BLOGSPOT atas

Sunday, May 30, 2010

INVESTASI: Investasi Hari Tua

Minggu, 30 Mei 2010 | 02:51 WIB

Oleh Elvyn G Masassya, Praktisi keuangan

Basic welfare adalah kesejahteraan pada tingkat yang paling dasar, yakni terpenuhinya kebutuhan sandang, pangan, papan, terjaminnya hari tua, dan terjaminnya kesehatan. Sebuah negara bisa dianggap berhasil menyejahterakan masyarakatnya seandainya kelima hal tersebut terpenuhi. Dalam realitasnya, apa yang terjadi?

Mungkin dalam level tertentu, semua masyarakat Indonesia saat ini sudah mampu memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan. Namun, untuk papan, benar, belum semua rakyat memilikinya. Bahkan, ada yang menyewa pun tidak mampu sehingga masih ada yang terpaksa menghuni gubuk liar.

Bagaimana dengan jaminan hari tua? Ini masih menjadi isu besar. Karena di kalangan kelas menengah pun, tidak sedikit orang-orang yang pada masa mudanya berkecukupan, tetapi setelah di usia tua hidup menderita karena tidak memiliki harta dan penghasilan. Demikian juga dengan kesehatan. Masih sangat banyak kalangan yang tidak mampu berobat ke rumah sakit dan masih sangat banyak yang tidak sanggup memelihara kesehatan sehingga terserang berbagai penyakit.

Kebebasan finansial mesti dimulai dengan pencapaian tingkat kesejahteraan paling mendasar, yakni kelima hal di atas. Oleh karena itu, ada baiknya dibahas, bagaimana caranya hal tersebut bisa diraih masyarakat, khususnya mengenai jaminan keuangan pada hari tua dan terjaminnya kesehatan.

Jaminian sosial

Bagi para karyawan, sebenarnya sudah ada program jaminan sosial tenaga kerja, yang diselenggarakan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja, yang salah satunya dikenal dengan sebutan Jamsostek. Dalam realitas, belum semua tenaga kerja menjadi peserta Jamsostek. Masih ada persepsi bahwa menjadi peserta Jamsostek hanya menambah biaya. Secara filosofis, pandangan seperti itu keliru.

Sebagaimana dipaparkan di atas, salah satu basic welfare adalah terpenuhinya jaminan hari tua atau dalam istilah Jamsostek disebut sebagai JHT. Hal ini sebenarnya merupakan bagian dari perencanaan keuangan. Seseorang yang mulai bekerja, misalnya, selain mencari penghasilan untuk membiayai kebutuhan sehari-hari, tentu harus melakukan investasi dan menabung untuk hari tua. Tujuannya agar pada hari tua, orang tidak menderita.

Program JHT yang dikelola Jamsostek sebenarnya memiliki landasan berpikir seperti itu, yakni membantu agar para pekerja tidak menderita pada hari tua. Oleh karena itu, setiap bulan sebagian penghasilan dari pekerja disisihkan untuk membayar iuran JHT, di mana setelah pekerja memasuki usia pensiun, seluruh iuran JHT tersebut berikut imbal hasilnya diserahkan kembali kepada si pekerja. Dengan kata lain, peran Jamsostek adalah mengelola dana para pekerja dan mengadministrasikannya sekaligus memberikan perlindungan bagi pekerja.

Banyak kalangan belum memahami hal tersebut karena berbagai alasan. Iuran Jamsostek, misalnya, tidak sepenuhnya menjadi beban pekerja. Saat ini, berdasarkan ketentuan, iuran JHT Jamsostek adalah sebesar 5,7 persen dari penghasilan si pekerja. Namun, yang menjadi beban pekerja hanya 2 persen, sedangkan 3,7 persen lagi menjadi tanggung jawab perusahaan pemberi kerja.

Bagi sementara orang, angka 2 persen itu bisa dianggap beban. Demikian juga dengan perusahaan pemberi kerja. Kewajiban yang 3,7 persen dianggap menambah biaya perusahaan. Sekali lagi, pandangan seperti ini bukan saja menyesatkan, tetapi juga bisa disebut sebagai missresponsibility, alias tidak bertanggung jawab

Dana titipan.

Iuran yang 2 persen dari pekerja sebenarnya merupakan dana titipan yang akan mereka nikmati pada masa tua. Jadi, persis seperti menabung. Bagi perusahaan, kendati membayar 3,7 persen, tentunya menjadi hal lumrah karena sudah sewajarnya perusahaan memberikan kesejahteraan bagi pekerjanya. Malah di sisi lain, jika kesejahteraan termasuk hari tua si pekerja sudah terjamin, tentunya diharapkan si pekerja bisa melakukan pekerjaan dengan lebih produktif.

Kalau iuran itu dititipkan ke Jamsostek untuk dikelola, apakah hasilnya akan baik? Dari data-data yang dikomunikasikan melalui surat kabar, kita melihat bahwa setiap tahun Jamsostek memberikan imbal hasil yang secara persentase malah jauh di atas tingkat bunga tabungan maupun deposito. Jadi, melalui lembaga semacam Jamsostek, iuran tersebut bisa mendapatkan imbal hasil lebih besar ketimbang si pekerja menabung sendiri di bank.

Jelas, sebenarnya untuk memperoleh jaminan keuangan pada hari tua, pekerja bisa menjadi peserta Jamsostek. Lebih dari itu, seorang pekerja yang menjadi peserta Jamsostek sejatinya juga mendapatkan perlindungan kesehatan. Jika sakit, mereka bisa mendatangi rumah sakit rujukan dan memperoleh pelayanan kesehatan. Selain itu, juga mendapatkan perlindungan kecelakaan kerja. Artinya, ketika sedang bekerja mengalami kecelakaan, maka akan mendapatkan santunan. Bahkan, juga mendapatkan jaminan kematian, semacam asuransi jiwa. Jika pekerja meninggal baik karena sakit maupun kecelakaan, ahli waris akan memperoleh santunan.

Ringkasnya, pencapaian kesejahteraan dasar, seperti sandang, pangan, papan, kesehatan, dan jaminan hari tua, sesungguhnya tidak selalu mesti dikelola sendiri. Menjadi peserta Jamsostek, berdasarkan undang-undang, mesti diikuti semua pekerja di negara ini.

Belakangan, malah terdengar bahwa setiap peserta Jamsostek yang memenuhi persyaratan bisa memperoleh bantuan uang muka perumahan. Jadi, kalau peserta Jamsostek hendak mengambil KPR dari bank, uang muka bisa dipinjam dari Jamsostek dengan bunga yang amat reƱdah. Artinya, kebutuhan akan papan juga bisa terpenuhi.

KOMPAS

Sunday, May 23, 2010

Mengapa Harga Saham Naik-Turun?

Minggu, 23 Mei 2010 | 03:52 WIB


Adler Haymans Manurung, praktisi keuangan

Pada tahun ini, Indeks Harga Saham Gabungan Bursa Efek Indonesia pernah melewati level 3.000 dan merupakan level tertinggi sejak berdirinya BEI. Kenaikan IHSG sampai pada level 3.000 membuat berbagai pihak merasakan keuntungan dan menginginkan terus berlanjut. Bagi para ekonom maupun analis finansial, IHSG merupakan indikator utama ekonomi. Artinya, kenaikan IHSG menunjukkan adanya pertumbuhan ekonomi pada masa mendatang. Sebaliknya, penurunan IHSG menunjukkan adanya penurunan ekonomi pada masa mendatang.

Berbagai pihak mempunyai pendapat mengenai IHSG ini dan dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelompok IHSG akan melebihi 3.000 serta kelompok IHSG di antara 2.900 dan 3.000, tetapi kedua kelompok setuju IHSG meningkat dari IHSG pada akhir tahun 2009.

Sri Mulyani

Dalam dua minggu terakhir, kita menyaksikan bahwa harga saham di bursa turun dan naik. Tetapi, penurunan tajam dari level 3.000 sampai dengan level 2.800 merupakan penurunan yang dominan. Penurunan ini sempat dinyatakan disebabkan mundurnya Menteri Keuangan Sri Mulyani. Pihak tertentu terlalu memaksakan alasan ini.

Namun, penurunan IHSG bukanlah seutuhnya karena mundurnya Menteri Keuangan, bahkan oleh faktor eksternal yang sangat berpengaruh. Faktor eksternal yang sangat berpengaruh karena bursa New York menurun tajam juga pada periode dua minggu terakhir dan tepatnya ketika pengumuman Menteri Keuangan mundur dari jabatan tersebut.

Pada sisi lain, ada problem di Yunani

yang sangat memengaruhi negara-negara Eropa. Jerman harus turun tangan untuk membereskan persoalan Yunani tersebut dengan memberikan bantuan pinjaman.

Sesuai dengan uraian tersebut, kenaikan atau penurunan IHSG disebabkan kenaikan atau penurunan harga saham perusahaan yang terdaftar di bursa tersebut. Jika harga saham perusahaan tersebut naik secara keseluruhan, IHSG akan naik. Demikian juga jika harga saham perusahaan turun secara keseluruhan, IHSG turun. Bila harga saham yang naik seimbang dengan harga saham yang turun, IHSG akan tidak naik dan turun. Hal itu disebut stagnan atau berfluktuasi sekitar level tersebut.

Faktor internal

Kenaikan dan penurunan harga saham bisa diakibatkan faktor internal perusahaan dan faktor eksternal perusahaan. Faktor internal perusahaan merupakan informasi yang berasal dari perusahaan. Adapun kenaikan laba bersih perusahaan merupakan faktor yang membuat harga saham naik.

Kenaikan laba bersih ini tidak terlepas dari usaha manajemen perusahaan melakukan tindakan ekspansi atau meningkatkan pendapatan perusahaan. Biasanya, informasi dari perusahaan yang membuat harga saham naik akan diinformasikan secepatnya. Tetapi, informasi yang membuat harga saham perusahaan turun umumnya ditutup-tutupi oleh perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan harus transparan agar investor mengetahui dan dapat menilai harga saham guna membuat keputusan atas saham tersebut.

Perusahaan selayaknya membuat publik ekspose yang tidak diwajibkan oleh regulator. Keterbukaan yang tidak disyaratkan regulator ini dikenal dengan keterbukaan voluntir (voluntary disclosure). Umumnya, perusahaan yang melakukan voluntary disclosure mempunyai harga saham yang lebih stabil dibandingkan dengan perusahaan yang tidak melakukan voluntary dislcosure.

Menurut penelitian, perusahaan yang mempunyai informasi bagus akan diumumkan secepatnya dan perusahaan yang mempunyai informasi jelek akan diumumkan paling lama. Hal ini dapat terlihat pada pengumuman laporan keuangan perusahaan yang harus diumumkan paling lambat tanggal 31 Maret untuk periode tahun sebelumnya.

Perusahaan yang mempunyai laporan keuangan bagus akan mengumumkan atau melaporkannya kepada badan pengawas bursa, bahkan bursanya sendiri secepatnya sekitar awal bulan Februari. Sedangkan perusahaan yang mempunyai laporan keuangan yang kurang bagus akan mengumumkannya pada akhir periode persyaratan yang diinginkan peraturan oleh regulator. Faktor internal ini merupakan faktor yang bisa dikendalikan perusahaan sehingga manajemen perusahaan mencoba melakukan pengendaliannya untuk kepentingan perusahaan

Faktor eksternal

Faktor eksternal juga merupakan faktor penting dalam membuat penurunan atau kenaikan harga saham di bursa. Faktor eksternal merupakan faktor yang tidak bisa dikendalikan perusahaan sehingga sering disebut dengan systematic risk bila risikonya muncul karena faktor eksternal tersebut.

Faktor eksternal dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu faktor eksternal yang datang dari dalam negeri dan faktor eksternal dari luar negeri. Faktor eksternal ini seperti kebijakan pemerintah dan juga hukum permintaan serta penawaran atas harga barang-barang yang ditunjukkan inflasi dan juga valuta asing.

Salah satu faktor eksternal yang cukup dominan memengaruhi bursa adalah tingkat bunga. Tetapi, kebijakan pemerintah tentang utang juga bisa memengaruhi bursa. Penurunan bursa lain, baik bursa regional (yang terdekat) maupun bursa negara-negara maju, seperti New York dan London, juga memengaruhi harga saham. Berbagai penelitian menyebutkan bahwa Bursa Efek Indonesia berkointegrasi dengan bursa-bursa tersebut.

Investor harus memerhatikan gejolak pasar di berbagai negara dan kebijakan yang diambil pemerintah maupun pemerintah negara-negara maju yang mengakibatkan harga saham mengalami perubahan. Sering kali faktor eksternal lebih besar pengaruhnya dibandingkan dengan faktor internal perusahaan.

KOMPAS

Sunday, May 16, 2010

I N V E S T A S I: Investasi Kreativitas

Minggu, 16 Mei 2010 | 03:59 WIB

ELvyn G Masassya, praktisi keuangan

Benar, sebagian kalangan beranggapan bahwa yang namanya investasi mesti bermodalkan uang. Tidak salah memang. Namun, sangat keliru jika investasi semata-mata menyangkut uang. Berapa pun dana yang dimiliki dan diinvestasikan, jika tidak diikuti dengan strategi dan kreativitas, dana tersebut bisa hilang. Di sisi lain, seseorang yang tidak memiliki uang bisa menghasilkan uang jika mampu melakukan investasi kreativitas.

Anda tentu pernah mendengar sebuah grup musik yang berhasil menjual ratusan ribu keping CD dan jutaan pengguna nada sambung pribadi atau ring back tone (RBT) memakai lagu mereka. Sejak itu, grup tersebut menjadi salah satu grup musik yang bukan saja terkenal, tetapi juga kaya raya. Kenapa bisa begitu? Karena mereka telah melakukan investasi kreativitas.

Contoh lain, Anda tentu juga mengetahui seorang penulis novel yang bukunya terjual ratusan ribu kopi dan bahkan buku tersebut dijadikan film. Dampaknya, sama seperti grup musik di atas, sang penulis buku menjadi sangat populer dan juga memperoleh pendapatan luar biasa. Ini juga karena yang bersangkutan melakukan investasi kreativitas.

Jadi, ini sekaligus membuktikan bahwa yang namanya investasi bukan sekadar dalam bentuk penanaman dana. Pertanyaannya, bagaimana melakukan investasi kreativitas sehingga ”imbal hasil” investasinya tidak berbeda jauh dengan investasi konvensional.

Ubah cara pandang

Pertama, mengubah penafsiran tentang investasi dan biaya. Bagi perusahaan, investasi dan biaya ini sangat jelas bedanya. Sebuah perusahaan yang hendak membangun pabrik, misalnya, akan menyebutkan pabrik tersebut sebagai investasi dan kemudian perusahaan memperlakukannya sebagai penanaman modal. Namun, jika perusahaan tersebut hanya akan menyewa pabrik, maka itu diperlakukan sebagai biaya.

Nah, dalam kaitan dengan investasi kreativitas, cukup banyak kalangan yang beranggapan bahwa pengeluaran uang untuk suatu kegiatan dianggap sebagai biaya. Misalnya, anak Anda menyukai musik, lalu minta dibelikan alat musik. Pernahkah Anda berpikir bahwa alat musik yang Anda belikan itu, jika dipergunakan secara baik, akan membuat anak Anda mahir bermusik dan kemudian suatu ketika bisa menjadi musisi terkenal?

Ketika itu terjadi, dana yang sudah Anda keluarkan untuk membeli alat-alat musik bukanlah biaya, melainkan semacam ”capital expenditure” yang menjadi bagian dari investasi kreativitas. Ringkasnya, untuk bisa memahami investasi kreativitas, ubah dulu cara pandang tentang biaya dan investasi itu sendiri.

Kedua, melakukan perencanaan investasi kreativitas. Coba cek potensi apa yang ada dalam diri Anda dan atau anak Anda yang selama ini sekadar dianggap sebagai hobi. Misalnya, Anda suka berkebun bunga, memodifikasi kendaraan bermotor, melukis, menulis, dan bernyanyi. Semua kesukaan tersebut jika dikelola dan direncanakan secara sistematis bisa menjadi investasi kreativitas yang muaranya adalah memberikan imbal hasil finansial.

Ambil contoh, kesukaan Anda adalah berkebun. Awalnya, Anda mungkin hanya ingin menanam berbagai jenis bunga untuk selanjutnya sekadar dinikmati keindahannya. Namun, untuk melakukan hal tersebut, Anda mesti meluangkan waktu, mulai dari mencari bibit, mencari pupuk, menyirami, hingga menggunting.

Semua kegiatan itu Anda lakukan karena ingin mendapatkan kesenangan dan kegembiraan. Namun, di sisi lain, Anda juga mengeluarkan dana yang mungkin jumlahnya cukup besar. Kalau Anda penggemar bunga anggrek, mungkin Anda akan mencari bibitnya di daerah tertentu atau malah ke luar negeri. Coba semua hal tersebut direncanakan dan dikelola bukan sebagai kesenangan, melainkan investasi kreativitas, hasilnya sangat mungkin tidak hanya kesenangan, tetapi juga manfaat finansial.

Bagaimana caranya? Untuk berkebun bunga, contohnya. Jika Anda penggemar bunga yang sangat fanatik semestinya menyukai berbagai jenis bunga. Bunga-bunga yang Anda sukai itu, jika ditanam dengan benar, dirawat dengan standar terbaik, suatu ketika hasilnya bisa dijual dan bahkan bisa menutupi seluruh pengeluaran Anda. Tentu saja, untuk bisa melakukan semua itu, Anda juga dituntut memahami seluk-beluk berkebun bunga, memasarkannya, dan memperlakukan kebun bunga Anda sebagai bisnis yang berbasis hobi.

Ketiga, membangun komunitas investor kreativitas. Artinya, Anda sebagai, apakah itu penggemar kebun bunga, pelukis, penggemar modifikasi mobil, dan atau penggemar apa pun, sebaiknya membangun jejaring di bidang yang sama. Kenapa? Melalui jejaring, kreativitas akan terus tertantang, akan memperoleh informasi baru, dan bahkan cara-cara baru dalam melakoni kreativitas.

Kreativitas dan bisnis

Muaranya, semua itu akan memudahkan Anda untuk mengonversi investasi kreativitas dimaksud menjadi suatu bisnis yang menyenangkan. Bahkan, kerap kali, transaksi bisnis bisa terjadi di antara anggota komunitas. Misalnya, Anda memiliki jenis bunga langka yang dicari banyak kalangan. Dengan mudah biaya yang telah Anda keluarkan untuk memperoleh bunga tersebut akan kembali ketika teman-teman Anda, para anggota komunitas, ramai-ramai membelinya dari Anda.

Intinya, investasi kreativitas bisa dilakukan oleh siapa saja, dengan profesi apa saja, atau malah memfokuskan diri dalam aktivitas yang berdasarkan kreativitas sehingga disebut sebagai pekerja kreatif. Intinya, aktivitas yang berbasis kesenangan itu sebenarnya merupakan investasi, bukan sekadar pengeluaran biaya, jika dijalankan dengan cara yang benar. Investasi kreativitas juga merupakan salah satu cara menuju kebebasan finansial.

KOMPAS

Sunday, May 9, 2010

INVESTASI: Harga dan Volume Transaksi

Minggu, 9 Mei 2010 | 03:47 WIB

Oleh Adler Haymans Manurung praktisi keuangan

Dua minggu lalu telah dibahas mengenai pola harga saham yang dapat dipergunakan oleh investor untuk mendapatkan keuntungan.

Pembahasannya tidak berkait dengan variabel lain atau volume transaksi saham tersebut. Tulisan kali ini akan mengaitkannya dengan volume transaksi.

Volume transaksi adalah jumlah saham yang ditransaksikan. Bursa Efek Indonesia (BEI) menetapkan satu lot sebanyak 500 saham. Pembahasan pola harga saham dengan volume transaksi di BEI atau bursa mana pun, terlebih dahulu dibahas mengenai level pendukung (supporting level) dan level penahan (resistance level).

Level pendukung adalah level harga atau juga indeks yang menyatakan bahwa pada level tersebut akan banyak investor membeli saham. Artinya, volume pembelian sangat banyak sehingga harga saham tidak mungkin turun karena begitu besarnya investor yang akan membeli pada level harga tersebut. Adapun penentuan level tersebut disebabkan oleh adanya seni teknis yang dilakukan pada pola saham sehingga ditemukan level tersebut.

Bila level pendukung tersebut dapat dipecahkan, itu akan menuju level harga terendah untuk berikutnya. Kejadian ini sering terjadi karena harga saham yang telah mencapai level terendah akan terus menuju level terendah berikutnya dan akan berlanjut apabila tidak ada yang mendukung harga atau tidak adanya investor yang membuat pembelian yang cukup besar.

Seni teknis

Selanjutnya, level penahan, yaitu level harga atau juga indeks yang menyatakan bahwa harga saham akan sulit naik ke level harga tertinggi berikutnya dikarenakan banyaknya investor yang menjual pada harga tersebut. Penentuan level penahan ini juga seperti pada penentuan level pendukung, yaitu menggunakan seni teknis. Bila terjadi juga pembelian besar-besaran dan bisa menembus penjualan yang sangat besar, harga saham akan menuju level tertinggi berikutnya.

Level harga pendukung dan penahan tersebut ditentukan dengan berbagai cara dan seni yang dimiliki para analis teknis. Pendekatan paling sederhana dengan menghubungkan nilai terendah yang terdekat pada periode terakhir serta periode waktu sehingga ditemukan nilai level harga terendah. Demikian juga level harga penahan, yaitu menghubungkan dua level tertinggi dan menarik garis lurus serta waktu sehingga ditemukan level harga penahan. Informasi ini dipergunakan analis atau investor untuk melakukan pembelian dan penjualan saham.

Konsep harga level pendukung dan harga level penahan merupakan konsep pengembangan dari penawaran dan permintaan. Bila permintaan lebih besar dari penawaran, harga tersebut akan lebih tinggi. Harga saham tidak mungkin naik bila permintaan pada saham tersebut tidak mengalami kenaikan. Artinya, bila volume transaksi terus meningkat dan volume pembelian menuju harga yang lebih tinggi, harga terus meningkat. Artinya, harga saham yang terjadi telah dikaitkan dengan volume transaksi saham.

Harga saham yang meningkat dengan dukungan volume transaksi yang meningkat membuat harga tersebut akan tidak rapuh atau penurunannya tidak sedrastis pada harga saham lain. Bila harga saham meningkat dengan volume transaksi yang kecil, ada kemungkinan harga saham tersebut akan drop tajam, seperti kenaikan harga saham yang tidak didukung volume transaksi. Ada beberapa saham yang diperdagangkan di BEI mempunyai kecenderungan harga yang terus naik, tetapi tidak didukung volume transaksi yang besar pula.

Informasi

Investor melakukan transaksi dagang atau bermain saham di bursa, maka investor perlu mendapatkan data agar informasi yang dimiliki investor lengkap. Dengan demikian, pengambilan keputusan menggunakan dasar informasi tersebut. Informasi tersebut masih sangat sederhana, tetapi memberikan indikasi kepada investor untuk bertransaksi saham. Data ini bisa diperhatikan investor melalui order yang ditunjukkan pada komputer harga di broker. Bila investor sudah menggunakan data ini, investor juga sudah melakukan tindakan pengambilan keputusan yang sedikit lengkap.

Sebaiknya investor melakukan transaksi saham, baik membeli maupun menjual, dengan memerhatikan volume transaksi saham pada harga yang diinginkan. Bila harga saham mengalami kenaikan atau penurunan dengan volume transaksi yang kecil, sebaiknya investor menghindarinya. Bila investor mengikuti irama pemain saham tersebut, kemungkinan yang terjadi adalah investor mengalami kerugian dalam jangka pendek atau keuntungan dalam jangka panjang.

Selanjutnya, level pendukung bisa menjadi level penahan dan sebaliknya level penahan berubah menjadi level pendukung pada masa mendatang. Bila awalnya level pendukung harga yang terjadi dan terjadi tekanan jual sehingga memecahkan level harga pendukung menuju harga terendah berikutnya. Bila harga berbalik dari level terendah tersebut, level pendukung awal sebelumnya menjadi level penahan. Demikian juga bila awalnya level penahan dan dorongan pembelian sangat besar sehingga memecahkan level penahan menuju level harga tertinggi berikutnya. Harga saham kembali turun karena faktor lain, maka level penahan tersebut menjadi level pendukung karena harga saham sedang turun.

Investor juga harus hati-hati dalam membeli atau menjual saham dengan menggunakan analisis teknis ini. Investor ingin mendapatkan keuntungan, tetapi investor juga harus siap

rugi. Investor yang memiliki dana dan risiko tetap pada investor dan tulisan ini hanya menguraikan untuk membantu investor agar tidak mengalami kerugian yang tajam.

KOMPAS

Sunday, May 2, 2010

INVESTASI: Investasi Aktif

Minggu, 2 Mei 2010 | 02:55 WIB

Elvyn G Masassya
Praktisi Keuangan

Apa yang sebaiknya dilakukan seorang investor setelah menentukan investasi pilihannya? Ada beberapa pilihan. Misalnya, mendiamkan saja investasi tersebut dalam kurun waktu tertentu dengan harapan investasi yang sudah dilakukan akan memberikan imbal hasil yang tinggi. Contohnya, membeli tanah di sebuah lokasi. Beberapa tahun kemudian, harga tanah tersebut akan mengalami peningkatan.

Demikian juga ketika seseorang membeli saham, baik itu saham perusahaan secara langsung, maupun saham di pasar modal. Setelah dibeli, saham tersebut dibiarkan saja, kendati harganya naik ataupun turun. Baru setelah beberapa tahun kemudian, saham tersebut dijual, dengan ekspektasi harganya sudah meningkat. Ini disebut dengan investasi pasif.

Namun, dalam realitasnya, yang terjadi bisa bertolak belakang dengan harapan. Harga tanah yang sudah dibeli, misalnya, boleh jadi mengalami penurunan. Kenapa? Karena tanah tersebut akan digusur. Demikian juga dengan saham suatu perusahaan. Karena perusahaan tidak berprestasi, harga saham terus menurun. Dan, ketika pembiaran terjadi, ujung-ujungnya, harga saham tersebut malah semakin menurun. Oleh karena itu, untuk menghindari hal semacam itu, perlu dipertimbangkan investasi aktif.

Investasi aktif adalah investasi yang dikelola secara aktif oleh seorang investor terhadap seluruh portofolio investasi yang dimilikinya. Katakanlah investasi di pasar modal. Atau lebih spesifik lagi investasi di saham. Pembelian saham dimaksud, mestinya memiliki peruntukan dan jangka waktu investasi (time horizon) yang berbeda, yakni untuk yang berjangka menengah panjang dan jangka pendek. Jangka menengah panjang umumnya di atas 1 tahun, sedangkan jangka pendek adalah di bawah 1 tahun.

Setelah menentukan jumlah dana untuk setiap jangka waktu investasi, langkah berikutnya adalah memilih saham-saham dan tindakan yang akan dilakukan terhadap setiap saham tersebut. Mengenai pilihan saham, seorang investor aktif mesti menentukan sendiri sektor yang akan dimasuki sesuai dengan keyakinan. Dan, pilihan sektor ini bisa berbeda dengan kondisi pasar. Artinya, kalau di pasar, sektor yang memiliki kapitalisasi terbesar adalah sektor A, seorang investor aktif tidak mesti menempatkan dana terbesarnya di sektor A, tetapi bisa saja di sektor B, C, atau D. Dengan kata lain, pilihan sektor dapat berbeda dengan kebanyakan investor lainnya.

Dalam praktiknya, seorang investor aktif akan menempatkan dananya pada saham yang berbeda sektor, di mana pilihan sektor-sektor tersebut bersifat sangat individual.

Langkah berikutnya adalah menentukan pilihan saham pada setiap sektor. Dalam satu sektor biasanya terdiri atas beberapa emiten yang skala usahanya berbeda dan saling berkompetisi satu sama lain. Investor boleh memilih beberapa saham dalam sektor yang sama.

Risiko

Apakah ini tidak berisiko? Jelas ada risikonya. Kalau kondisi ekonomi tengah mengalami penurunan dan kemudian memukul sektor tersebut, sangat mungkin kinerja semua emiten di sektor itu akan terpengaruh. Tetapi, jika sektor tersebut berkembang, semua emiten yang ada di situ juga akan menghasilkan kinerja cemerlang. Selanjutnya, harga sahamnya meningkat.

Di sisi lain, bisa juga terjadi persaingan usaha antaremiten semakin ketat. Ada yang kinerjanya merosot, ada juga yang mencorong. Dus, kalau investor bersikap aktif, saham yang kinerjanya merosot bisa dilepas dan dana dipindahkan ke emiten yang lebih unggul. Tentu saja untuk bisa melakukan hal semacam ini, investor mesti memantau perkembangan kinerja dari emiten-emiten secara rutin dan melakukan reaksi secara cepat terhadap berbagai perubahan yang terjadi.

Langkah aktif lainnya adalah melakukan perdagangan saham secara harian atau mingguan. Hal ini khususnya terhadap investasi saham yang jangka waktu investasinya di bawah 1 tahun. Artinya, investor boleh melakukan jual beli saham setiap saat, bahkan setiap hari. Dengan kata lain, saham yang dibeli dipegang dalam kurun waktu 1 tahun, 1 bulan, 1 minggu, atau malah 1 hari saja. Inilah yang disebut dengan perdagangan saham aktif. Untuk melakukan hal ini dibutuhkan pengorbanan waktu, tenaga, pikiran dan juga keahlian. Investor mesti mengetahui kondisi fundamental dari masing-masing emiten. Lalu mempelajari karakteristik pasar dan perilaku investor lainnya. Investor juga mesti memiliki data pergerakan harga dari setiap saham yang akan dibeli dan atau dijual.

Hal yang dipaparkan di atas hanyalah sekelumit pengertian investasi aktif di pasar saham. Hal yang sama juga bisa dilakukan di investasi sektor riil. Dalam investasi tanah, misalnya. Seorang investor aktif akan melakukan riset terlebih dahulu tentang kemungkinan perkembangan di sekitar tanah dimaksud. Dan, setelah tanah dibeli, riset tetap dilakukan. Lalu, berdasarkan informasi yang diperoleh, seorang investor aktif bisa saja membeli lagi tanah lain di sekitar tanah yang sudah dibeli. Karena bisa saja muncul perkembangan yang akan terjadi di lokasi tersebut. Misalnya, akan ada pembangunan. Ini jelas akan mendongkrak harga. Sebelum pembangunan terjadi, seorang investor aktif akan mencuri start dengan menambah investasi tanah di sekitar lokasi dimaksud.

Simpulannya, bukanlah hal sulit untuk menjadi investor aktif. Persyaratannya hanyalah kemauan untuk meluangkan lebih banyak waktu, tenaga, pikiran, dan tentu saja keberanian mengambil risiko. Tetapi, potensi keuntungan yang diperoleh lazimnya juga akan lebih besar ketimbang sekadar menjadi investor pasif.

KOMPAS