi, tetapi mempunyai kewajiban besar pada akhir periode atau selama periode bila opsi tersebut dieksekusi karena menguntungkan pembeli opsi.

Kontrak opsi saham

Bursa Efek Indonesia telah memulai transaksi opsi yang dikenal dengan kontrak opsi saham (KOS). KOS belum sangat dikenal investor karena kebanyakan investor Indonesia melakukan transaksi opsi dengan sekuritas di luar negeri.

KOS diciptakan untuk mereka yang tak mempunyai kesempatan membeli langsung asetnya dikarenakan terlalu likuid. Bukan KOS membuat transaksi saham menjadi likuid seperti yang sering didengar investor selama ini. Adapun saham yang menjadi saham KOS masih terbatas , misalkan saham-saham besar yang terdaftar pada saham Indeks LQ45.

Bermain opsi call dan put merupakan transaksi di mana pembeli harus membayar senilai tertentu agar pihak lain mau melakukan transaksi opsi dan biasanya dikenal premium.

Besarnya premium

sekitar 2 persen sampai dengan maksimum 10 persen dari harga aset yang sedang dibuat derivatifnya (opsi). Bila nilai mencapai maksimum, kemungkinan besar persoalan likuiditas aset underlying. Oleh karenanya, premium yang dibayarkan pembeli opsi merupakan biaya dan tak mungkin kembali, terkecuali apa yang telah direncanakan menjadi kenyataan.

Misalkan, untuk membeli sebuah TLKM dengan harga strike senilai Rp 8.650, investor pembeli KOS membayar senilai Rp 200 per saham. Apabila harga saham naik menjadi Rp 9.500, investor hanya membayar Rp 8.650, tetapi harus membayar dulu senilai Rp 200, per saham. Apabila harga saham drop di bawah Rp 8.650, investor akan kehilangan dana sebesar Rp 200, per saham. Artinya, nilai Rp 200 dianggap sebagai biaya bagi investor tersebut.

Arah pasar

Dalam bermain KOS, investor harus memahami atau bisa meramalkan arah pasar. Apakah akan mengalami bullish atau berarish atau fluktuasi pada harga sekarang atau pada harga tertentu saja, misalkan pada Indeks Harga Saham Gabungan level 3.000.

Jika arah pasar akan mengalami bullish, investor bisa mempergunakan transaksi opsi call. Arah pasar yang bullish sebenarnya bisa diperhatikan dari berita. Situasi tingkat bunga yang sedang berlaku dan arah tingkat bunga bisa memberikan arah pergerakan pasar saham ke depan. Bila tidak ada persoalan yang mendasar dan tingkat bunga akan mengalami kenaikan, arah pasar saham akan mengalami penurunan. Bila arah pasar mengalami penurunan, investor cukup baik membeli opsi put atau menulis opsi call.

Sebaliknya, jika arah tingkat bunga turun, arah pasar saham akan naik sehingga opsi call dan menulis put untuk saham sangat wajar dilakukan. Jika situasi pasar tidak berubah, investor akan melakukan tindakan tertentu, misalkan portofolio opsi dan biasanya menggunakan strategi straddle, yaitu Butterfly.

Selanjutnya, investor harus menentukan periode opsi yang akan dilaksanakan. Bila periode yang dipergunakan lebih panjang, maka biaya yang dibayarkan akan lebih mahal dan transaksi opsinya lebih pendek. Periode opsi yang dibeli masih tergantung kepada estimasi arah pasar saham di masa mendatang. Bila arah pasar dalam jangka waktu diketahui pasti, investor bisa menambahkan periodenya agar lebih leluasa melakukan transaksi. Bila kenaikan pasar diyakini dan diestimasi dalam dua bulan ke depan, maka periode investasi opsi bisa dilakukan dengan periode tiga bulan. Artinya, investor harus memanjangkan sedikit periodenya agar bisa mendapatkan keuntungan.

Investor tidak bisa hanya melakukan satu arah transaksi saja. Investor harus mempunyai berbagai transaksi agar bisa memberikan keuntungan. Investor tidak bisa hanya membeli opsi call atau opsi put saja. Apabila investor hanya melakukan transaksi membeli, maka dana yang dimiliki investor harus keluar. Namun, investor harus melakukan transaksi penulisan opsi tersebut agar dana masuk.

Apabila keinginan atau tujuan utama supaya mendapatkan dana untuk kehidupan, transaksi menulis (menjual) opsi harus lebih besar dari membeli opsi. Berbagai portofolio opsi akan bisa memberikan keuntungan kepada investor. Misalkan, transaksi opsi menjual senilai Rp 225 per saham dan transaksi opsi membeli senilai Rp 200 per saham sehingga investor mengalami keuntungan.

KOMPAS

Saturday, September 18, 2010

Dari Sopir Jadi Juragan Kue Kacang Hijau

Sabtu, 18 September 2010 | 14:43 WIB

Mohammad Hilmi Faiq

Kue kacang hijau sudah sejak lama menjadi salah satu cemilan warga Kota Sabang, Pulau We, Nanggroe Aceh Darussalam. Pada tahun 1980-an, beberapa warung menjual kue kacang hijau buatan ibu rumah tangga itu dengan cara diletakkan di atas nampan atau piring.

Warga menilai kue kacang hijau hanyalah camilan biasa, tidak ada istimewanya. Apalagi, kue itu hanya bertahan satu sampai dua hari. Lebih dari itu, tidak lezat lagi disantap karena basi.

Beda dulu, beda sekarang. Tangan dingin Marfin Gunawan (53) atau kerap dipanggil A Guan berhasil mendongkrak citra kue kacang hijau dari sekadar kue kelas toko menjadi kue andalan Kota Sabang. Tidak ada yang menyangka kalau mantan sopir angkutan barang itu mampu mendongkrak pamor kue kacang.

Di hampir semua pusat oleh-oleh khas Sabang, termasuk di Pelabuhan Balohan, pemilik toko memajang Kue Kacang Hijau AG Sabang ini. Para pelancong yang singgah ke Sabang merasa kurang puas kalau tidak membawa pulang Kue Kacang Hijau AG Sabang. Ketenaran Kue Kacang Hijau AG Sabang bahkan sampai ke Yogyakarta melalui anggota TNI Angkatan Udara yang terbang bolak-balik Yogyakarta-Sabang sebulan sekali.

Semua itu butuh ketekunan, keuletan, dan perjuangan panjang. Pria kelahiran Sabang, 13 Juni 1957, itu sendiri tidak pernah menduga kalau harus menggeluti usaha pembuatan kue kacang hijau.

Perjodohan Marfin dengan kue kacang hijau, yang mirip dengan bakpia, itu bermula pada suatu hari pada tahun 1994. Saat itu, seorang pengusaha kacang hijau tingkat rumah tangga memberinya resep rahasia membuat kue kacang hijau kepada Marfin. Pengusaha itu sendiri memilih alih profesi karena merasa usaha lamanya itu tidak prospektif.

Marfin lantas mencoba resep rahasia itu dan menitipkannya di toko-toko. Hasilnya sama saja, kuenya tidak begitu laku. Dalam sehari hanya sekitar 50 biji yang terjual dari 100 biji yang tersedia. ”Dari situ saya mulai mencari cara agar kue kacang ini lebih diminati pembeli,” kata Marfin, akhir Juli lalu.

Inovasi

Dia menemukan dua kekurangan mencolok dalam pembuatan kue kacang hijau. Kue tersebut terlalu basah dan rasanya hambar karena menggunakan minyak goreng. Setelah beberapa kali berinovasi, dia menemukan pengganti minyak goreng yang pas, yakni mentega yang membuat kuenya lebih kering dan gurih.

Dampak inovasi itu sangat nyata. Omzet penjualan kue kacang hijau terus melambung. Pada tahun 2000, omzetnya mencapai 200 sampai 300 kotak per hari, dengan harga Rp 11.000 per kotak. Satu kotak berisi 20 biji kue kacang hijau. Semua dia lakukan sendiri, dibantu anggota keluarganya.

Marfin biasa bangun pukul 03.00 untuk membuat adonan kue. Dia baru tidur pada pukul 22.00 pada saat semua bahan untuk esok hari telah siap. Kebiasaan itu berlangsung sampai sekarang.

Namun, masih ada yang mengganggu Marfin karena kuenya hanya bisa bertahan satu sampai dua hari alias cepat basi. Untuk itu, dia menambahkan zat antibasi dalam adonannya. Ide untuk penambahan zat antibasi itu datang dari petugas Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan saat Marfin berkonsultasi tentang cara meningkatkan mutu kuenya. Hasilnya, kue bisa bertahan sampai sepekan.

”Zat antibasi ini bukan pengawet. Saya tidak berani memberi zat pengawet karena katanya bisa mengganggu kesehatan,” kata Marfin.

Usaha pembuatan kue kacang hijau terus berkembang. Marfin perlu tambahan tenaga kerja sehingga dia merekrut 25 ibu rumah tangga di sekitar rumahnya di Jalan Sultan Hasanuddin, Sabang, sebagai pekerja.

Selain itu, dia merasa perlu membeli alat-alat produksi baru untuk pengembangan usaha. Dari awalnya menggunakan oven manual, kemudian Marfin membeli tiga oven semimanual seharga Rp 400.000 per buah. Saat keuntungan kian melimpah, dia membeli oven putar sebanyak empat buah, Rp 11 juta sampai Rp 16 juta per buah.

Terdampak tsunami

Ketika tsunami menghantam Aceh dan sekitarnya pada 26 Desember 2004, usaha Marfin ikut menjadi korban ikutan. Meskipun semua alat produksi selamat dari hantaman tsunami dan semua anggota keluarga selamat, usahanya lesu.

Tak ada seorang pun pegawainya yang masuk kerja karena mereka sibuk menyelamatkan diri dan merawat keluarganya yang menjadi korban. Kalau pun Marfin memaksakan membuat kue, tidak akan ada yang membelinya. ”Saat itu, banyak orang berpikir sulit untuk bisa pulih, tetapi saya yakin masih bisa bertahan dan maju,” katanya.

Tiga bulan usaha Marfin mati dan itu membuatnya sempat berpikir usahanya berakhir. Seiring pulihnya korban tsunami, semangat Marfin pun pulih. Apalagi, para karyawannya kembali bekerja.

Seolah berangkat dari nol lagi, Marfin meyakinkan diri dan karyawannya bahwa usahanya akan maju jika mereka tetap bersemangat. Satu bulan. Dua bulan. Tiga bulan. Omzet Marfin pulih dan bahkan naik menjadi 500 kotak per hari.

Saat itu dia merasa perlu inovasi baru. Jika sebelumnya kotak kemasan kue kacang hanya berupa kardus polos, sekarang dia berpikir untuk membuat merek bergambar dan berlabel halal. Tujuannya agar para pelancong semakin mantap menjadikan Kue Kacang Hijau AG Sabang sebagai oleh-oleh.

Dia lantas menghubungi koleganya di Medan, Sumatera Utara, untuk membantu mencetak dan membuat desain kotak kemasan kue kacang hijau. Sejak saat itu, tepatnya awal 2005, kemasan Kue Kacang Hijau AG Sabang lebih menarik dan menawan seperti yang terlihat di berbagai warung dan toko pusat oleh-oleh.

Kerja keras Marfin tidak hanya diapresiasi oleh pelanggan. Badan POM memberinya penghargaan berupa piagam Bintang Keamanan Pangan karena telah menerapkan prinsip dasar keamanan pangan. Badan POM menilai, proses pembuatan Kue Kacang Hijau AG Sabang menjaga higienitas, keamanan penyimpanan, sanitasi yang bagus, serta peralatan yang aman dan bersih.

KOMPAS

Friday, September 10, 2010

Investasi Saham atau Berbisnis?

Jumat, 10/9/2010 | 01:58 WIB

KOMPAS.com
— Dana likuid yang Anda miliki akan lebih berkembang dan menghasilkan jika diinvestasikan. Di antara berbagai pilihan investasi, apakah Anda masih bingung mengambil keputusan? Satu sisi Anda tertarik membeli saham, tetapi di sisi lain prospek bisnis sepertinya menjanjikan. Jadi pilih mana?


Prinsipnya, Anda harus memiliki tujuan finansial yang jelas sebelum memilih jenis investasi. Tom Martin Charles Ifle, mentor coach yang juga praktisi hipnoterapi, mengatakan, sebelum mengambil keputusan berinvestasi sebaiknya pertimbangkan dengan matang dan perhitungkan risiko.

Pada praktiknya, 99 persen orang masih bingung menentukan tujuan finansial. Selain itu, kecenderungan investor pemula adalah mudah tergiur dengan produk money game yang menjanjikan keuntungan. Alasan lain yang membuat seseorang mudah tergiur adalah juga karena ikut-ikutan teman yang membeli produk serupa.

"Secara teori semua orang tahu dan paham prinsip berinvestasi. Namun kenyataannya, praktiknya berbeda dengan teori. Ini ada hubungannya dengan emosi. Kemampuan otak yang tidak terlatih akan mengakibatkan kerugian saat mengambil keputusan. Dan banyak orang melakukan kesalahan berulang dan tidak belajar dari kesalahan mereka," Tom memaparkan dalam bukunya yang berjudul Big Brain Big Money.

Nah, untuk menjawab kebingungan Anda memilih di mana sebaiknya menanamkan modal, Tom memberikan gambarannya. Sebaiknya kenali perbandingan antara menanamkan modal pada saham atau di bisnis, sebelum menetapkan pilihan.

Faktor pertimbangan memilih saham atau bisnis di antaranya dengan membandingkan alat ukurnya, tingkat akurasi, perubahan harga dan alasannya, kepemilikan, dan risiko. Berikut perbandingan sederhana versi Tom:

Saham
Untuk mengukur penanaman modal pada saham Anda hanya perlu melihat harga saham tersebut. Sedangkan nilai akurasi investasi di pasar modal ini cenderung akurat meski sering kali salah prediksi. Perubahan harga terjadi setiap detik pada investasi saham disebabkan harga penawaran yang selalu berubah. Kepemilikan saham rata-rata selama 11 bulan. Risiko investasi saham adalah adanya penurunan sementara pada harga saham yang cenderung fluktuatif.

Bisnis
Untuk mengukur modal yang sudah ditanamkan pada bisnis, lihatlah jumlah nilai aset Anda. Tingkat akurasi pada bisnis bergantung pada ketepatan prediksi dari pemilik bisnis tersebut. Perubahan harga pada bisnis tidak terlalu fluktuatif seperti saham. Harga berubah 2-3 kali dalam setahun pada investasi bisnis. Perubahan harga sangat bergantung pada nilai omzet yang dihasilkan pemilik usaha. Bisnis bisa berjalan hingga beberapa generasi, tergantung kemampuan manajemen pemilik bisnis. Bicara risiko, bisa terjadi penurunan yang pasti dari aset pada bisnis Anda.

Bagaimana pengalaman Anda? Investasi apa yang akan Anda pilih jika diberikan opsi saham atau berbisnis?


WAF

Editor: Josephus Primus

KOMPAS

Sunday, September 5, 2010

INVESTASI: Inovasi Keuangan Keluarga

Minggu, 5 September 2010 | 02:59 WIB

Elvyn G Masassya/Praktisi Keuangan

Apakah Anda termasuk keluarga muda yang baru menikah, atau paling tidak memiliki satu atau dua anak yang masih kecil? Apakah istri dan suami sama-sama bekerja dan menghasilkan pendapatan bagi keluarga? Jika ya, bagaimana caranya Anda mengatur pendapatan keluarga?

Berdasarkan asas normatif dalam pengelolaan keluarga, sesungguhnya tidak ada istilah uang yang bersumber dari pendapatan suami atau istri. Ketika dua orang bersepakat membangun rumah tangga, maka penghasilan pasangan tersebut mesti disebut sebagai penghasilan keluarga.

Pada zaman modern ini tulang punggung keluarga tidak selamanya ada di pundak suami. Banyak juga para istri yang bekerja. Selain itu, tidak sedikit para istri yang bekerja karena sudah sejak sebelum menikah memang sudah memiliki penghasilan sendiri.

Pertanyaannya kemudian, apakah kalau istri sudah sejak lama memiliki penghasilan sendiri, maka setelah menikah dan tetap bekerja, penghasilan yang diperolehnya semata-mata untuk memenuhi keperluan pribadi? Semestinya adalah tidak. Karena, pasangan suami istri pada hakikatnya memiliki tujuan keuangan yang sama, yakni terpenuhinya kebutuhan sandang, pangan, dan papan untuk keluarga.

Lantas bagaimana agar paradigma yang selama ini berkembang di sebagian kalangan, sebagaimana diuraikan di atas, bisa diubah? Kemauan dan kebesaran hati. Itu jawabannya. Bagaimana konkretnya?

Komitmen dan tujuan keuangan

Pertama, komitmen. Ketika Anda berumah tangga, itu berarti Anda sudah siap untuk berbagi penghasilan untuk keperluan rumah tangga Anda. Jika Anda masih menggunakan ideologi individual dalam rumah tangga Anda, itu tidak ada bedanya dengan hidup sendiri. Ujung-ujungnya akan bermuara pada masalah keuangan. Oleh karena itu, memiliki komitmen untuk berbagi merupakan fondasi dalam pengelolaan keuangan keluarga. Jika selama ini suami-istri sudah telanjur menggunakan paradigma, penghasilan merupakan hak masing-masing, maka ubahlah paradigma tersebut. Tidak ada kata terlambat.

Kedua, menentukan tujuan keuangan secara bersama. Berapa banyak aset yang ingin dimiliki? Bagaimana menyiapkan biaya anak sekolah? Dan lain sebagainya. Setiap keluarga memiliki hak untuk menentukan tujuan keuangannya masing-masing. Namun, yang menjadi kata kunci adalah bagaimana membuat prioritas dari tujuan keuangan tersebut. Siapa yang mesti mengalah dan apa yang mesti diutamakan.

Contoh sederhana adalah kebutuhan kendaraan untuk keluarga. Bisa jadi, karena ketidaksamaan pandangan akhirnya dana keluarga habis hanya untuk membeli barang tidak produktif. Yang paling sering terjadi adalah soal mobil. Bisa jadi sang suami ingin mobilnya berjenis sedan. Tujuannya, Agar kalau ke kantor bisa lebih bergaya. Akan tetapi, sang istri ingin jenis kendaraan yang bisa memuat banyak orang karena masih ingin bepergian bersama-sama keluarga besarnya. Jika tidak ada titik temu, keluarga tersebut kemudian membeli dua mobil yang notabene tidak produktif.

Hal semacam ini bisa mengakibatkan dana untuk pembelian mobil membengkak, dan dapat mengganggu pencapaian tujuan keuangan keluarga. Oleh karena itu, dalam konteks tujuan keuangan ini, kedua pihak sejatinya mesti bersedia untuk mengalah dan mengutamakan aset yang bersifat produktif. Sementara untuk aset konsumtif sebaiknya berdasarkan fungsi dan kebutuhan dasar, bukan sekadar keinginan belaka.

Tujuan keuangan dan alokasi pendapatan

Ketiga, bagaimana cara mencapai tujuan keuangan keluarga? Setiap tujuan keuangan bisa dicapai dengan menyisihkan penghasilan ke dalam tabungan, dan setelah mencukupi, maka tabungan tersebut dipergunakan untuk memenuhi tujuan keuangan itu tadi.

Lebih modern lagi, penghasilan yang disisihkan tersebut dialokasikan untuk berinvestasi sehingga jumlahnya terus bertambah, sampai suatu ketika jumlah tersebut bisa memenuhi kebutuhan tujuan keuangan keluarga, apa pun tujuan tersebut.

Akan tetapi, bagaimana jika tujuan keuangan tersebut, misalnya memiliki rumah atau apartemen ingin diperoleh saat ini? Apakah tidak bisa? Bisa, beli rumah atau apartemen dengan cara berutang. Selanjutnya, utang tersebut dicicil dan diangsur dari penghasilan bulanan suami dan istri. Intinya di sini adalah suami dan istri mesti memiliki kesepakatan jika hendak mencapai tujuan dengan cara berutang, maka tanggung jawab ada di kedua pihak.

Konsekuensi yang lain, dari seluruh penghasilan keluarga, setiap bulannya harus disisihkan secara konsisten dana untuk mengangsur pembayaran utang. Itu berarti keinginan untuk membelanjakan dana bagi keperluan lain mesti dikurangi. Dengan kata lain, jika tidak mampu disiplin menyisihkan penghasilan untuk membayar utang kredit rumah, maka rumah itu sendiri bisa hilang dan tujuan keuangan yang hendak dicapai dengan berutang akan pupus.

Keempat, mengalokasikan pendapatan suami dan istri untuk peruntukan yang jelas, termasuk investasi dan juga pengeluaran biaya kebutuhan sehari-hari. Caranya? Penghasilan kedua pihak dimasukkan dalam sebuah rekening tabungan, dan itulah yang disebut dengan penghasilan keluarga. Lalu, dari seluruh penghasilan tersebut dipilah untuk kebutuhan sehari-hari atau konsumsi dan juga investasi. Di sini, yang terpenting adalah keterbukaan kedua belah pihak. Setiap bulan, suami dan istri bersama-sama meninjau kondisi keuangannya. Begitu seterusnya.

KOMPAS