BLOGSPOT atas

Sunday, June 27, 2010

Membuat Keputusan Finansial

Minggu, 27 Juni 2010 | 04:13 WIB

Elvyn G Masassya - praktisi keuangan

Ketika Anda hendak membuat suatu keputusan finansial, misalnya membeli rumah, mobil, atau berinvestasi dalam saham, lazimnya ada pertimbangan yang mendasari. Berapa persen keputusan itu didasari pertimbangan rasional ketimbang pertimbangan emosional?

Tatkala Anda hendak membeli rumah, ada pertimbangan lokasi yang dekat dengan kantor atau berdekatan dengan keluarga. Pendeknya, ada berbagai latar dari keputusan tersebut. Tentu saja ada pertimbangan mengenai harga rumah. Pertanyaannya, berapa persen pertimbangan harga dibandingkan dengan pertimbangan lain, yang mendorong Anda untuk membeli rumah?

Namun, coba jujur, pernahkah Anda membeli suatu barang sebenarnya lebih didominasi oleh pertimbangan emosional. Artinya, tidak peduli berapa pun harga rumah tersebut, tetap Anda beli karena Anda menyukainya. Dan boleh jadi, Anda membayar terlalu mahal untuk membeli fungsi dari sebuah barang.

Itulah yang disebut dengan keputusan finansial, yang tidak berbasis argumentasi finansial. Nah, agar tidak terjebak dalam pengambilan keputusan seperti itu, ada baiknya direnungkan kembali, bagaimana baiknya pembuatan keputusan finansial itu dilakukan.

Tujuan dan budget

Pertama, pastikan dulu tujuan dari keputusan finansial Anda. Membeli rumah misalnya, apa tujuannya? Untuk tempat tinggal yang baru atau sebagai alat investasi. Apa pun alasannya terserah Anda. Yang mesti dipahami adalah, perbedaan tujuan keuangan tersebut mestinya akan melahirkan keputusan keuangan yang berbeda. Dengan kata lain, keputusan keuangan untuk membeli suatu barang yang bersifat konsumtif akan sangat berbeda dengan keputusan keuangan yang tujuannya produktif. Dan Anda mesti memahami benar konsekuensi dari keputusan tersebut.

Kedua, menentukan berapa budget yang disediakan untuk suatu keputusan keuangan. Ini menjadi faktor penting sebab banyak kalangan membeli barang tanpa perencanaan jelas tentang biaya yang dialokasikan. Membeli barang konsumtif menggunakan kartu kredit, misalnya, maka setiap bulan, tagihan Anda akan membengkak. Atau kalau membeli rumah, penyesalan akan datang belakangan karena realitas yang diperoleh berbeda dengan harapan.

Atau ketika Anda membeli barang branded, demi ingin menaikkan status sosial. Anda sebenarnya merasa ”tidak kuat” mengeluarkan dana untuk membeli barang dimaksud, tetapi memaksakan diri agar kelihatan ”hebat” . Yang terjadi kemudian adalah penyesalan karena teman-teman Anda juga mampu membeli barang yang sama, atau malah lebih mahal ketimbang barang yang sudah Anda beli.

Membeli suatu barang branded dengan maksud meningkatkan gengsi bukanlah keputusan finansial. Itu lebih merupakan keputusan emosional yang hanya menimbulkan masalah di kemudian hari.

Purnajual dan dampak

Ketiga, aspek purnajual dari barang yang dibeli. Keputusan finansial yang tidak mempertimbangkan aspek purnajual dari suatu barang akan menimbulkan penyesalan. Perilaku finansial yang benar adalah ketika aset yang dimiliki lebih bersifat produktif ketimbang konsumtif. Demikian juga halnya dengan pembelian barang. Jika barang tersebut sudah tidak memiliki nilai produktif, termasuk ketika dijual kembali, barang tersebut tergolong biaya semata.

Dengan kata lain, barang apa pun yang dibeli sebaiknya masih memiliki nilai kalau hendak dijual kembali. Hal seperti ini berlaku buat seluruh barang yang Anda beli dan miliki.

Jika membeli suatu barang, pertimbangkan barang tersebut bisa dijual kembali pada suatu ketika dengan harga yang memadai.

Keempat, dampak keputusan terhadap kondisi keuangan secara menyeluruh. Setiap keputusan finansial pada dasarnya berdampak positif ataupun negatif. Kerap kali kita lupa bahwa suatu keputusan tidak berdiri sendiri. Ketika Anda membeli rumah secara kredit, misalnya, akan berpengaruh terhadap perilaku keuangan Anda dalam mengelola pengeluaran pada masa berikutnya, karena sebagian penghasilan akan dipakai untuk mencicil angsuran kredit.

Pernahkah Anda bayangkan pengaruhnya terhadap rencana pengeluaran Anda yang lain? Artinya, bisa saja Anda mesti menghentikan salah satu pengeluaran Anda agar cash flow tidak defisit. Nah, setiap keputusan keuangan sebaiknya dianalisa pengaruhnya terhadap pengeluaran secara menyeluruh.

Argumentasi rasional

Kelima, argumentasi rasional harus lebih tinggi dibandingkan dengan alasan emosional. Dalam istilah yang lebih lazim, bisa membedakan antara keinginan dan kebutuhan. Semua pembelian yang hanya berdasarkan keinginan umumnya adalah berdasarkan emosional. Sementara pembelian yang berbasis kebutuhan juga tidak selalu rasional. Termasuk dalam hal ini adalah pertimbangan harga, aspek purnajual, dan sebagainya.

Kendati keputusan finansial Anda sudah diyakini semata-mata untuk memenuhi kebutuhan, belum tentu memenuhi kriteria logis rasional. Oleh karena itu, cek sekali lagi, berapa persen aspek emosional terkandung di dalamnya.

Masih banyak faktor yang perlu dipertimbangkan sebelum membuat keputusan finansial. Untuk memudahkan Anda dalam membuat keputusan, tidak ada salahnya semua alasan dicatat dan dimasukkan dalam daftar pertimbangan. Dengan daftar tersebut, Anda bisa menimbang-nimbang apakah keputusan Anda dapat dipertanggungjawabkan secara logika atau sekadar emosional belaka. Yang jelas, keputusan berdasarkan emosional biasanya akan lebih makan biaya ketimbang keputusan berdasarkan rasional. Pilihan ada di tangan Anda.

KOMPAS

Sunday, June 20, 2010

Dana Liburan

Minggu, 20 Juni 2010 | 03:52 WIB


Adler Haymans Manurung - praktisi keuangan

Liburan pasti membutuhkan biaya. Besar kecil biaya tergantung liburan yang ingin dilakukan.
Sering kali orangtua membuat liburan tanpa direncanakan sehingga tidak disangka dananya kurang. Oleh karena itu, perlu dibuat perencanaan liburan sehingga diketahui dana yang dibutuhkan.

Tahap pertama yang perlu dilakukan adalah menentukan tujuan liburan dan target yang ingin diperoleh dari liburan. Biasanya keluarga menginginkan liburan sambil melakukan aktivitas lain. Misal, keluarga yang berasal dari Tapanuli, Sumatera Utara, berlibur ke Danau Toba dan beberapa hari sebelumnya melakukan aktivitas adat di tanah leluhurnya.

Tempat liburan dan aktivitas liburan perlu direncanakan secara rinci supaya liburan bermanfaat. Sebaiknya dipilih tempat liburan yang berbeda setiap tahun agar ada variasi dan anak-anak mendapat beragam pengalaman. Liburan bisa juga menghilangkan rasa bosan di rumah atau mencari suasana baru. Artinya, berlibur tidak harus ke daerah yang jauh dari rumah. Perlu juga dirancang aktivitas liburan yang memberikan arti kepada keluarga sehingga bisa merasakan suasana yang berbeda.

Liburan juga tidak harus memakan waktu panjang, misalkan dua minggu. Masa tiga hari juga dapat dikatakan liburan apabila memberikan manfaat kepada keluarga.

Jika perlu, liburan dapat dilakukan bersama keluarga besar supaya ada bahan cerita anak-anak kalau sudah besar nantinya. Semua aktivitas liburan sebaiknya didiskusikan dengan anggota keluarga agar tercapai kesepakatan dan tidak ada yang merasa idenya tidak dipakai.

Biaya liburan

Tahap kedua, menentukan besarnya biaya liburan. Biaya pertama yang harus dihitung yaitu biaya transportasi dan penginapan. Biaya transportasi dengan pesawat terbang lebih besar dari biaya menggunakan transportasi yang lain.

Jika ingin memberikan pengalaman yang menarik, keluarga dapat berlibur dengan menggunakan transportasi mobil sendiri. Siangnya mereka berjalan melihat pemandangan dan malamnya menginap di hotel. Jangan memaksakan pada tempat yang wah jika belum pada waktunya.

Biaya yang mungkin dikeluarkan yaitu biaya makan dan jajan harian selama berlibur. Sebaiknya keluarga sudah membuat patokan apa yang akan dikonsumsi selama liburan dan rata-rata pengeluaran per orang selama liburan.

Biaya liburan sebaiknya tidak memasukkan biaya pembelian peralatan. Informasi tentang besarnya biaya liburan dapat diperoleh dari perusahaan travel dan lembaga yang mempersiapkan liburan. Apabila keluarga bisa mendapatkan besar biaya tahun lalu, besarnya biaya untuk tahun berikutnya ditambahkan sekitar 30 persen sehingga keluarga dapat merencanakan biaya liburan tahun berikutnya.

Tahap ketiga, mendapatkan dana liburan. Tahapan ini dapat dilakukan apabila sudah jelas besar biaya liburan yang akan dikeluarkan. Biaya liburan sebaiknya menggunakan dana yang diperoleh keluarga juga dari dana kaget. Artinya, urutan pertama untuk dana liburan diperoleh dari pendapatan yang tidak biasanya diperoleh keluarga. Misalkan keluarga mendapatkan dana atas komisi aktivitas yang tidak direncanakan. Adanya liburan tidak mengganggu perencanaan keuangan keluarga.

Apabila tidak ada dana yang diperoleh dari pendapatan yang tidak biasanya didapat, keluarga perlu melakukan persiapan. Oleh karena itu, persiapan liburan tahun ini selayaknya merupakan rencana liburan tahun lalu setelah pulang liburan. Artinya, biaya liburan tahun ini sudah dipersiapkan setiap bulannya selama satu tahun terakhir. Apabila dana liburan sebesar Rp 15 juta dalam liburan ini, keluarga harus sudah menabung sekitar Rp 1.250.000 setiap bulan.

Jika keluarga sudah mempersiapkan dana tersebut, keluarga tidak perlu mengganti daerah liburan terkecuali biayanya sama atau lebih kecil. Apabila biaya yang lebih besar, keluarga bisa merencanakan pada liburan tahun berikutnya.

Keluarga juga bisa mempersiapkan dana liburan dari hasil investasi yang dimiliki. Dana yang diinvestasikan tersebut dirancang agar bisa memberikan tingkat pengembalian sebesar biaya liburan tahun ini. Keluarga perlu membuat perencanaan yang matang agar liburan terlaksana dan biaya yang dibutuhkan tersedia.
Lebih penting liburan harus bermanfaat dan membahagiakan keluarga. Sesuaikan
biaya liburan dengan isi kantong. Jangan lebih besar pasak daripada tiang. Kita harus bersyukur karena masih bisa menikmati liburan.

KOMPAS

- Muhammad Idham Azhari

Sunday, June 13, 2010

Expatriat Pun Berniaga Maya dari Bali

Laporan wartawan KOMPAS Robertus Benny Dwi Koesnanto

Minggu, 13 Juni 2010 | 09:40 WIB

BALI, KOMPAS.com — Selain Jakarta sebagai pusat pemerintahan dan niaga, posisi Bali sebagai pusat pariwisata sekaligus pintu ekspor aneka produk ke mancanegara rupanya mendapat tempat tersendiri dalam bisnis di dunia maya.

Sejumlah pemodal melihat Pulau Dewata sangat strategis untuk membuka tokonya. Di Denpasar, Bali, ada toko online yang menduduki peringkat ke-56 untuk kategori Indonesia versi Alexa.com.

Situs itu memajang beraneka ragam barang. Kantor utamanya di Denpasar, Bali. Pengelolanya justru expatriat dari Belanda, Arnold Sebastian Egg dan Rymco Lupker.

Keduanya mengaku, selain karena dikenal di seluruh dunia sehingga lebih mudah untuk menawarkan barang-barang, Bali dipilih juga karena dirasa lebih nyaman untuk berkantor.

Ini sekaligus menggambarkan keberadaan toko online semata-mata tidak terbatas tempat asal infrastrukturnya mendukung.

Dibangun sejak 2005, menurut Arnold, situsnya perlahan tapi pasti telah memosisikan diri sebagai situs pemasangan iklan terbesar dengan lebih dari 1 juta pengunjung per hari.

Berdasarkan Alexa.com, pada April 2010 situs ini berada di peringkat ke-45, tertinggi dibanding situs toko online lain di Indonesia. Melalui situs ini, perusahaan dan atau perorangan dapat menjual dan membeli produk dan atau jasa secara mudah, cepat, dan aman.

Menjadi member di toko gratis tanpa ada biaya sedikit pun. Bagi pembeli, misalnya, penamaan kategori yang populer didukung dengan fitur kotak pencarian iklan yang memberikan hasil yang relevan terhadap apa yang dicari.

"Sedangkan bagi penjual, selain promosi di situs-situs ternama, toko online mini dimungkinkan di sini dan dilengkapi dengan URL subdomain pribadi," kata Arnold di Denpasar, awal Juni ini.

Rymco menimpali, Indonesia telah membangun potensi transaksi online yang luar biasa. Ini antara lain didukung dengan terus meningkatnya pengguna internet yang kini diperkirakan jumlahnya mencapai 30 juta orang.

"Meskipun ini baru awal dari pertumbuhan industri jual beli online di Indonesia, potensi Indonesia sangat besar," terangnya.

Rymco dan Arnold sepakat, kaum perempuan memegang peranan penting dalam bidang e-commerce dan penggunaan internet. Hal itu antara lain dipengaruhi dengan keaktifan kaum perempuan dalam aneka jejaring sosial online, seperti Facebook dan Twitter.

Dia mengungkapkan, dari data yang ada, pertumbuhan jual beli secara umum mencapai sekitar 15 persen per bulan pada tahun 2009.

Sementara transaksi jual beli produk perempuan pertumbuhannya jauh melampaui pertumbuhan transaksi jual beli online secara umum, yakni mencapai sekitar 85 persen sejak saat itu hingga lima bulan pertama tahun ini per bulan.

"Lebih dari itu, kami senang situs kami dan situs lain yang sejenis telah memberi pengaruh signifikan bagi pengusaha kecil hingga menengah untuk memiliki akses yang sama ke pasaran luas seperti yang dimiliki pengusaha besar,'' tambah Rymco.

Ada lagi toko online berbasis di Bali yang belum masuk peringkat 100 utama di Alexa.com, yang juga dikelola oleh ekspatriat. Rencananya, situs itu mulai tahun ini akan beroperasi sepenuhnya.

Pendiri sekaligus CEO-nya adalah Christopher Benz, alumnus Vilanova University Philadelphia, AS. Dia terpilih dalam nominasi Ernst and Young sebagai Social Entrepreneur of the Year Award tahun 2008. Setahun kemudian, dia dinobatkan majalah Business Week sebagai salah satu Pengusaha Sosial Amerika paling menjanjikan.

Sebelum mengelola itu, dia sudah merintis dua situs yang fokus pada penghubung produsen berbagai macam produk, terutama kerajinan hingga fashion, di beberapa daerah di Indonesia dengan pasar ekspor.

Sementara situs lainnya melayani pembelian grosir dan perusahaan di seluruh dunia dengan pengadaan produk berkualitas dengan jumlah lebih dari 13.000 produk di katalognya.

Dua hal itu pula yang kemudian menarik Benz untuk tinggal di Bali dari dua tempatnya berdomisili sebelumnya, New York dan London.

Benz tertarik membuka toko online di Indonesia setelah beberapa tahun lalu pernah kesulitan mengirim hadiah ke salah satu temannya di negeri ini melalui toko online.

Melihat ini sebagai kesempatan, ia lalu melakukan survei ke 4 juta-5 juta warga Indonesia yang tinggal di luar negeri. Poinnya sama dengan pengalamannya, yakni apa yang dilakukan ketika akan mengirim sesuatu kepada sanak saudara maupun teman mereka di Indonesia.

Rupanya sebagian besar masih melalui jalan offline, yakni sekadar mengirim barang melalui pos atau transfer sejumlah uang. "Ini menarik karena berarti kesempatan untuk membuka toko online di Indonesia masih besar," kata Benz, beberapa waktu lalu di Sanur, Bali.

Legalitas menjadi hal yang dinilai paling penting oleh Benz. Situsnya kini dilengkapi dengan berbagai sistem teknologi canggih untuk menjamin keamanan belanja online.

Ini setidaknya menghapus reputasi Indonesia yang termasuk dalam jajaran atas rawan pencurian. Katakanlah di beberapa mesin pemroses kartu kredit secara online, seperti Authorize.net, jika mesin mendeteksi orang yang belanja dari Indonesia, otomatis mesin meminta otorisasi.

Kita diharuskan mengirim scan kartu kredit bolak-balik dan menandatangani pernyataan bahwa kartu kredit itu benar milik kita.

Kehadiran situs itu sedikit banyak memberi nama baik bagi Indonesia. Tingkat penipuan juga menurun seiring makin berkualitasnya cara pandang orang Indonesia terhadap internet.

"Bukan hanya menawarkan lebih dari 40.000 produk, mulai dari buku hingga peralatan elektronik, dari produk fashion hingga kerajinan," kata Benz.

Ia ingin memberikan kenyamanan sekaligus keamanan berbelanja online dengan daerah tujuan ke seluruh wilayah Indonesia. Untuk keamanan proses pembayaran, penggunaan kartu kredit dapat melalui telepon dan atau situs web sebagaimana mestinya.

KOMPAS

Beli Kambing "Online", Mengapa Tidak?

Laporan wartawan KOMPAS Robertus Benny Dwi Koesnanto

Minggu, 13 Juni 2010 | 08:19 WIB

BALI, KOMPAS.com — Rasa penasaran muncul ketika suatu hari seorang kawan memasang sejumlah foto kambing peranakan ettawa (PE) di sebuah situs jejaring sosial.

Mulanya saya kira ia hanya pamer piaraan kesayangannya. Namun, belakangan setelah saya tanya lebih jauh, barulah saya tahu ia juga menjual kambing-kambing itu secara online.

Cukup dengan googling sebentar, ternyata pasar kambing pun kini tersaji di internet. Seperti terlihat dalam beberapa situs, kambing-kambing ditawarkan, mulai dari anakan, betina siap kawin, betina sudah bunting, hingga pejantan dengan aneka kualitas.

Selain memajang foto, penjual pun menambahkan detailnya, seperti panjang telinga sekian sentimeter hingga ukuran gigi sang kambing. Pindahnya pasar kambing ke internet itu adalah salah satu penanda pesatnya perkembangan toko online atau virtual saat ini.

Beberapa tahun lalu, kita hanya bisa mengakses barang-barang elektronik, seperti televisi dan tape recorder, buku, hingga kamera digital yang jelas dan terukur garansinya. Kini, hampir semua barang ditawarkan secara online, baik melalui situs web khusus, laman blog, maupun situs pertemanan dan jejaring sosial.

Aneka produk fashion, dari baju anak-anak hingga dewasa, dari sarung hingga mukena, dapat dengan mudah dipesan. Demikian pula aneka produk kecantikan, kerajinan, dan oleh-oleh khas daerah.

Soal sistem pembayaran, ada yang benar-benar online atau sistem 50:50, yakni penawaran dilakukan secara online namun pembayaran masih lewat transfer via ATM atau kantor pos. Modal ratusan ribu hingga ratusan juta rupiah dilakukan dalam satu media di bisnis ini, yakni internet.

Menghapus jarak

Menjajakan aneka produk busana muslim, misalnya, sudah dilakoni Desy Wulandari, warga Denpasar, setengah tahun terakhir. Mulanya hal itu dilakukan di sela-sela kesibukannya bekerja di sebuah perusahaan kargo.

Modal pertamanya hanya berkisar Rp 500 juta. Selain lewat blognya, Desy juga memasang produknya via jejaring sosial seperti Facebook dengan nama yang sama dengan versi blognya.

Desy mengaku setiap hari ada saja pesanan yang harus dilayaninya, hingga akhirnya ia memilih keluar dari perusahaan tempatnya bekerja dan sepenuhnya mengurusi toko online-nya.

"Mula-mulanya saya memang sering membeli aneka produk secara online. Dari sana lalu terpikir untuk membuka toko online sendiri dan ternyata laku," kata Desy, akhir Mei lalu, seraya mengaku beromzet rata-rata Rp 10 juta per bulan.

Ia kini menyiapkan situs web khusus sebagai tempat baru menjajakan dagangannya. Ia yakin bahwa pemberdayaan ekonomi dapat dilakukan melalui jalan ini, baik bagi dirinya maupun lingkungan di sekitarnya.

Ia juga menerapkan sistem kulakan, memproduksi sendiri barang-barangnya, juga menitipkan jasa pembuatan ke orang atau pihak lain. Mata rantai pemberdayaan itu berjalan dari satu pihak ke pihak lain, yang bermuara pada kepuasan konsumen akhir.

Pilihan membuka situs web tersendiri telah lebih dulu dipilih Arif Wicaksono yang bersama istrinya, Rukha Wicaksono, mengembangkan butik online.

Arif mengaku, omzet usahanya terus berkembang hingga mencapai puluhan juta rupiah per bulan. Dan, hal itu antara lain juga dipengaruhi oleh adanya situs web tersebut. Tentu saja pembukaan situs web itu harus diimbangi dengan penataan tampilan dan terus memperbarui produk dan tampilannya.

"Selain itu, kami juga melakukan search engine optimization sehingga situs web kami selalu muncul di halaman-halaman awal ketika orang menggunakan fasilitas mesin pencarian di internet," kata Arif.

Desy mengaku, hampir sebagian besar wilayah di Indonesia pernah memesan produknya, mulai dari Banda Aceh hingga sejumlah kota di Papua. Ini sejalan dengan misi internet yang dapat menjangkau semua wilayah asalkan ada jaringannya.

Khusus pemesan produk yang ditawarkan secara online, misalnya, harus memastikan ada tidaknya jasa pos pengantar hingga wilayahnya. Ini sekaligus menjadi gambaran pemerataan wilayah dan akses mendapatkan informasi sekaligus barang yang diinginkan.

Belanja secara online maupun jumlah toko online di Indonesia diprediksi akan terus meningkat seiring meningkatnya jumlah pengguna internet di Tanah Air. Cukup dengan memanfaatkan jejaring sosial seperti Facebook, misalnya, yang awal tahun ini menurut survei eMarketer penggunanya di Indonesia mencapai 15,3 juta, bisa dibayangkan potensi sebuah jual beli secara online. Jumlah itu lebih kurang separuh jumlah pengguna aktif internet di Tanah Air.

Perkembangan teknologi dalam mengakses internet juga ikut memengaruhi, salah satunya penggunaan teknologi 3G. Menurut data salah satu operator seluler, Telkomsel, misalnya, servis dan layanan produk Flash maupun BlackBerry Internet Service (BIS) melalui Telkomsel di wilayah Bali dan Nusa Tenggara terus meningkat pesat.

Pada periode April 2009-2010, misalnya, layanan Flash time based meningkat hingga 135 persen, unlimited 353 persen, volume based 165 persen, dan angka fenomenal dicatat pada layanan Flash small denomination hingga 1.247 persen.

Lonjakan itu terus berlanjut pada empat bulan pertama tahun ini. Layanan Flash time based meningkat hingga 131 persen, unlimited 105 persen, volume based 81 persen, dan Flash small denomination sekitar 86 persen.

Corporate Communications Telkomsel Bali Nusa Tenggara Hari Purwanto mengungkapkan, untuk penggunaan BlackBerry di Balinusra pada Februari-Maret 2010, pertumbuhannya masih di atas 100 persen, yakni sekitar 120 persen, dengan pertumbuhan pelanggan di Kupang (NTT) yang paling tinggi mencapai sekitar 123 persen.

Porsi BIS Unlimited Bulanan masih terbesar dengan porsi 43 persen, diikuti BIS Unlimited harian 24 persen. Yang menarik adalah data bahwa pelanggan BIS Paket Social Networking selama Februari-Maret 2010 tumbuh hingga 117 persen.

Dasar kepercayaan

Pengamat multimedia di Bali, Roy Rudolf Huizen, menyatakan, sebagaimana etika bisnis dengan media apa pun, dasar kepercayaan menjadi yang utama dalam praktik toko online atau e-bisnis. Ketika Anda dapat dipercaya, barang yang Anda tawarkan berkualitas, dan kualitas itu mampu Anda jaga ketika barang itu sampai di tangan konsumen, bisnis Anda akan berjalan terus.

"Seperti halnya pemesanan kambing secara online itu. Asal cocok, kambingnya sesuai pesanan, pesanannya tidak masalah ketika sampai di konsumen, waktunya tepat sesuai kesepakatan, maka kemungkinan besar pembelinya bertambah di masa selanjutnya," kata Roy.

Menurut Roy, salah satu tolok ukur mendapatkan kepercayaan adalah memantapkan unsur legalitas, yang antara lain meliputi sistem dan cara pembayaran yang jelas, pengiriman, serta proses monitoring secara keseluruhan atas barang-barang yang dijual.

Bagi konsumen, Roy tetap meminta agar mereka tetap bijaksana sekaligus hati-hati dan selektif terhadap pihak yang ingin menipu atau mencuri data keuangan seseorang melalui sistem ini. Maka dari itu, unsur legalitas menjadi tolok ukur utama.

Internet yang makin mudah diakses dengan berbagai media terbukti tak hanya sebagai kebutuhan, tetapi juga telah menjadi bagian dari gaya hidup zaman ini.

Benarlah bila pergeseran kebutuhan pada informasi secara terus-menerus terjadi dan kehidupan menjadi terasa lebih cepat. Selamat menikmati kecepatan-kecepatan tak terduga di dunia belanja online.

KOMPAS

INVESTASI: Inovasi Keuangan

Minggu, 13 Juni 2010 | 02:56 WIB

Elvyn G Masassya
Praktisi Keuangan
Bukan hal yang keliru kalau ada yang beranggapan bahwa besarnya penghasilan tidak selalu berbanding lurus dengan besarnya kekayaan. Seseorang yang penghasilannya di atas Rp 10 juta sebulan, misalnya, bisa saja kehidupan keuangannya lebih ”susah” ketimbang karyawan yang penghasilannya sebesar Rp 5 juta per bulan.
Kok bisa begitu? Bisa saja. Sebab, berapa pun kecilnya penghasilan, sepanjang pengeluaran lebih rendah ketimbang pemasukan, berarti memiliki cash flow positif yang bisa dipergunakan untuk meningkatkan kekayaan.
Di sisi lain, berapa pun besarnya penghasilan, jika pengeluaran lebih besar dibandingkan pemasukan, posisi keuangan akan defisit. Itu berarti sebagian kebutuhan akan dibiayai oleh utang. Dus, tidak ada sumber dana yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan aset. Yang ada adalah penurunan kekayaan secara bertahap karena aset akan dipergunakan untuk pembayaran utang.
Oleh karena itu, tingkat kekayaan seseorang sebenarnya tidak diukur dari besarnya penghasilan, melainkan lebih bergantung pada karakter pengelolaan penghasilan. Singkatnya, berapa pun kecilnya penghasilan, tetap dimungkinkan menjadi kaya jika mau dan mampu melakukan inovasi dalam pengelolaan keuangan.
Apa itu inovasi keuangan? Sederhananya adalah melakukan hal yang berbeda dalam pengelolaan keuangan. Misal, jika orang kebanyakan menggunakan kartu kredit untuk berutang, dalam koridor inovasi keuangan, penggunaan kartu kredit adalah untuk memanfaatkan tenggang pembayaran sehingga Anda bisa menggunakan dana pihak lain, dalam kurun waktu tertentu tanpa biaya apa pun.
Jadi, jika Anda berbelanja pada hari ini dan kemudian melunasinya sebelum jatuh tempo, berarti Anda bisa mendapatkan tambahan cash flow dalam kurun waktu tersebut, yang bisa dimanfaatkan untuk berbagai hal.
Bayangkan, jika Anda bisa membeli barang dengan harga ”X”, misalnya, lalu menjualnya kembali dengan harga ”X” plus keuntungan, Anda telah berbisnis tanpa modal dan bahkan memperoleh untung. Dengan kata lain, utang yang digunakan untuk kegiatan produktif merupakan salah satu inovasi keuangan. Apalagi jika utang itu sendiri diperoleh tanpa biaya apa pun, seperti penggunaan kartu kredit di atas.
Bagaimana jika utang itu menimbulkan biaya bunga? Tidak masalah. Sepanjang biaya bunga masih lebih rendah dibandingkan keuntungan yang diperoleh, tetap saja Anda tergolong kalangan yang inovatif. Jadi, ringkasnya, menumbuhkembangkan aset bisa dilakukan tanpa modal. Modal itu diperoleh dari utang. Lalu dipergunakan untuk berbisnis. Dan hasil bisnis tersebut mampu memberikan keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan biaya utang itu sendiri.
Aset produktif
Contoh inovasi keuangan lainnya adalah memiliki sebanyak mungkin aset produktif dibandingkan aset konsumtif. Pernahkah Anda melihat pedagang yang tinggal di sebuah ruko, di mana lantai paling bawah digunakan untuk berdagang, sementara lantai di atasnya digunakan sebagai tempat tinggal?
Artinya, tempat usaha dan rumah tinggal menjadi satu. Dengan kata lain, rumah tinggal si pedagang tersebut bukan sekadar rumah tinggal, tetapi telah menjadi aset produktif yang bisa menghasilkan uang, alias tempat berbisnis. Bagaimana dengan Anda? Boleh jadi Anda memilki rumah lebih dari satu. Dan rumah yang tidak Anda tinggali setiap bulan malah menguras kantong Anda karena mesti membayar biaya listrik dan biaya pemeliharaan lainnya. Malah kondisi rumah terus merosot karena faktor usia dan lain sebagainya. Konkretnya, beberapa rumah yang Anda miliki bukan saja tidak produktif, tetapi malah menjadi beban. Oleh karena itu, rumah tersebut mesti diproduktifkan, dalam arti memberikan penghasilan, misalnya disewakan kepada pihak lain.
Selain rumah, coba lihat lagi berbagai kekayaan yang Anda miliki. Cermati apakah aset tersebut sekadar sebagai aset konsumtif, atau alat menjaga gengsi belaka, atau memang tergolong produktif. Jika Anda memiliki perhiasan emas yang nilainya meningkat, perhiasan itu tergolong aset produktif yang bisa menambah kekayaan Anda. Begitu juga dengan lukisan yang nilainya bisa saja mengalami peningkatan. Ringkasnya, aset produktif adalah aset yang memiliki nilai investasi.
Inovasi keuangan juga bisa dilakukan dengan cara pemilihan investasi yang tepat. Pengertian investasi yang tepat di sini adalah bagaimana menyuruh uang Anda ”bekerja” untuk Anda. Jadi, uang menghasilkan uang. Bagaimana caranya? Lakukan investasi aktif.
Investasi aktif adalah secara reguler memilih dan mengevaluasi investasi yang telah dilakukan. Di pasar modal, misalnya, sebagian kalangan membeli saham, lalu terus memegangnya dalam kurun waktu yang lama, dengan harapan memperoleh dividen dan capital gain. Ini memang tidak salah. Tetapi, dalam kurun waktu tersebut, bisa saja harga saham yang dipegang mengalami kemerosotan harga. Kalangan yang memegang saham tersebut boleh jadi tidak peduli atau malah menjualnya karena khawatir harga saham akan semakin merosot.
Nah, seorang investor aktif tidak akan bersikap seperti itu. Ia malah akan membeli lagi saham dimaksud pada harga yang lebih rendah. Kenapa? Karena tujuan memegang saham dimaksud adalah untuk jangka panjang. Dan ketika harga saham merosot, dilakukan pembelian agar secara rata-rata biaya pembelian saham menjadi lebih murah. Contoh-contoh lain tentang investasi aktif telah banyak diulas dalam tulisan-tulisan terdahulu di kolom ini.
Yang terakhir adalah inovasi keuangan dalam pengelolaan biaya. Pernahkah Anda mendengar istilah ”must have” vs ”nice to have”? Coba terapkan itu dalam perilaku pengeluaran biaya Anda. Berapa banyak Anda menghabiskan uang untuk membeli barang-barang yang sekadar ”nice to have”? Boleh jadi, kalau ditotal seluruh pembelian Anda, terutama pengeluaran yang bersifat harian, akan lebih banyak yang tergolong ”nice to have”.
Jika Anda bisa memotong biaya ”nice to have” 50 persen saja, akan sangat banyak tabungan yang Anda peroleh dan bisa dimanfaatkan untuk kegiatan keuangan lain yang lebih produktif. Selamat mencoba.

KOMPAS

- Muhammad Idham Azhari

Saturday, June 12, 2010

PROFIL USAHA: Meraup Dollar AS dari Kulit Kerang

Sabtu, 12 Juni 2010 | 03:18 WIB

Oleh Siwi Yunita C

Di tangan Nur Handiah Jaime Taguba, kulit kerang simping atau capiz shell tak lagi hanya sampah. Dengan kreativitasnya, kulit kerang yang bertebaran di pantai Cirebon, Jawa Barat, itu menjadi berbagai perkakas bernilai dollar AS. Pemilik Perusahaan Multi Dimensi Shell Craft ini yang mampu membawa kulit kerang pantura menembus dunia.

Pasar kerajinan kulit kerang di Eropa dan Amerika Serikat yang sebelumnya hanya dikuasi Filipina telah ia jajaki. Jerman, Spanyol, Italia, Inggris, Jerman, Polandia, Bulgaria, Rusia, dan Amerika Serikat menjadi negara-negara tujuan ekspornya selama ini.

Setiap bulannya perusahaan yang ia pimpin bisa mengirim sekitar dua kontainer kerajinan ke pasar internasional. Sebuah volume ekspor yang tidak kecil bagi pengusaha yang memulai usaha dari nol ini.

Kesuksesan Nur itu berawal dari kejeliannya melihat peluang. Awalnya perempuan kelahiran Banyumas, Jawa Tengah, sekitar 49 tahun yang lalu itu memanfaatkan tumpukan kulit kerang untuk diekspor ke Filipina pada tahun 2000.

Kebetulan ibu dari lima anak ini mempunyai relasi dengan para perajin kulit kerang di tanah kelahiran suaminya, Jaime Taguba, di Filipina.

”Awalnya hanya menyuplai bahan baku saja. Kebetulan pembuatan kerajinannya ada di Filipina. Jadi, kami memasok bahan bakunya,” kata Nur di bengkel kerjanya, April 2010.

Meski sudah mampu mengurangi sampah pantai dan ikut terlibat dalam menghidupi warga sekitar, termasuk nelayan, Nur tidak ingin berhenti di titik itu.

Menurutnya kerang yang ia kirimkan seharusnya bisa lebih berharga lagi jika ada nilai tambahnya. Akhirnya ia mulai menjual bahan baku dengan kondisi lebih baik lagi, yakni yang sudah dibersihkan. Dari hasil jual kulit kerang bersih itu, ia bisa mendapatkan hasil yang lebih dan bisa mempekerjakan lebih banyak orang.

Dalam perkembangannya, Nur pun berinisiatif menggeluti industri kerajinan sendiri. Dibantu sang suami, Nur mengawali kreativitasnya dalam mengolah kulit kerang menjadi kap lampu di bengkel kerjanya di Astapada, Kecamatan Tengah Tani, Kabupaten Cirebon.

Mulanya hanya jenis lampu gantung, lalu berkembang menjadi berbagai macam produk lain dengan model dan ukuran. Lampu duduk, misalnya, ada yang model berdiri serta ditempel di dinding. Kesemuanya menggunakan bahan kulit kerang, terutama kerang simping yang diperolehnya dari para nelayan di pantura.

Dari sekadar lampu itu, hasil karyanya berkembang lagi menjadi furnitur. Meja rias dengan berbagai bentuk yang unik dan glamor, meja tamu, hingga kursi santai. Inovasinya terus mengalir hingga kemudian muncul dinding berornamen kerang hingga lantai keramik dari kerang. Perhiasan mulai dari gelang, kalung, hingga anting pun tak luput dari bidikannya.

Bahannya pun tak lagi hanya dari kerang simping, tetapi juga dari kerang dara atau kerang lain yang selama ini juga hanya menjadi sampah dan terbuang begitu saja di tepi pantai. Sesuatu yang diyakini juga terjadi di seluruh wilayah Indonesia, negara dengan lebih dari 17.000 pulau ini.

Dengan sentuhan seni dan kreativitas, sampah kulit kerang yang awalnya tak berharga itu kini berubah menjadi perkakas cantik dan glamor yang digemari masyarakat, terutama di Eropa.

Tujuh ruang pamernya di Cirebon, Bali, dan Jakarta kini penuh dengan berbagai macam hasil karya kerangnya. Bahkan, bisa dikatakan hanya menggambarkan sedikit dari karya yang telah ia buat.

Usahanya juga telah mengangkat perekonomian warga di sekitarnya. Jumlah karyawan di bengkel kerjanya kini tidak hanya 60 orang seperti saat ia memulai karier sebagai pengekspor kulit kerang, tetapi berkembang menjadi 500 orang. Mereka rata-rata adalah kaum perempuan dan ibu-ibu di sekitar pusat kerajinannya, yang awalnya tidak bekerja. Kini perekonomian keluarga mereka terbantu.

Kuncinya di kreativitas

Kreativitas selama ini memang menjadi kunci yang selalu dipegang Nur Handiah. Selama ini saingan berat bisnisnya adalah para perajin dari Filipina yang telah lebih dulu terjun dalam industri kulit kerang.

Nur memang sempat menyewa desain khusus. Namun, ia akhirnya lebih memilih belajar mendesain sendiri karena selama ini desainnya ternyata juga bisa diterima di pasaran internasional.

Bukan hal yang mudah menciptakan barang yang laku di pasaran. Demi sebuah ide, Nur harus meluangkan waktu untuk belajar, membuka wawasan, membaca berbagai rubrik desain, dan menyempatkan diri untuk berkontemplasi, bahkan survei.

Promosinya dalam mengenalkan kerajinan kulit kerangnya juga tak terbatas di dalam ruang pamer. Ketika harus bertemu dengan orang lain, perempuan yang selalu berpenampilan rapi ini mengenakan berbagai pernak-pernik dari kulit kerang, mulai dari aksesori hingga tas tangan. Semuanya agar langsung diketahui orang lain. Bahkan, rumahnya pun berhias kulit kerang.

Ia juga memutar otak untuk bisa membuat barangnya tetap terjangkau di pasaran. Dengan trik desain tertentu, sebuah sofa berhiaskan kulit kerang bisa berharga lebih murah dibandingkan dengan sofa yang dibuat oleh perajin dari Filipina. Dengan berbagai jalan itulah ia mampu bersaing dengan perajin luar negeri lain meski baru saja memulai bisnis sepuluh tahun lalu.

Nur mengakui, bisnisnya memang sempat surut ketika dunia digoyang krisis ekonomi akhir tahun 2008 hingga awal tahun 2009. Meski demikian, pasarnya tidak mati.

Permintaan dari Amerika Serikat memang berkurang, tetapi Eropa tetap memberikan tempat bagi kerajinannya. Kini pasar kerajinannya di Amerika Serikat berangsur-angsur pulih.

Di dalam negeri sendiri, kerajinan kulit kerang belum banyak ditiru oleh perajin lain. Padahal, bahan baku sangat mudah didapati. Nur tidak pernah kesulitan mendapatkan 60 ton kulit kerang setiap bulan untuk bahan bakunya. ”Mungkin orang mengira ini kerajinan dari sampah sehingga kurang menarik, mungkin juga karena keuntungannya kecil,” katanya merendah.

Meski demikian, Nur mengaku tetap setia pada kulit kerang. Menurutnya, yang penting bukan dari mana bahannya, tetapi jadi apa hasilnya. Bagi Nur, sampah bisa menjadi apa saja tergantung dari cara merawatnya. Jika dibuang tetap, akan menjadi sampah. Namun, jika dirawat, bisa lebih berguna, misalnya kulit kerang bisa dinilai dalam dollar AS seperti apa yang telah ia lakukan.

KOMPAS

Sunday, June 6, 2010

Apa Itu "Bancassurance"?

Minggu, 6 Juni 2010 | 06:14 WIB

Adler Haymans Manurung - praktisi keuangan
Belakangan ini perbankan banyak melakukan hubungan kerja dengan perusahaan asuransi. Bahkan, banyak perusahaan asuransi mencoba melakukan kerja sama yang cukup intens dengan perbankan.
Kita bisa lihat berita di surat kabar berikut gambar terlihat bahwa sebuah perusahaan asuransi melakukan penandatanganan dengan sebuah bank untuk menawarkan produknya. Bank tersebut menawarkan produk asuransi dari perusahaan asuransi. Pihak bank menyebutnya bancassurance.
Artinya, bancassurance diperoleh dari dua kata, yaitu bank dan asuransi. Bancassurance bukan menyatakan bahwa semua produk bank tersebut diasuransikan atau semua produk bank tersebut semakin terjamin. Saat ini produk perbankan secara umum dijamin Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), di mana untuk deposit maksimum Rp 2 miliar.
Bank mau menawarkan produk asuransi untuk meningkatkan fee-base bank yang bersangkutan. Oleh karena itu, bank mendirikan sebuah divisi tersendiri untuk menawarkan produk asuransi ini yang dikenal divisi bancassurance. Adanya divisi ini membuat bank tersebut menjadi sebuah usaha yang menawarkan semua produk yang diinginkan konsumen/nasabahnya.
Bila nasabah merasa tidak nyaman dengan produk banknya karena investasi melebihi penjaminan, maka nasabah bisa meminta asuransi atas produk tersebut. Penawaran produk asuransi ini awalnya ditawarkan kepada nasabah spesial yang dikenal nasabah prioritas karena dana yang dimilikinya cukup besar di bank yang bersangkutan.
Namun, karena fee-base yang diterima cukup besar, maka selayaknya produk ini dibuat menjadi produk massal sehingga timbullah divisi bancassurance tersebut.
Bagi karyawan bank, penawaran produk ini membuat kepercayaan menjadi lebih meningkat karena mereka bisa menawarkan lebih banyak produk kepada nasabah. Kemampuan staf juga semakin meningkat. Pengetahuan yang bertambah akan meningkatkan karier karyawan bersangkutan. Di sisi lain, ini juga menjadi cara menahan konsumer agar tidak lari ke bank yang lain.
Kenapa perusahaan asuransi menggunakan bank untuk memasarkan produk asuransinya? Padahal, selama ini perusahaan asuransi mempunyai pemasar yang cukup andal, bahkan mereka umumnya ”bermuka tembok” untuk menawarkan produknya agar bisa diterima publik.
Perusahaan asuransi merasa lebih aman dan efisien bila melakukan pemasaran dengan menggunakan bank. Konsumen yang datang ke bank umumnya sudah melek mengenai produk investasi dan asuransi.
Perusahaan asuransi juga tidak perlu mempersiapkan kantor untuk para agen penjual asuransi yang dimiliki bank karena bank umumnya mempunyai cabang. Perusahaan asuransi menjadikan bank sebagai perpanjangan distribusi (channel distribution) untuk menawarkan produknya.
Perusahaan asuransi hanya mendidik agen-agen yang bekerja di bank tersebut untuk menjual produknya. Adanya produk asuransi di bank tersebut membuat perusahaan asuransi lebih terpercaya karena dana yang diterima langsung bisa masuk ke rekening perusahaan asuransi di bank tersebut. Penjualan produk asuransi melalui bank akan lebih tepat karena sudah menggunakan teknologi yang sesuai, berhubung bank selalu menggunakan teknologi dalam menawarkan produk.
Pertanyaan yang timbul, produk asuransi apa saja yang ditawarkan oleh bank kepada konsumennya? Produk asuransi dapat dikelompokkan menjadi produk asuransi jiwa dan produk asuransi nonjiwa. Adapun produk asuransi nonjiwa seperti asuransi kebakaran rumah, asuransi kredit rumah, asuransi kehilangan barang, terutama untuk mobil dan sebagainya. Adapun produk asuransi jiwa seperti asuransi seumur hidup dan asuransi jiwa berjangka. Semua produk ini diminati masyarakat yang mempunyai pandangan jauh ke depan.
Konsumen akan bertanya, kenapa harus membeli produk bancassurance dari bank, dan kenapa tidak langsung kepada perusahaan asuransi tersebut? Konsumen akan mendapatkan kemudahan dan efisiensi bila membelinya dari bank. Misalkan, bila konsumen sudah punya rencana untuk membeli produk asuransi jiwa dan bertanya langsung kepada marketing atau agen di bank tersebut. Pihak bank akan membantu konsumen untuk menghitung seluruh kebutuhan dan langsung melakukan transfer di bank yang bersangkutan.
Waktu yang dibutuhkan konsumen akan lebih sedikit karena tidak perlu mondar-mandir untuk mendapatkan formulir dan mentransfer dana untuk membayar premi asuransi. Bahkan, konsumen bisa menyimpan sertifikatnya di bank yang bersangkutan pada safety box yang tersedia.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari berbagai pelaku bancassurance, peminat penawaran ini semakin meningkat.
Total penjualan premi yang dilakukan para agen asuransi dibandingkan yang dijual melalui bank sudah hampir sama. Sebelumnya, penjualan melalui agen yang dikenal dengan penjualan konvensional cukup mendominasi. Dengan demikian, telah terjadi pergeseran penjualan produk asuransi.
Konsumer tidak perlu sungkan menanyakan kepada marketer bank untuk mendapatkan bancassurance. Mudah-mudahan tindakan tersebut dapat mempermudah dan membantu konsumen.

KOMPAS

- Muhammad Idham Azhari