BLOGSPOT atas

Sunday, January 31, 2010

Investasi: Restrukturisasi Investasi

Minggu, 31 Januari 2010 | 03:04 WIB

Elvyn G Masassya/praktisi keuangan

Anda mungkin telah menikmati hasil investasi yang memuaskan pada tahun 2009. Apalagi kalau Anda berinvestasi di pasar modal. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mencapai 2.535, dari sebelumnya 1.350-an di posisi akhir tahun 2008 atau meningkat sebesar 86 persen, jelas termasuk kenaikan yang luar biasa.

Bandingkan, dengan kalangan yang berinvestasi dalam bentuk dollar AS. Nilai rupiah yang menguat, malah membuat para pemegang dollar AS merugi, ketika dollar AS dihitung dalam rupiah. Jadi, kalau Anda ”kebetulan” menanam dana di pasar modal, tahun 2009 merupakan tahun panen, yang boleh jadi peningkatan sebesar 86 persen itu tidak akan berulang lagi di tahun 2010.

Bagaimana dengan investasi Anda di bidang-bidang lain? Kemungkinan besar tidak seindah investasi di pasar modal. Indikasinya bisa dilihat dari beberapa hal. Pertama, pertumbuhan kredit perbankan di tahun 2009, hanya sekitar 10 persen. Implikasinya, kucuran sumber dana modal kerja dan kredit investasi ke sektor riil tidak terlalu besar.

Selanjutnya, dengan modal kerja yang terbatas, geliat sektor riil juga terbatas. Dan pada gilirannya, potensi keuntungan dari kegiatan di sektor riil juga tidak terlalu besar. Lebih jauh lagi, sangat mungkin omzet transaksi perdagangan juga menurun. Imbas dari semua itu, potensi gain dari investasi yang terkait dengan sektor riil juga rendah. Malah, beberapa kalangan mungkin mengalami kerugian. Misalnya, yang menempatkan dana dalam bentuk investasi di apartemen yang baru dibangun. Peningkatan harganya tidaklah sedahsyat investasi lainnya, atau malah, sulit untuk mencari pembeli.

Bunga

Kedua, tingkat bunga yang berada pada level 6 persen. Benar laju inflasi juga rendah, yakni di angka 2,7 persen, sehingga pemilik dana yang menempatkan uang dalam bentuk deposito berjangka masih bisa menikmati return sekitar 3 persen per tahun. Tapi itu belum dipotong pajak. Setelah dipotong, tentu netto-nya menjadi lebih rendah.

Konkretnya, penempatan dana dalam bentuk deposito berjangka sebagai suatu investasi di tahun 2009, dari sisi return jelas tidak menarik sama sekali. Apalagi, jika dana tersebut ditempatkan dalam bentuk tabungan, hasilnya bisa zero, setelah dikurangi dengan inflasi dan pembayaran pajak bunga.

Dengan situasi seperti itu, jelas, kendati sebagian dari Anda mungkin menikmati gain luar biasa besar di pasar modal, sebagian lagi mungkin juga malah mengalami masalah dengan investasi di tahun 2009. Dan kalau Anda termasuk yang tertimpa masalah, lantas apa yang mesti dilakukan di tahun 2010, terkait dengan kegiatan investasi Anda? Beberapa hal berikut mungkin bisa dijadikan referensi.

Pertama, merancang kembali alokasi investasi berdasarkan tujuan keuangan yang hendak dicapai di tahun 2010 dengan mempertimbangkan aspek makroekonomi, mikro, dan juga politik serta tentu saja tujuan keuangan itu sendiri. Mengenai hal ini sudah pula dibahas dalam beberapa tulisan terdahulu.

Kedua, melakukan restrukturisasi terhadap investasi yang belum memberikan gain bagus atau malah dalam kondisi bermasalah. Apa yang dimaksud dengan restrukturisasi? Singkatnya adalah mengupayakan investasi yang belum baik menjadi baik dan atau investasi yang bermasalah menjadi tidak bermasalah. Apa contohnya? Kita mulai dengan investasi saham di pasar modal.

Bahwa secara umum harga saham di pasar modal mengalami peningkatan adalah fakta. Tetapi, jika dilihat per saham, ada saham yang tidak mengalami kenaikan harga. Di samping itu, ada investor yang membeli saham, ketika harga sudah terlalu tinggi, sehingga belum memperoleh potensi gain. Situasi semacam ini banyak dialami pelaku di pasar modal dan terhadap saham-saham semacam itu tentu harus ada solusinya. Seperti apa?

Ada beberapa alternatif yang bisa ditempuh. Jika Anda yakin bahwa fundamental value dari saham tersebut cukup baik, maka terhadap saham-saham yang harganya belum meningkat malah bisa dilakukan pembelian lagi. Jadi portofolio saham Anda ditambah. Dan kalau saat ini harganya lebih rendah dibandingkan dengan harga ketika dulu Anda beli, maka secara rata-rata biaya yang Anda keluarkan untuk membeli saham tersebut menjadi lebih rendah. Ini disebut juga dengan istilah averaging down.

Cara lain adalah segera melepas saham kendati rugi. Ini layak jika saham memang tidak memiliki fundamental value yang kuat. Dengan menjual saham dimaksud, Anda memperoleh cash yang bisa diinvestasikan kembali ke saham lain. Dengan harapan keuntungan atau gain dari saham yang baru bisa menutupi kerugian dari saham yang Anda jual. Dalam hal ini tentu saja Anda harus juga memperhitungkan dividen yang sudah Anda peroleh dari saham tersebut.

Itu jika restrukturisasi hendak dilakukan untuk saham. Bagaimana dengan investasi lain? Anda juga mungkin mengalami masalah pada investasi di sektor riil, misalnya ikut teman menjalankan bisnis dan ternyata tidak berjalan sesuai rencana. Apa yang mesti dilakukan?

Bisnis

Jika tidak berjalannya suatu bisnis, di mana Anda menanamkan uang di dalam bisnis tersebut, lebih dikarenakan faktor ekonomi makro, sebenarnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Sebab, ekonomi seperti sebuah siklus, akan mengalami masa baik, setelah melewati masa surut. Kalau penyebabnya seperti ini, yang perlu dicermati hanyalah soal cash flow. Artinya, bagaimana agar cash in flow tetap bisa lebih besar dibandingkan dengan cash out flow.

Namun jika kondisinya sudah memburuk, di mana cash out flow lebih besar dibandingkan dengan cash in flow, Anda mesti mempertimbangkan dua hal: menambah modal, baik dari kantong sendiri maupun mengajak partner lain dan atau melepas bisnis tersebut. Menambah modal dan atau mengajak mitra bisa dipertimbangkan jika memang bisnisnya masih prospektif dan Anda memiliki kemampuan untuk menjalankan bisnis dimaksud.

Persoalannya lebih kepada faktor makro. Tetapi, jika masalah yang dialami oleh bisnis Anda terkait dengan ketidakmampuan mengelola bisnis, ada baiknya berpikir ulang untuk meneruskan bisnis tersebut. Karena faktornya bukan makroekonomi, melainkan di internal Anda. Dengan kata lain, kendati makroekonomi membaik, belum tentu bisnis Anda menguntungkan.

Dari contoh di atas jelas, investasi yang Anda lakukan, di pasar modal maupun sektor riil, jika mengalami masalah, tidak boleh dilakukan pembiaran. SeMesti ada langkah korektif yang disebut restrukturisasi, baik itu dalam rangka perbaikan maupun mengurangi kerugian yang lebih parah.

KOMPAS

Sunday, January 24, 2010

Investasi dengan Pinjaman Bank

Minggu, 24 Januari 2010 | 02:59 WIB

Adler Haymans Manurung - praktisi keuangan

Baru-baru ini datang pertanyaan mengenai investasi dengan dana dari bank. Investor memperoleh dana cukup lumayan dengan tingkat bunga 1,6 persen per bulan selama lima tahun. Artinya, investor harus bisa menghasilkan return minimum sekitar 2% per bulan agar bisa membayar bunga bank tersebut. Ke mana investor harus melakukan investasi agar menguntungkan investor dan dananya tidak kehilangan?

Dalam melakukan investasi, investor harus memahami tujuan dana yang dimiliki. Adapun tujuan investasi dengan uraian sebelumnya bahwa investor ingin melakukan investasi yang hasilnya minimum 1,6 persen karena ada kewajiban kepada pihak bank sebesar 1,6 persen per bulan dengan periode 5 tahun. Tujuan ini juga menyatakan bahwa investasi investor bisa berkurang dananya selama periode lima tahun, tetapi pada akhir tahun kelima dananya sudah terpenuhi untuk membayar pinjaman serta investor harus bisa membayar bunga 1,6 persen per bulannya.

Alternatif investasi yang bisa dilakukan investor adalah pertama, melakukan investasi pada instrumen investasi yang menghasilkan tingkat pengembalian minimum 1,6 persen per bulannya selama 5 tahun. Tetapi, investasi tersebut harus bisa menghasilkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi dari bunga yang dibayarkan kepada bank agar ada hasil bagi investor dan investor tidak memperkaya pihak lain atau kerja rodi dan tidak menikmati keuntungan.

Dalam kasus investasi ini, dana awal investor tidak pernah turun setiap bulannya. Kedua, investor melakukan investasi kepada instrumen investasi yang pada akhir periode nilainya sama dengan pinjaman kepada bank dan bisa memberikan hasil investasi lebih tinggi dari tingkat bunga yang diberikan bank. Dana yang diterima dari bank tersebut bisa berfluktuatif setiap bulan, tetapi ada kemampuan untuk membayar bunga bank sebesar 1,6 persen setiap bulannya. Investor tidak perlu mendapatkan dana untuknya, tetapi di akhir periode ada dana yang dibayar ke bank untuk pengembalian pinjaman bank.

Dalam melaksanakan investasi sesuai tujuan yang diuraikan sebelumnya, investor dapat melakukan dengan dua cara, yaitu dengan melakukan sendiri atau diberikan kepada ahlinya. Bila memilih pengelolaan sendiri, investor harus memiliki minimum tiga karakteristik yang dilakukan, yaitu pertama, investor mempunyai waktu yang banyak. Waktu ini sangat penting karena perlu penanganan yang konsisten setiap waktu terutama pergerakan harga instrumen investasi dan pengaruh kebijakan pemerintah atas investasi yang dilakukan.

Kedua, investor mau mengurusi administrasi pengelolaan dana yang dikerjakan. Investor harus bisa melihat atau mencatat kapan pembayaran dan penerimaan dana. Apakah dana yang dimiliki masih cukup untuk membayar pembelian saham.

Ketiga, investor juga harus mempunyai keahlian untuk menganalisis pasar serta saham-saham yang akan diinvestasikan. Bila tidak memiliki tiga karakteristik yang diuraikan sebelumnya, investor bisa meminta bantuan kepada pihak lain yang bisa mengelolanya dengan persyaratan yang telah dikemukakan sebelumnya, yaitu tingkat pengembalian minimum 1,6 persen per bulan dan pada akhir tahun kelima dana pinjaman bank bisa dikembalikan.

Bila ini yang dipilih, investor masuk pada pengelolaan dana antara investor dengan pihak pengelola dana yang dianggap investor ahli dalam mengelola dana. Untuk kasus kedua ini, investor harus mempunyai kontrak dengan pihak yang mengelola dana tersebut. Dalam kontrak tersebut, tujuan dan hasil yang diinginkan investor harus dimuat secara jelas agar tidak terjadi persoalan di belakang hari.

Kontrak dengan pengelola dana investor merupakan pegangan secara hukum yang bisa digunakan di kemudian hari bila ada perselisihan. Janji-janji yang tidak tertulis dalam kontrak tidak bisa dituntut di belakangan hari. Walaupun ada janji tertulis tetapi tidak dituangkan dalam kontrak tidak bisa dituntut di belakang hari karena kontrak tersebut menjadi patokan atas kerja sama pengelolaan dana tersebut.

Investor harus pintar memilih pengelola dana agar dana yang dimiliki tidak menjadi bunting karena dana diperoleh dari pinjaman bank. Investor harus mengetahui track record dari pengelola dana serta siapa sebenarnya di belakang pengelola dana tersebut. Nama besar pengelola dana bukan menjadi ukuran bahkan kepemilikan asing juga bukan menjadi patokan. Kehati-hatian investor sangat penting karena risiko tetap di pundak investor dan investor sendiri yang akan mengalami kerugian. Pengelola dana hanya memperoleh fee atas pengelolaannya.

Untuk melakukan alternatif investasi tersebut, baik dilakukan sendiri maupun dengan pihak lain yang dianggap ahli, instrumen investasi yang dapat diinvestasikan sangat bervariasi. Berdasarkan data empiris yang diperoleh, instrumen investasi yang dapat memenuhi keinginan atau uraian sebelumnya adalah saham dan reksa dana.

Investasi pada saham membutuhkan berbagai keahlian serta investor harus mempunyai waktu agar bisa memonitor saham tersebut. Investor juga harus bisa menilai saham tersebut agar pilihan investor tepat dan dapat memenuhi tujuan investasi yang telah diuraikan sebelumnya.

Investor harus masuk kepada investasi yang tingkat pengembaliannya bisa setiap bulannya 1,6 persen. Investor tidak bisa melakukan strategi beli sekarang dan tahan sampai dengan 5 tahun, tetapi investor harus melakukan trading (beli dan keluar setiap ada kesempatan).

Saham yang bisa diinvestasikan investor harus lebih baik dari pergerakan saham secara keseluruhan yang dikenal dengan indeks. Berdasarkan data empiris yang dipublikasikan www.finansialbisnis.com bahwa saham badan usaha milik negara (BUMN) yang mempunyai pergerakan lebih bagus dari indeks. Saat ini ada sekitar 15 saham BUMN yang dicatatkan di Bursa Efek Indonesia.

Bila investor memilih reksa dana sebagai instrumen investasi, ada dua jenis reksa dana investasi yang layak diinvestasikan, yaitu reksa dana campuran dan reksa dana saham. Investor harus mengingat bahwa hasil yang telah dicapai reksa dana di masa lalu belum tentu tercapai di masa datang.

Oleh karena itu, investor dapat memilih reksa dana yang portofolionya sesuai dengan uraian sebelumnya mengenai saham-saham BUMN. Jika reksa dana campuran, maka investor juga memilih reksa dana yang portofolionya saham-saham yang bagus dan obligasi yang bagus pula. Investor harus melakukan penelitian dan bertanya kepada yang sudah ahlinya. Sekali lagi risiko investasi tetap pada investor, penulis hanya menguraikan saja. Selamat berinvestasi.

KOMPAS

Sunday, January 17, 2010

Investasi: Resolusi Investasi Tahun Macan

Minggu, 17 Januari 2010 | 02:42 WIB

Elvyn G Masassya - praktisi keuangan

Ketika krisis ekonomi terjadi tahun 1997 dan 2008, cukup banyak orang berhasil dalam berinvestasi. Tetapi, pada tahun-tahun ketika ekonomi bertumbuh pesat, ada juga yang gagal berinvestasi. Bagaimana resolusi investasi pada Tahun Macan ini?

Investasi dibagi menjadi beberapa jenis. Untuk memudahkan, kita bagi menjadi dua area: investasi sektor riil dan investasi pasar modal. Kedua area tersebut tidak bisa dilepaskan kondisinya dari faktor makroekonomi dan faktor internal pelaku atau investor.

Contoh pengaruh faktor ekonomi adalah laju inflasi. Kalau inflasi tinggi, tingkat bunga juga akan tinggi sehingga pemilik dana akan menempatkan uangnya di bank. Sebaliknya, bila tingkat bunga rendah, pemilik dana akan menempatkan dana pada saham. Tetapi, bunga rendah, termasuk bunga pinjaman, sektor riil akan bergerak. Bila kinerjanya bagus, harga saham juga berpotensi menguat.

Dalam realitasnya, kita melihat kondisi perekonomian Indonesia tahun 2009 jauh lebih baik daripada tahun 2008. Pertumbuhan ekonomi berada pada kisaran 4 persen. Nilai tukar rupiah bertengger di sekitar Rp 9.500 per dollar AS. Laju inflasi juga tergolong sangat rendah, yakni di bawah 3 persen.

Indeks pasar saham berada pada angka 2.530-an. Ini jauh lebih tinggi daripada tahun 2008 yang berada pada angka 1.355. Bursa Efek Indonesia bahkan tergolong salah satu bursa yang memberi hasil tertinggi di dunia, yaitu mencapai 86 persen.

Fakta yang terjadi pada setiap investor bisa sangat berbeda. Di pasar modal, misalnya. Kendati secara umum mayoritas investor mestinya menuai keberhasilan, tetapi bila pemilihan waktu masuk membeli saham keliru bukan tidak mungkin yang dituai kegagalan alias merugi. Walaupun secara menyeluruh indeks meningkat hingga 86 persen, tetapi tetap ada saham-saham yang harganya jatuh, khususnya saham berkategori ”gorengan”.

Dari paparan di atas, jelas bahwa tidak peduli tahun kapan pun, yang paling berpengaruh adalah cara investor menyikapi berbagai fenomena ekonomi pada tahun tersebut. Demikian pula pada Tahun Macan ini.

Bagaimana perkiraan ekonomi makro? Konsensus para ekonom dan juga proyeksi beberapa lembaga riset ternama memperlihatkan, tahun 2010 bisa lebih baik daripada tahun 2009. Untuk pertumbuhan ekonomi, misalnya, diperkirakan bisa di atas 5 persen. Ini masih lebih tinggi ketimbang 2009 yang diperkirakan 4,4 persen.

Demikian juga dengan nilai tukar rupiah, diperkirakan akan menguat dan bisa berada pada angka Rp 9. 000 per dollar AS. Di sisi lain, laju inflasi diduga akan lebih tinggi dari tahun 2009, yakni sekitar 6 persen. BI rate diperkirakan meningkat menjadi 7,5 persen, paling tidak itu akan terjadi pada semester kedua 2010. Dampaknya, suku bunga dana mestinya juga lebih tinggi dari sekarang. Sementara untuk pasar modal, banyak kalangan yakin angka indeks masih akan tumbuh 20-25 persen dan berada pada kisaran 2.900-3.000 pada akhir tahun 2010.

Tentukan tujuan

Dalam realitasnya, investasi bersifat dinamis dan lebih dipengaruhi perilaku saat keputusan investasi dilakukan. Lalu, bagaimana konkretnya?

Pertama, kembali ke rumus awal. Tentukan tujuan keuangan pada 2010. Dengan perkiraan keadaan ekonomi akan lebih baik, mestinya tujuan keuangan juga harus lebih menantang.

Kedua, tentukan cara mencapai tujuan keuangan melalui investasi dengan mengacu pada berbagai asumsi ekonomi. Siapkan alokasi investasi strategic asset allocation ke berbagai jenis instrumen investasi. Bila Anda memiliki banyak sumber dana dan ingin masuk ke semua jenis investasi, baik sektor riil maupun sektor keuangan, maka alokasinya tentu berbeda dari tahun sebelumnya.

Ketiga, pastikan ekspektasi rasional Anda terhadap imbal hasil dari semua instrumen investasi yang dipilih. Dalam hal ini, penggunaan logika dan analisis sangat penting. Jangan berkeyakinan bila pasar modal akan seperti tahun 2009 yang tumbuh 86 persen. Untuk mengukur berapa kemungkinan bertumbuhnya, lihat riwayat tahun-tahun sebelumnya.

Itu sebabnya banyak analis yakin indeks pasar modal akan naik hanya sekitar 20 persen. Itu berarti ekspektasi Anda juga sebaiknya pada kisaran angka tersebut.

Lalu jika dihitung menyeluruh dengan menggabungkan ekspektasi imbal hasil di deposito, obligasi, reksa dana atau investasi lain, tentu akan menghasilkan angka yang boleh jadi tidak setinggi itu.

Dari paparan di atas jelas, jika Anda ingin membuat resolusi investasi pada tahun 2010, maka siapkan beberapa resolusi yang masuk akal. Contohnya, investasi tetap bertumbuh berkelanjutan dan memiliki pencapaian tertentu. Perbaiki imbal hasil setiap jenis instrumen investasi. Itu yang utama.

Resolusi lain, misalnya, sempurnakan pola pengambilan keputusan, tidak lagi melibatkan perasaan atau pengaruh orang lain. Ini penting sebab beberapa kegagalan ataupun keberhasilan investasi Anda tahun 2009 boleh jadi bukan karena keputusan sendiri melainkan karena dorongan eksternal.

Kondisi seperti ini jelas tidak akan berulang. Jadi, kesimpulannya, resolusi investasi tidak selalu mesti dalam bentuk angka, tetapi bisa saja lebih fundamental dan berdampak jangka panjang. Dengan kata lain, membuat target kualitatif adalah resolusi yang lebih membumi.

KOMPAS

Sunday, January 10, 2010

Investasi: Ke Arah Mana Bursa?

Minggu, 10 Januari 2010 | 03:00 WIB

Adler Haymans Manurung - praktisi keuangan

Awal tahun biasanya merupakan titik awal bagi seseorang untuk melakukan investasi. Bila dana sudah diinvestasikan dan sudah berbentuk portofolio, maka pertanyaan yang timbul, apakah portofolio tersebut akan diteruskan atau melakukan perubahan. Bila dana masih dalam bentuk tunai, ke mana dana tersebut diinvestasikan? Apakah ke saham atau ke instrumen obligasi atau reksa dana? Pertanyaan yang muncul, ke mana harus melakukan investasi?

Berbagai pihak telah menyebutkan bahwa bursa saham akan terus mengalami peningkatan dan akan menyentuh level lebih dari 3.000. Pada akhir tahun 2008, IHSG ditutup pada level 1.355,408, di mana level ini merupakan level yang drop tajam dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2009, IHSG mengalami kenaikan yang tajam sampai pada level 2.534,356 walaupun terjadi peristiwa politik dan berbagai kasus hukum yang belum diselesaikan karena lemahnya leadership. Berarti terjadi kenaikan IHSG sebesar 86,98 persen atau ada keuntungan investor yang melakukan investasi pada saham indeks. Tingginya tingkat pengembalian investasi pada Bursa Efek Indonesia ini masih lebih rendah dari Bursa China dan masih lebih rendah dari Bursa Rusia.

Apakah hasil yang dicapai pada tahun 2009 akan terulang pada tahun 2010 ini? Bila masih berulang, maka selayaknya melakukan investasi pada Bursa Saham Indonesia. Seperti pada awal tulisan ini bahwa bursa masih dianggap sebagai investasi yang menguntungkan karena IHSG bisa menembus angka 3.000. Bahkan, berita di beberapa koran, IHSG ditargetkan ke level 3.300 sampai dengan 3.400 dan merupakan target IHSG dari sebuah lembaga pengelola bursa.

Pertumbuhan

Berdasarkan perhitungan, dengan berbagai alasan bahwa IHSG paling rendah pada level 2.900 pada akhir tahun 2010. Artinya terjadi pertumbuhan IHSG paling rendah sebesar 14,43 persen. Bila IHSG ditargetkan pada level 3.300, maka terjadi pertumbuhan IHSG sebesar 30,21 persen sehingga IHSG kelihatannya sudah diharapkan mengalami peningkatan.

Bila diperhatikan tingkat bunga yang diberikan instrumen yang bebas risiko sekitar 6,5 persen dan sudah menjadi asumsi pada APBN 2010, maka investasi pada saham sudah lebih tinggi. Tetapi, risk premium yang diberikan sekitar 8 persen sudah wajar untuk investasi pada saham yang menjadi pilihan investor merupakan perdebatan. Melihat besarnya risk premium tersebut, maka sudah selayaknya melakukan investasi di saham. Sebenarnya, berdasarkan berbagai penelitian yang telah dilakukan berbagai akademisi, risk premium di negara-negara berkembang sebesar 6-8 persen sehingga angka risk premium tersebut sudah sangat wajar. Adapun alasan yang membuat IHSG bisa bertumbuh sebesar nilai tersebut disebabkan berbagai faktor.

Pertama, tingkat bunga masih tetap pada level 6,5 persen, di mana saat ini SBI pada level 6,25 persen. Bila pemerintah ingin menaikkan tingkat bunga ke lebih tinggi, kemungkinan tidak akan melebihi 7,5 persen. Artinya, pemerintah bisa menaikkan tingkat bunga hanya maksimum dua kali dengan kenaikan 50 bps (0,5 persen). Biasanya, tingkat bunga yang meningkat membuat bursa mengalami penurunan sehingga akan terjadi perpindahan dana dari instrumen saham ke instrumen berpendapatan tetap. Tetapi, kenaikan tingkat bunga dianggap tidak signifikan sehingga bursa akan menurun dalam waktu singkat dan kembali mengalami kenaikan.

Pada posisi ini sebenarnya, investor menjual saham ketika tingkat bunga akan dinaikkan dan membeli kembali ketika tingkat bunga sudah dinaikkan serta stabil kembali. Sebenarnya, berdasarkan kalkulasi dan informasi yang telah beredar, pemerintah akan menaikkan tingkat bunga walaupun waktunya belum jelas. Tanda-tanda kenaikan tingkat bunga terlihat dari ditundanya kenaikan harga listrik dan pemerintah akan menaikkan harga BBM karena tidak menaikkannya pada tahun 2009 diakibatkan pemilu.

Kenaikan

Adanya kenaikan harga berakibat pada kenaikan inflasi dan akhirnya kenaikan tingkat bunga. Kedua, pertumbuhan kredit yang disalurkan perbankan. Pertumbuhan kredit pada tahun 2010 ini direncanakan sekitar 17-20 persen di mana pertumbuhan pada tahun 2009 diperkirakan lebih rendah sekitar 12-14 persen. Pertumbuhan kredit yang lebih dari tahun 2009 menyebabkan perusahaan dapat meningkatkan laba bersih sehingga ada peningkatan harga saham.

Ketiga, kinerja pemerintah yang menginginkan adanya pertumbuhan yang lebih baik sehingga pemerintah membuat usaha-usaha melalui kebijakan untuk membantu masyarakat pebisnis. Pemerintahan sekarang yang didominasi Partai Demokrat akan mempunyai hasrat untuk membuat ekonomi lebih baik, ditunjukkan dengan pertumbuhan ekonomi sekitar 5,5 persen, maka harapan perusahaan akan menyumbang perekonomian. Perusahaan yang terdaftar di bursa, yang paling mempunyai kesempatan karena sudah dikenal dan teruji manajemennya. Adanya pertumbuhan ini mengakibatkan harga saham akan mengalami kenaikan.

Keempat, ekspektasi pebisnis dan masyarakat. Dengan berbagai situasi yang telah terjadi, maka harapan para pebisnis ingin meningkatkan pendapatannya. Adanya harapan kenaikan pendapatan membuat pebisnis berusaha meningkatkan kinerjanya sehingga pertumbuhan akan terjadi. Kelima, kondisi politik dalam negeri yang mulai stabil. Kondisi politik yang sudah stabil akibat adanya pemenang pemilu dan sekaligus memegang tampuk pemerintahan memberikan kepercayaan baik untuk lokal maupun luar negeri. Kondisi ini menarik pemilik dana melakukan investasi sehingga meningkatkan pendapatan perusahaan dan akhirnya meningkatkan harga saham di bursa.

Keenam, investor asing sebagai pendorong kenaikan bursa. Semua pihak telah mengetahui bahwa bursa kita banyak didorong oleh transaksi investor asing. Bila asing telah masuk melakukan transaksi di bursa, maka IHSG terus mengalami kenaikan. Investor lokal juga menaikkan investasinya. Tetapi, sayangnya investor lokal selalu terlambat keluar, bahkan masuknya ke bursa juga telat. Akibatnya keuntungan yang diperoleh kecil, bahkan ada yang mengalami kerugian.

Oleh karena itu, bila melihat harga saham sekarang ini dan investor asing belum masuk, maka sudah saatnya memasukkan atau melakukan investasi pada saham sebelum ketinggalan kereta. Tetapi, harus diingat bahwa investasi pada saham mempunyai risiko adanya kemungkinan harga saham menurun tajam sehingga risiko tetap di tangan investor dan keputusan juga di tangan investor.

KOMPAS

Saturday, January 9, 2010

Siapa Miliarder Amerika Pencetak Uang Tahun 2009?

Sabtu, 9 Januari 2010 | 06:36 WIB

KOMPAS.com - Raja ritel online semakin kaya. Berkat Kindle, yang mencetak rekor penjualan pada bulan November dan meningkatnya jumlah pengunjung ke Amazon.com pada m musim liburan, menurut Alexa.com, Jeff Bezos, pendiri dan CEO Amazon.com ini pun mencetak banyak keuntungan pada tahun 2009.

Naiknya saham Amazon.com membuat keuntungan Bezos naik 7,3 miliar dollar AS dalam 12 bulan terakhir. Saham ini naik 175 persen sejak Januari tahun lalu. Ini membuat Jeff Bezos berada di urutan keenam daftar miliarder Amerika pencetak uang versi Majalah Forbes tahun 2009.

Larry Page, salah satu pendiri Google yang tahun lalu berada di posisi puncak dengan perolehan 11,9 miliar dollar AS pada tahun 2008, kini berada di urutan kelima dengan perolehan 8,4 miliar dollar AS antara Januari 2009 hingga pertengahan Desember 2009. Di belakang Page adalah mitra seumur hidupnya, Sergey Brin dengan perolehan 8,2 miliar dollar AS.

Dalam menyusun peringkat ini, Majalah Forbes melihat miliarder yang memiliki saham di perusahaan publik dan memperhitungkan keuntungan surat berharga dalam dollar. Pihak Forbes tidak memasukkan saham yang dibeli dan dijual dalam periode tersebut.

Ini menjadi tahun yang baik bagi saham-saham teknologi lebar. Indeks Nasdaq naik 40 persen pada tahun 2009, mengalahkan S&P 500 senilai 19 persen.

Enam pemenang saham terbesar masuk dalam daftar orang memiliki saham-saham di perusahaan perangkat lunak atau perusahaan internet. Di belakang Page dan Brin adalah Larry Ellison (Oracle), Bill Gates (Microsoft), Bezos dan Steve Ballmer (Microsoft). Kalau digabungkan, enam orang yang bergerak di bidang teknologi ini mencetak 44 miliar dollar AS selama 12 bulan terakhir.

Ralph Lauren, yang memperoleh 1,3 miliar dollar AS pada tahun 2009, satu-satunya miliarder di bidang fashion yang memenuhi kualifikasi. Namun para pengecer lain berlari cepat. Richard Hayne's Urban Outfitters memperoleh 120 persen, sementara Leslie Wexner's Limited Brands naik 90 persen (bukan miliarder namun masuk dalam daftar kualifikasi).

Lima besar pemenang saham di Amerika mempertaruhkan keberuntungan mereka di bidang keuangan. Di antaranya salah satu pendiri Blackstone Stephen Schwarzman (1,5 miliar dollar AS) dan miliarder hudge-fund Daniel Och (lebih dari 1,3 miliar dollar AS).

Jika tahun 2008 merupakan akhir dari masa keemasan ekuisitas swasta, tahun 2009 menunjukkan bahwa investor masih mempercayakan uang mereka kepada manajer yang bertahan dalam krisis keuangan yang terburuk.

Saham Blackstones naik 110 persen tahun ini, masih sulit untuk dirayakan mengingat saham-saham investasi raksasa masih turun 60 persen sejak go public tahun 2007. Yang juga kembali berjaya adalah Sheldon Adelson. Saham Las Vegas Sands miliknya naik 1.000 persen sejak Maret lalu, masih butuh pendorong lebih kuat bagi konglomerat kasino ini. Nilai saham Adelson jatuh hingga 24 miliar dollar AS pada tahun 2008, dan menyebabkannya menjadi pecundang terbesar tahun lalu.

KOMPAS

Sunday, January 3, 2010

[Road to $100/day]: Re-write the Articles

Setelah melakukan keyword research terhadap beberapa ide pada bulan Juli-Agustus 2009 didapat beberapa turunan keyword (micro niche keyword bahkan dapat disebut juga super micro niche keyword).

Pekerjaan setelah itu adalah mencari konten sesuai dengan keyword. Ini dilakukan dari bulan Agustus 2009 s/d November 2009....cukup lama.....karena saya harus bekerja dari pagi sampai malam hari........saya pikir cukup 1 bulan asalkan konsisten melakukannya.

Bulan Desember 2009 dibuatkan domain, hanya terpilih 2 domain untuk di-online kan.

Nah....pekerjaan lain yang cukup melelahkan juga adalah "Re-write the Articles". Artikel yang sudah didapat ditulis ulang untuk memberikan kesan unik dimata Google Search Engine, tentu saja artikel berbahasa inggris.

Saya hanya membutuhkan 1 jam untuk me-rewrite 1 artikel. Sekali lagi kalau konsisten dalam waktu 1 bulan bisa terselesaikan.

Target untuk posting artikel adalah akhir bulan ini artinya 2 buah domain yang sudah diregistrasi dapat di-onlinekan dan dapat di browse.

Akhir bulan Maret 2010, 2 website tersebut diproyeksikan sudah dapat dicari melalui Google Search Engine artinya Internal linking dan External linking sudah dilakukan dengan baik begitu juga submit ke beberapa directory.....tidak lupa PPC dan PPS sudah nyantol disana.

Saya pikir tidak lama lagi....dalam waktu 6 bulan kedepan...sudah ada penghasilan beberapa ratus dollar per harinya.....Insya ALLAH.....harus optimis......


Salam Sukses
Idam

Konsultasi Investasi & Keuangan: Investasi Tanpa Beban

Minggu, 3 Januari 2010 | 03:37 WIB

Elvyn G Masassya
Praktisi keuangan

Masih ingat peristiwa yang terjadi pada sebuah bank swasta, yang belakangan ini ramai diberitakan media massa? Fenomena yang menimpa bank tersebut ditengarai sarat berbagai kepentingan. Mulai dari kepentingan baik, hingga kepentingan yang kurang jelas. Lepas dari itu, tidak ada salahnya kita cermati apa khususnya yang menimpa sebagian pengguna bank tersebut sehingga dananya tidak bisa kembali.

Awalnya sekadar mengharapkan tingkat bunga tinggi dari deposito berjangka. Ketika bank tersebut menawarkan bunga cukup menarik, para nasabah pun berdatangan.

Karena di bank mana pun, sepanjang deposito yang ditempatkan tidak lebih dari Rp 2 miliar, dana deposan akan aman, sesuai peraturan pemerintah. Dus, menempatkan dana di bank, sebenarnya merupakan pilihan investasi yang paling minim risikonya.

Lantas kenapa terjadi masalah? Dalam praktiknya, sebagian bank kemudian mencoba mendiversifikasikan bisnis dengan menjadi pemasar produk pasar uang. Bisa dalam bentuk reksa dana atau malah structure product. Produk tersebut kemudian ditawarkan kepada para deposan.

Sebagian deposan tertarik karena dijanjikan imbal hasil lebih tinggi. Apakah keliru? Jelas tidak. Reksa dana saham, misalnya, bisa saja memberikan imbal hasil jauh di atas deposito berjangka jika pengelolaannya dilakukan dengan benar. Masalahnya, dalam memasarkan produk tersebut, pihak bank belum tentu menjelaskan reksa dana dimaksud bukanlah produk bank, bukan produk yang dijamin pemerintah, dan tidak termasuk dalam portofolio bank. Lebih dari itu, produk tersebut berisiko. Risiko bukan urusan bank karena bank hanya sebagai agen pemasar.

Di sisi lain, karena pengetahuan tentang produk keuangan relatif minim dan atau tergiur iming-iming imbal hasil besar, ditambahi kondisi yang menawarkan produk adalah bank, maka banyak deposan tergiur.

Lebih jauh lagi, mungkin saja dalam perjanjian pembelian produk sudah dicantumkan produk dimaksud bukan milik bank. Bank hanya sebagai agen penjual dan risiko sepenuhnya ditanggung pemilik dana. Tetapi, karena telanjur tergiur imbal hasil yang besar, isi perjanjian tidak dicermati teliti. Para pemilik dana yang notabene deposan langsung saja membubuhkan tanda tangan. Selanjutnya, deposito berubah bentuk menjadi reksa dana atau produk sejenis.

Malapetaka tiba ketika bank tersebut bermasalah. Benar, pemerintah melakukan bail out, tetapi hanya dana nasabah yang tercatat dalam buku bank, sedangkan para pemegang reksa dana bukanlah deposan.

Masalahnya, sebagian dari pemegang produk reksa dana boleh jadi sebelumnya deposan di bank sama. Kemudian deposito tersebut dikonversi menjadi reksa dana tanpa memahami konsekuensinya. Cerita menjadi lain jika deposan tidak tahu-menahu perpindahan dananya menjadi reksa dana. Jika seperti ini adanya, jelas oknum bank sangat mungkin mencurangi deposan.

Pelajaran

Apa yang bisa dipetik dari fenomena di atas? Paling tidak ada dua pelajaran penting.

Pertama, jangan mudah tergiur iming-iming imbal hasil besar meskipun diberikan pihak bank. Semakin tinggi potensi imbal hasil, maka semakin besarlah risiko yang melekat di dalamnya.

Dalam kisah di atas, semestinya pihak bank transparan menjelaskan kepada calon investor segala risiko yang melekat. Jika pihak bank tidak menjelaskan, maka calon investor mesti bertanya seluas-luasnya. Ringkasnya, jangan pernah berkata ”ya” sebelum Anda memahami segala potensi keuntungan dan risiko yang melekat pada sebuah produk.

Kedua, jangan pernah tidak serius ketika melakukan perjanjian investasi. Anda tentu pernah melihat isi perjanjian kartu kredit atau perjanjian lain yang berhubungan dengan kegiatan keuangan. Pernahkah Anda mempelajari detail? Mungkin saja tidak.

Dengan mudahnya Anda membubuhkan tanda tangan, padahal mungkin ada klausul yang memberatkan Anda. Pahamilah, ketidakpedulian terhadap isi perjanjian merupakan awal terjadinya penderitaan kemudian hari jika terjadi ”apa-apa” dengan produk investasi Anda.

Lantas bagaimana agar investasi tidak menjadi beban, tetapi benar-benar sebagai tindakan positif yang membantu Anda mencapai tujuan keuangan?

Ada beberapa saran. Pertama, investasi dilakukan dengan perencanaan matang dalam rangka mencapai tujuan keuangan. Investasi jangan dilakukan jika hanya berdasarkan tawaran agen penjual produk. Bagi mereka, yang penting produk bisa dijual sebanyak-banyaknya. Mau untung atau rugi bukan urusan agen penjual. Karena itu, kalaupun Anda tertarik, cermati apakah produk yang hendak Anda beli karena tawaran tersebut sesuai atau tidak dengan tujuan keuangan Anda. Jangan hanya melihat iming-iming saja.

Kedua, investasi memiliki perikatan kontrak antara pemilik dana dengan pihak yang menginvestasikan. Jangan pernah menganggap remeh isi perjanjian. Jika tidak paham, jangan beli produk tersebut sampai Anda paham. Minta bantuan teman atau ahli hukum untuk menjelaskan konsekuensi isi perjanjian.

Ketiga, tingkatkan pengetahuan tentang produk investasi. Benar saat ini bank atau lembaga keuangan apa pun memiliki tenaga penjual yang bisa menjelaskan produk. Tetapi, jangan lupa, pihak penjual bukan berada di pihak Anda. Karena itu, sedikit banyak Anda pribadi mesti memiliki pengetahuan dasar agar bisa berargumentasi dengan pihak penjual. Untuk memahami produk investasi, Anda bisa belajar mandiri melalui berbagai buku atau bertanya kepada ahlinya.

Kesimpulannya, investasi merupakan perpaduan dari keterampilan, pengetahuan, dan seni, termasuk ”nyali” yang mesti sesuai dengan karakteristik pribadi. Kegagalan atau keberhasilan, beban atau kesenangan, bergantung kepada Anda dalam menentukan keputusan.

KOMPAS

Friday, January 1, 2010

Tutup 2009, Wall Street Turun Tajam

Jumat, 1 Januari 2010 | 08:12 WIB

NEW YORK, KOMPAS.com - Menutup tahun 2009, saham-saham di Wall Street, Kamis (31/12/2009) waktu setempat, jatuh tajam.

Pasar tertekan oleh kekhawatiran bakal dinaikkannya tingkat suku bunga dalam waktu dekat seiring dengan membaiknya data pekerjaan.

Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup melorot 123,64 poin atau 1,17 persent pada 10.424,87. Kemudian indeks komposit Nasdaq berkurang 22,13 poin (0,97 persen) ke posisi 2.269,15 serta indeks Standard & Poor’s 500 jatuh 1,02 persen (11,52 poin) ke posisi 1.114,90.

KOMPAS