BLOGSPOT atas

Sunday, March 28, 2010

INVESTASI: Apakah MTN?

Minggu, 28 Maret 2010 | 04:05 WIB

Adler Haymans Manurung
Praktisi Keuangan

Baru-baru ini ada pertanyaan soal produk baru instrumen investasi yang periodenya lebih pendek dari obligasi. Produk tersebut dikenal dengan Medium Term Notes (MTN) dan banyak diterbitkan perusahaan. Pertanyaannya, bagaimana investasi pada produk ini, apa risikonya, di mana bisa mendapatkan produk ini, serta bagaimana pula perpajakannya?

MTN adalah surat utang yang diterbitkan oleh sebuah perusahaan dalam rangka kebutuhan dana untuk membiayai investasi perusahaan agar bisa bertumbuh dan berkembang pada masa mendatang. Surat utang ini mempunyai umur kurang dari lima tahun dan lebih lama dari satu tahun. Bila surat utangnya kurang dan sama dengan satu tahun tidak disebut dengan MTN, tetapi produk surat utang untuk jangka pendek yang dikenal surat utang pasar uang.

Surat utang ini mempunyai kupon atau bunga yang dibayarkan sesuai dengan kesepakatan, bisa dua kali setahun, empat kali setahun, atau sekali setahun. Kupon surat utang ini bisa dua macam, yaitu kupon tetap dan kupon mengambang. Bila kupon tetap, maka investor akan memperoleh kupon tetap selama periode surat utang tersebut. Jika surat utang ini memiliki kupon mengambang, maka ada patokan yang dipergunakan untuk menentukan kuponnya dan ditambahkan premium untuk menarik investor, misalnya patokannya rata-rata tingkat bunga deposito enam bulan bank yang dimiliki pemerintah, seperti Bank Mandiri, BNI, dan BRI dan ditambahkan premium 7 persen.

Bila rata-rata tingkat bunga deposito enam bulan untuk ketiga bank tersebut 6,5 persen, maka kupon yang diberikan surat utang ini sebesar 13,5 persen. Biasanya kupon tersebut ditentukan sekali enam bulan agar perubahan tingkat bunga yang terjadi bisa didapati surat utang ini. Namun, surat utang ini lebih dominan diterbitkan dengan tingkat bunga tetap untuk kepastian perencanaan keuangan perusahaan dan juga pemanis bagi investor agar menariknya surat utang ini.

Jangka pendek

Surat utang ini diterbitkan perusahaan, disesuaikan dengan investasi perusahaan yang umumnya jangka pendek dan menengah, seperti periode surat utang ini yang diuraikan sebelumnya. Produk ini sengaja diterbitkan perusahaan atau merupakan terobosan para perusahaan investment banking (di Indonesia dikenal dengan sekuritas) untuk mendapatkan produk investasi yang periodenya lebih kecil dari obligasi. Pada sisi lain, produk ini dibuat untuk mencocokkan kebutuhan perusahaan dan keinginan investor.

Produk ini diterbitkan perusahaan dengan cepat, dengan bantuan perusahaan sekuritas tersebut, tidak seperti obligasi yang harus melalui penawaran yang sangat ketat dengan regulasi Bapepam. Keketatan regulasi Bapepam atas obligasi dikarenakan penghimpunan dana publik. Adapun MTN bisa diterbitkan besarannya cukup kecil mulai dari Rp 5 miliar hingga ratusan miliar. MTN sering kali tidak membutuhkan peringkat dari Perusahaan Pemeringkat Efek di Indonesia, tetapi MTN yang beredar belakangan ini sudah mulai mempunyai peringkat karena investor mensyaratkan adanya peringkat tersebut. MTN hanya bisa ditawarkan kepada pihak tertentu yang totalnya kurang dari 50 pihak. Bila pembeli MTN melebihi 50 orang, maka harus melalui proses penawaran umum di Bapepam sehingga penawaran MTN tidak seperti obligasi. Dan umumnya peminat MTN ini sudah ada dan langsung diterbitkan.

Investor yang ingin melakukan investasi pada produk ini harus memerhatikan periode dari MTN karena periodenya belum cocok untuk investor. Likuiditas produk ini tidak seperti obligasi yang mempunyai likuiditas sudah terjamin dikarenakan adanya proses penerbitan melalui Bapepam. Kupon yang diberikan MTN juga harus diperhatikan oleh investor agar sesuai dengan keinginan dan ekspektasi investor. Penerbit MTN juga harus menjadi perhatian, di mana investor harus melakukan investigasi agar mendapatkan informasi yang lengkap mengenai penerbit obligasi. Manajemen perusahaan penerbit MTN sangat penting dikarenakan manajemen tersebut yang memutuskan menerbitkannya serta mau membayar bunga dan prinsipalnya. Investor sebaiknya bisa mendapatkan investor lain yang melakukan investasi pada MTN. Bila investor mengetahui investor lain dan biasa melakukan investasi, maka investor mempunyai pandangan sedikit lebih baik karena investor yang lain kemungkinan sudah menghitung risikonya.

Risiko

Investor dalam membeli surat utang mempunyai berbagai macam risiko yang harus dipahami. Risiko utama yang dihadapi dan paling penting adalah tidak mampu bayarnya penerbit surat utang. Ketidakmampuan penerbit surat utang sebaiknya harus bisa dideteksi investor lebih awal, baik pada saat membeli atau sudah berjalannya waktu. Sebaiknya investor meminta penerbit mempunyai pihak lain untuk membeli surat utang agar investor bisa terhindar dari persoalan yang dihadapi, sekaligus membuat surat utang ini menjadi likuid.

Risiko kedua yang harus dihadapi investor adalah risiko tingkat bunga. Artinya, bila tingkat bunga mengalami kenaikan, maka investor kehilangan kesempatan memperoleh kupon yang lebih besar. Akan tetapi, tingkat bunga yang turun tidak menjadi persoalan pada MTN. Bahkan, adanya kenaikan atau penurunan tingkat bunga bukan menjadi persoalan bagi investor bila tingkat bunga yang diperoleh tetap dan premium sangat tinggi. Selanjutnya, risiko daya beli menjadi salah satu risiko yang melekat pada produk ini. Pada saat jatuh dana yang diinvestasikan belum tentu kemampuan daya belinya sama dengan ketika dana pertama kali diinvestasikan pada produk tersebut.

Perpajakan atas produk ini tergantung dari pembeli MTN. Bila perorangan yang membeli MTN akan dikenai tarif umum. Artinya, investor yang memperoleh kupon akan dikenai pajak 20 persen dan kemudian pada akhir periode pelaporan SPT, maka investor akan dikenai sesuai tarif pajak investor perorangan. Untuk lebih jelasnya, investor bisa bertanya kepada pihak pajak. Jika bank yang membeli MTN, bunga MTN tidak dikenai pajak, tetapi pada akhir tahun dikenai pajak sesuai pajak perusahaan untuk pendapatan perusahaan. Bila reksa dana membeli MTN, perlakuannya sama seperti pengenaan pajak kupon obligasi. Sungguh menarik karena memberikan keuntungan bagi investor.

Adanya perlakuan pajak atas MTN seperti obligasi, Bapepam perlu membuat regulasi yang seimbang antara obligasi dan MTN. Proses MTN sangat pendek, sedangkan obligasi sangat panjang. Akibatnya, MTN merasa diuntungkan dan berlomba menerbitkan MTN walaupun ada sisi negatifnya. Oleh karena itu, produk investasi ini bisa menarik berbagai investor untuk berinvestasi pada reksa dana karena adanya keuntungan pajak tersebut. Selamat berinvestasi.

KOMPAS

Sunday, March 21, 2010

INVESTASI: Tabungan Berjangka

Minggu, 21 Maret 2010 | 03:45 WIB

Elvyn G Masassya - Praktisi Keuangan

Apakah Anda sering merasa cemburu dengan teman sekantor yang notabene bergaji tidak jauh beda dengan Anda, tetapi kehidupan finansialnya jauh lebih? Ya, teman sekantor ataupun tetangga sebelah rumah bisa memiliki kondisi keuangan yang lebih bagus dari Anda dan Anda lantas mencurigainya.

Anda berprasangka, teman atau tetangga Anda melakukan korupsi, menerima suap, atau mungkin memelihara tuyul sehingga bisa lebih kaya daripada Anda. Lebih mengerikan lagi, karena memikirkan kehidupan mereka yang lebih baik dan hati Anda tidak bisa menerima semua realitas itu, Anda mulai menyebar gosip, fitnah yang pada akhirnya malah akan membuat Anda lebih tertekan. Bisa-bisa stres, migrain, dan masuk rumah sakit.

Padahal, keberhasilan teman kantor atau tetangga Anda menjadi lebih makmur bukan karena melakukan korupsi, menerima suap, apalagi memelihara tuyul. Keberhasilan mereka lebih karena perilaku cerdas dalam mengelola uang. Boleh jadi mereka melakukan investasi secara berkala, meredam hasrat konsumtif, berhemat, dan mengelola uang berdasarkan rasionalitas.

Sementara Anda, barangkali bersikap sebaliknya. Uang gaji habis demikian cepat karena dipakai untuk memenuhi keinginan sekunder dan tertier. Berlagak seperti orang yang berpenghasilan tak terhingga. Memiliki gaya hidup seperti konglomerat, berutang kanan kiri dan lain sebagainya. Alhasil, bukan semakin kaya, melainkan semakin merana. Sementara teman dan tetangga Anda, semakin baik kondisi finansialnya. Dus, agar Anda tidak semakin jauh masuk ke ranah kesulitan finansial, mungkin ada baiknya direnungkan kembali, apa penyebab semua itu. Salah satunya, sangat mungkin karena Anda tidak melakukan investasi. Dan, kalaupun melakukan investasi, hanya ala kadarnya.

Mudah

Lalu bagaimana mengatasi semua persoalan tersebut? Mudah. Yang paling utama, buang dulu rasa curiga, sirik, cemburu, dan segala macam penyakit hati serta prasangka buruk dari diri Anda. Urusan teman dan tetangga Anda bukan urusan Anda. Jadi, percuma saja Anda menerka-nerka sebab dan asal-muasal kekayaan teman Anda.

Setelah berhasil menyingkirkan segala macam perasaan dendam tidak berguna itu, barulah Anda bisa menggunakan kewarasan pikiran untuk memperbaiki kondisi finansial di jalan yang baik dan benar pula.

Pertama, memperbaiki pola konsumsi sehingga pengeluaran lebih rendah dibandingkan pemasukan. Hal ini menjadi syarat utama. Pangkas habis semua pengeluaran tidak utama. Dan, ini tidak terlalu sulit karena kontrolnya ada pada diri Anda. Jika Anda belum berhasil menerapkan konsep ini, sangatlah sulit untuk bisa mendapatkan kehidupan finansial yang lebih baik.

Kedua, lakukan investasi secara berkala. Apa maksudnya? Coba lihat kembali pola pengelolaan investasi Anda selama ini. Mungkin Anda memiliki tabungan di bank. Atau memiliki deposito berjangka. Anda menganggap hal itu sebagai investasi. Untuk deposito berjangka memang bisa dimasukkan ke dalam kategori investasi. Tetapi, tabungan sebenarnya bukanlah investasi, melainkan sekadar kemudahan bertransaksi alias menjaga likuiditas. Ya, sebab, gaji yang Anda peroleh dan dimasukkan ke dalam tabungan, secara bertahap Anda tarik melalui ATM atau cara lain, dan dipakai untuk berbelanja dan segala keperluan. Lebih dari itu, bunga yang diperoleh dari tabungan sangat kecil. Tidak jauh beda dengan laju inflasi sehingga sebenarnya nilai uang yang ada di tabungan Anda tidak pula bertambah, tetapi malah bisa berkurang. Oleh karena itu, salah satu solusinya adalah investasi berkala.

Untuk melakukan investasi berkala, bukan soal sulit. Anda bisa memilih apakah itu dilakukan dalam bentuk penempatan dana di tabungan atau membeli produk investasi lainnya secara berkala, termasuk dalam hal ini, investasi pada saham dan atau reksa dana di pasar modal. Bagaimana konkretnya?

Kalau Anda punya tabungan, pilah tabungan Anda menjadi paling tidak dua rekening. Yang satu adalah untuk kemudahan bertransaksi. Artinya, ketimbang uang gaji disimpan di bawah bantal, lebih baik ditaruh di bank dan ditarik pada saat Anda perlukan untuk membiayai pelbagai keperluan. Jadi, tujuannya memang sebagai alat memudahkan bertransaksi. Karena Anda akan mendapatkan kartu ATM yang sekaligus berfungsi sebagai kartu debet dan bisa digunakan pada saat berbelanja. Konkretnya, tabungan yang pertama bukanlah investasi, melainkan kemudahan pembayaran dan menjaga keamanan saja.

Setelah itu, buka rekening tabungan yang lain, di mana Anda mesti menyetorkan dana secara rutin ke rekening tersebut, dan tidak boleh dicairkan hingga batas waktu tertentu. Misalnya, 10 tahun ke depan, atau bahkan lebih dari itu dan peruntukannya bisa untuk mencapai target tujuan keuangan di suatu saat nanti. Bisa untuk membiayai sekolah anak dan lain sebagainya. Selain itu, tabungan seperti ini biasanya dilengkapi dengan target perolehan dana. Bisa Rp 1 miliar atau Rp 2 miliar. Terserah Anda dan kemampuan Anda menabung secara reguler.

Bertambah

Tabungan seperti ini, disebut juga dengan tabungan berjangka dan biasanya dilengkapi pula dengan asuransi jiwa. Artinya, jika terjadi sesuatu hal pada diri Anda dalam kurun masa menabung, ahli waris akan mendapatkan santunan sebesar target tabungan itu sendiri. Jadi, umpamakan Anda baru menyetor Rp 100 juta, jika terjadi ”apa-apa”, ahli waris Anda tetap akan mendapatkan Rp 1 miliar. Tetapi, jika tidak terjadi ”apa-apa”, dana Rp 1 miliar itu akan Anda peroleh 10 tahun mendatang.

Itu cara yang paling sederhana dalam melakukan investasi secara berkala. Cara lain adalah dengan membeli saham di pasar modal secara bertahap. Pilih beberapa saham yang memang fundamental perusahaannya bagus. Targetkan bahwa yang diinginkan dari saham tersebut adalah dividen dan tentu saja potensi capital gain dalam jangka menengah panjang. Misalnya, untuk jangka waktu 3-5 tahun. Jika sudah mendapatkan pilihan saham, belilah secara berkala. Beli bukan karena ada isu atau rumor. Dan, bahkan, ketika saham tersebut mengalami penurunan harga, tidak perlu panik. Malah itu merupakan kesempatan bagi Anda untuk menambah portofolio dana dalam saham dimaksud.

Dengan cara seperti itu, jumlah investasi Anda akan bertambah secara bertahap dan Anda tidak akan mengalami ”gangguan” ketika pasar saham turun ataupun naik sebab target Anda adalah jangka menengah panjang. Pola investasi berkala semacam ini, berdasarkan historical empiris, akan memberikan hasil lebih besar dibandingkan dengan cara ”keluar masuk” pada satu saham. Sebab, belum tentu Anda ”masuk atau keluar” pada saat yang tepat. Ringkasnya, jika memang Anda bermaksud berinvestasi, investasi tersebut jangan ”diotak-atik” hanya karena terjebak rumor dan apalagi godaan konsumsi untuk menggunakan potensi capital gain jangka pendek yang sudah melekat pada saham Anda.

KOMPAS

Sunday, March 14, 2010

Apakah DIRE?

Minggu, 14 Maret 2010 | 03:41 WIB


Oleh Adler Haymans Manurung - Praktisi Keuangan

Pada akhir Desember 2007, Bapepam-LK menerbitkan Peraturan Nomor IX.C.15 tentang pernyataan pendaftaran dalam rangka penawaran umum oleh Dana Investasi Real Estat (DIRE) berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (KIK).

DIRE dibutuhkan oleh investor yang ingin melakukan investasi dalam bentuk real estat, termasuk mereka yang ingin memiliki real estat secara tidak langsung. Sebenarnya peraturan yang berkaitan dengan DIRE diterbitkan sebanyak tiga buah yang saling berkaitan.

Konsep DIRE tertuang dalam Peraturan Nomor IX.M.1 yang menyatakan bahwa DIRE adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan pada aset real estat, aset yang berkaitan dengan real estat dan atau kas dan setara kas. Real estat adalah tanah secara fisik dan bangunan di atasnya. Aset yang berkaitan dengan real estat adalah efek perusahaan real estat yang tercatat di Bursa Efek dan atau diterbitkan oleh perusahaan real estat. Perusahaan real estat yang menerbitkan obligasi tidak bisa dianggap sebagai aset yang berkaitan dengan real estat sehingga DIRE tidak bisa menginvestasikan dananya pada obligasi yang diterbitkan perusahaan real estat.

Berdasarkan konsep tersebut, DIRE bisa melakukan investasi langsung pada aset real estat dan efek. Namun, DIRE juga bisa menginvestasikan pada perusahaan yang dikenal dengan SPC (special purpose company) dan SPC ini yang melakukan investasi terhadap aset real estat dan mengusahakannya.

Aset

Bila DIRE menggunakan SPC, DIRE harus memiliki saham paling tidak 99,9 persen dari saham SPC tersebut. Artinya, SPC ini bisa saja belum terdaftar di bursa tetapi memiliki aset. Untuk SPC harus mendistribusikan seluruh keuntungan atau hasil investasi SPC kepada DIRE. Bila DIRE mempunyai keuntungan/hasil, bisa didistribusikan kepada pemegang unit penyertaan DIRE.

Dana yang dikumpulkan oleh DIRE harus diinvestasikan paling sedikit 50 persen pada aset real estat. Selanjutnya, DIRE bisa melakukan investasi pada aset real estat dan aset yang berkaitan dengan real estat paling kurang 80 persen dari nilai aktiva bersih (NAB)-nya di mana paling sedikit 50 persen pada aset real estat. DIRE juga bisa melakukan investasi kas atau setara kas paling tinggi 20 persen.

Adapun instrumen kas dan setara kas yaitu deposito yang dapat ditarik setiap saat dan rekening koran. Konsep investasi DIRE secara jelas menunjukkan makna reksa dana DIRE. Artinya, penilaian aset DIRE tidak bisa dilakukan setiap hari karena valuasinya sangat membutuhkan data yang cukup banyak dan kemungkinan tidak seperti harga saham atau obligasi yang berubah-ubah setiap hari harganya.

Akibatnya, nilai wajar DIRE hanya bisa didapatkan paling tidak satu kali satu tahun. Misalnya, DIRE Janjimatogu Porsea telah mengumpulkan dana sebesar Rp 350 miliar dan dana DIRE tersebut diinvestasikan pada aset real estat sebanyak Rp 250 miliar dan saham perusahaan real estat yang terdaftar di Bursa Efek sebanyak Rp 70 miliar serta deposito on call sebesar Rp 30 miliar. Contoh alokasi investasi DIRE Janjimatogu Porsea ini jelas menyatakan tidak akan bisa menghitung NAB DIRE setiap hari karena perhitungan aset real estat sebesar Rp 250 miliar tidak mungkin dilakukan setiap hari karena membutuhkan biaya untuk menilainya.

Salah satu DIRE ini berbentuk reksa dana KIK dan agak berbeda dengan reksa dana konvensional karena DIRE KIK mempunyai Rapat Umum Pemegang Unit Penyertaan (RUPUP). Dalam RUPUP tersebut dilaporkan semua aktivitas DIRE sehingga DIRE harus transparan agar pemegang unit penyertaan mengetahui dananya diinvestasikan ke mana saja. NAB DIRE ini juga dilaporkan pada RUPUP walaupun sebenarnya pemegang unit penyertaan bisa meminta informasi sebelum RUPUP. Informasi NAB ini harus transparan dan merupakan filosofi dari transaksi di pasar modal yang menganut transparansi.

Dalam hal penilaian aset real estat yang harus dilaporkan pada RUPUP dan sekaligus untuk menilai aset satu kali dalam setahun, DIRE harus menggunakan penilai. Adapun penilai yang dapat dipakai DIRE adalah penilai yang terdaftar di Bapepam-LK. Namun, aset yang berkaitan dengan real estat harus diumumkan sekali sebulan dan dimuat pada situs web dari manajer investasi yang mengelola DIRE tersebut. Harga saham tersebut dapat diperoleh manajer investasi melalui harga penutupan dari efek di Bursa Efek.

Pada RUPUP, DIRE harus menyampaikan laporan keuangan yang telah diperiksa (diaudit) oleh akuntan publik. Adapun akuntan publik yang bisa melakukan audit pada DIRE adalah akuntan publik yang terdaftar di Bapepam-LK. DIRE tidak boleh memberikan audit laporan keuangan kepada akuntan tidak terdaftar karena ada persyaratan akuntan publik untuk melakukan aktivitas di pasar modal.

Saham

DIRE tidak diizinkan melakukan investasi tanah kosong atau berinvestasi pada properti yang masih dalam tahap pembangunan. DIRE juga dilarang untuk meminjamkan dan atau menjaminkan asetnya kepada pihak lain untuk kepentingan pihak lain. Artinya, DIRE yang memiliki sebuah aset strategis di Jalan Sudirman, Jakarta, tidak dapat meminjamkan atau menjaminkan aset tersebut untuk kepentingan pihak lain di mana DIRE kemungkinan mendapatkan fee. DIRE tidak bisa melakukan transaksi margin atau juga melakukan pinjaman kepada pihak lain. Aset real estat yang bisa diinvestasikan DIRE hanya aset real estat yang berdomisili di wilayah Republik Indonesia.

DIRE harus menahan aset real estat yang dimiliki paling sedikit dua tahun dan tidak bisa mengalihkannya kepada pihak lain terkecuali telah mendapat persetujuan melebihi setengah dari pemegang unit penyertaan pada RUPUP.

Dua tahun telah muncul peraturan DIRE ini belum satu pun DIRE yang ada di pasar untuk diinvestasikan oleh investor. Salah satu faktor yang membuat manajer investasi belum membuat DIRE ini disebabkan tidak menguntungkan investor. Saham-saham perusahaan real estat juga belum menjadi perhatian investor di Bursa.

Belum ada satu pun hasil empiris yang menyatakan bahwa saham perusahaan real estat lebih baik dari saham perusahaan lainnya. Pada sisi lain, DIRE yang melakukan investasi pada real estat akan dikenai pajak secara tarif umum sehingga hasil yang diperoleh DIRE tidak maksimum.

KOMPAS

- Muhammad Idham Azhari

Sunday, March 7, 2010

I N V E S T AS I: Investasi Nonfinansial

Minggu, 7 Maret 2010 | 04:09 WIB

Elvyn G Masassya - Praktisi Keuangan

Investasi bisa berhubungan dengan uang. Apakah itu menempatkan dana dalam bentuk deposito berjangka, bermain saham, obligasi, reksa dana, membeli tanah, rumah, dan lain sebagainya. Bagaimana pula investasi nonfinansial?

Selama Anda melakukan investasi, apakah selalu menuai keuntungan? Jika ya, apakah hasilnya memadai? Atau di sisi lain, apakah investasi Anda kerap merugi? Jika ya, apa penyebabnya? Salah satu penyebabnya adalah, karena investasi finansial Anda tidak dibarengi dengan investasi nonfinansial yang memiliki korelasi dengan investasi finansial tersebut. Ada beberapa jenis investasi nonfinansial.

Berapa banyak waktu yang sudah kita alokasikan untuk mencermati, mengelola, dan memonitor bahwa investasi finansial yang kita lakukan akan membuahkan hasil. Sebut saja, Anda membeli sebidang tanah di sebuah lokasi, dengan berbagai alasan. Setelah Anda beli, pernahkah Anda luangkan waktu untuk mengecek keberadaan tanah tersebut dan berbagai hal yang berubah di sekitar tanah dimaksud.

Pernahkah Anda mencari tahu secara periodik berapa perkembangan harga tanah di sekitar lokasi tanah yang sudah Anda miliki? Jangan-jangan, tahu-tahu tanah itu sudah diduduki oleh pemukim liar. Benar bahwa tanah tersebut adalah kepunyaan Anda. Namun, untuk mengeluarkan pemukim liar dari tentu diperlukan biaya dan mungkin menimbulkan masalah lain. Atau, tiba-tiba tanah Anda tersebut termasuk yang akan dibebaskan karena akan ada pembangunan jalan umum.

Jika hal ini Anda ketahui belakangan, bisa jadi tanah tersebut akan menjadi sangat murah ketika Anda mendapatkan ganti rugi. Dengan kata lain, investasi Anda dalam bentuk tanah akan merugi karena Anda tidak meluangkan waktu untuk melihat perkembangan yang terjadi di sekitar lokasi tanah tersebut.

Investasi tenaga.

Ketika Anda melakukan investasi, berapa besar tenaga dan perhatian Anda curahkan secara detail terhadap investasi tersebut, baik ketika akan dimulai maupun sesudah berjalan? Sebagian dari Anda mungkin memberi perhatian dan tenaga yang besar ketika investasi hendak dilakukan. Namun, ketika investasi sudah berjalan, apakah tenaga yang Anda kontribusikan sama besarnya? Belum tentu.

Lihat misalnya ketika Anda memutuskan membeli saham di pasar modal. Mungkin pada awalnya Anda mencari tahu informasi mengenai saham dimaksud, baik yang berupa informasi fundamental maupun sekadar rumor. Ketika saham sudah dibeli, sangat mungkin perhatian Anda hanya pada rumor di pasar modal tanpa mau melihat kondisi fundamental saham dimaksud. Padahal, kondisi fundamental saham akan berubah seiiring dengan aktivitas dari emiten yang sahamnya Anda beli.

Walhasil, karena Anda terlalu cuek, pergerakan harga saham dan keputusan untuk melepas atau menambah porsi saham tidak lagi akurat. Ujung-ujungnya, Anda akan kehilangan kesempatan untuk meraup gain dan atau malah mengalami capital loss. Hal itu disebabkan Anda enggan mencurahkan sedikit tenaga dan perhatian terhadap investasi (saham) yang Anda lakukan.

Investasi pikiran

Investasi pikiran memastikan bahwa semua investasi yang Anda lakukan benar-benar sudah dipikirkan secara rasional, bukan karena emosional atau pengaruh pihak lain, termasuk pemasar produk investasi. Melakukan investasi pikiran bukan soal mudah. Pengetahuan yang terbatas kerap menjadi kendala untuk memahami apakah sebuah produk investasi sesuai dengan tujuan investasi Anda.

Sangatlah berbahaya melakukan investasi tanpa memiliki pemahaman yang dalam terhadap investasi dimaksud. Untuk itu, Anda mesti mempelajari investasi yang akan Anda lakukan, dengan mencari tahu dari buku-buku investasi ataupun bertanya kepada yang ahli.

Yang mesti diingat tempat bertanya bukanlah kepada pemasar produk investasi, melainkan kepada pihak lain yang tidak punya kepentingan dengan investasi. Jangan pernah memulai suatu investasi jika Anda masih ragu dan belum memahami investasi dimaksud.

Investasi jejaring

Investasi net working atau jejaring adalah investasi nonfinansial yang bukan saja akan membantu Anda dalam hal berinvestasi finansial, tetapi juga dalam kehidupan sosial dan bahkan karier pribadi. Kepiawaian Anda membangun jejaring, apalagi yang memberikan nilai tambah bagi hidup Anda, akan memberikan banyak manfaat.

Misalnya, Anda mengenal eksekutif di bidang pasar modal, perbankan, dan bidang lain. Dengan jejaring tersebut, Anda akan mendapatkan informasi primer tentang perkembangan di sektor investasi. Ini berbeda misalnya jejaring Anda umumnya adalah kalangan awam. Tentu, manfaat yang Anda peroleh tidak terlalu besar. Oleh karena itu, investasi jejaring merupakan salah satu kunci sukses untuk berinvestasi di bidang finansial.

Masih dibutuhkan berbagai investasi nonfinansial lain yang bisa mendorong keberhasilan Anda dalam berinvestasi. Namun, intinya adalah, keberhasilan ataupun kegagalan dalam investasi keuangan sebenarnya tidak bisa dipisahkan dari berbagai faktor nonfinansial. Oleh karena itu, sudah pada tempatnya Anda memberikan perhatian pada hal-hal tersebut sebelum melakukan investasi.

KOMPAS