BLOGSPOT atas

Sunday, March 21, 2010

INVESTASI: Tabungan Berjangka

Minggu, 21 Maret 2010 | 03:45 WIB

Elvyn G Masassya - Praktisi Keuangan

Apakah Anda sering merasa cemburu dengan teman sekantor yang notabene bergaji tidak jauh beda dengan Anda, tetapi kehidupan finansialnya jauh lebih? Ya, teman sekantor ataupun tetangga sebelah rumah bisa memiliki kondisi keuangan yang lebih bagus dari Anda dan Anda lantas mencurigainya.

Anda berprasangka, teman atau tetangga Anda melakukan korupsi, menerima suap, atau mungkin memelihara tuyul sehingga bisa lebih kaya daripada Anda. Lebih mengerikan lagi, karena memikirkan kehidupan mereka yang lebih baik dan hati Anda tidak bisa menerima semua realitas itu, Anda mulai menyebar gosip, fitnah yang pada akhirnya malah akan membuat Anda lebih tertekan. Bisa-bisa stres, migrain, dan masuk rumah sakit.

Padahal, keberhasilan teman kantor atau tetangga Anda menjadi lebih makmur bukan karena melakukan korupsi, menerima suap, apalagi memelihara tuyul. Keberhasilan mereka lebih karena perilaku cerdas dalam mengelola uang. Boleh jadi mereka melakukan investasi secara berkala, meredam hasrat konsumtif, berhemat, dan mengelola uang berdasarkan rasionalitas.

Sementara Anda, barangkali bersikap sebaliknya. Uang gaji habis demikian cepat karena dipakai untuk memenuhi keinginan sekunder dan tertier. Berlagak seperti orang yang berpenghasilan tak terhingga. Memiliki gaya hidup seperti konglomerat, berutang kanan kiri dan lain sebagainya. Alhasil, bukan semakin kaya, melainkan semakin merana. Sementara teman dan tetangga Anda, semakin baik kondisi finansialnya. Dus, agar Anda tidak semakin jauh masuk ke ranah kesulitan finansial, mungkin ada baiknya direnungkan kembali, apa penyebab semua itu. Salah satunya, sangat mungkin karena Anda tidak melakukan investasi. Dan, kalaupun melakukan investasi, hanya ala kadarnya.

Mudah

Lalu bagaimana mengatasi semua persoalan tersebut? Mudah. Yang paling utama, buang dulu rasa curiga, sirik, cemburu, dan segala macam penyakit hati serta prasangka buruk dari diri Anda. Urusan teman dan tetangga Anda bukan urusan Anda. Jadi, percuma saja Anda menerka-nerka sebab dan asal-muasal kekayaan teman Anda.

Setelah berhasil menyingkirkan segala macam perasaan dendam tidak berguna itu, barulah Anda bisa menggunakan kewarasan pikiran untuk memperbaiki kondisi finansial di jalan yang baik dan benar pula.

Pertama, memperbaiki pola konsumsi sehingga pengeluaran lebih rendah dibandingkan pemasukan. Hal ini menjadi syarat utama. Pangkas habis semua pengeluaran tidak utama. Dan, ini tidak terlalu sulit karena kontrolnya ada pada diri Anda. Jika Anda belum berhasil menerapkan konsep ini, sangatlah sulit untuk bisa mendapatkan kehidupan finansial yang lebih baik.

Kedua, lakukan investasi secara berkala. Apa maksudnya? Coba lihat kembali pola pengelolaan investasi Anda selama ini. Mungkin Anda memiliki tabungan di bank. Atau memiliki deposito berjangka. Anda menganggap hal itu sebagai investasi. Untuk deposito berjangka memang bisa dimasukkan ke dalam kategori investasi. Tetapi, tabungan sebenarnya bukanlah investasi, melainkan sekadar kemudahan bertransaksi alias menjaga likuiditas. Ya, sebab, gaji yang Anda peroleh dan dimasukkan ke dalam tabungan, secara bertahap Anda tarik melalui ATM atau cara lain, dan dipakai untuk berbelanja dan segala keperluan. Lebih dari itu, bunga yang diperoleh dari tabungan sangat kecil. Tidak jauh beda dengan laju inflasi sehingga sebenarnya nilai uang yang ada di tabungan Anda tidak pula bertambah, tetapi malah bisa berkurang. Oleh karena itu, salah satu solusinya adalah investasi berkala.

Untuk melakukan investasi berkala, bukan soal sulit. Anda bisa memilih apakah itu dilakukan dalam bentuk penempatan dana di tabungan atau membeli produk investasi lainnya secara berkala, termasuk dalam hal ini, investasi pada saham dan atau reksa dana di pasar modal. Bagaimana konkretnya?

Kalau Anda punya tabungan, pilah tabungan Anda menjadi paling tidak dua rekening. Yang satu adalah untuk kemudahan bertransaksi. Artinya, ketimbang uang gaji disimpan di bawah bantal, lebih baik ditaruh di bank dan ditarik pada saat Anda perlukan untuk membiayai pelbagai keperluan. Jadi, tujuannya memang sebagai alat memudahkan bertransaksi. Karena Anda akan mendapatkan kartu ATM yang sekaligus berfungsi sebagai kartu debet dan bisa digunakan pada saat berbelanja. Konkretnya, tabungan yang pertama bukanlah investasi, melainkan kemudahan pembayaran dan menjaga keamanan saja.

Setelah itu, buka rekening tabungan yang lain, di mana Anda mesti menyetorkan dana secara rutin ke rekening tersebut, dan tidak boleh dicairkan hingga batas waktu tertentu. Misalnya, 10 tahun ke depan, atau bahkan lebih dari itu dan peruntukannya bisa untuk mencapai target tujuan keuangan di suatu saat nanti. Bisa untuk membiayai sekolah anak dan lain sebagainya. Selain itu, tabungan seperti ini biasanya dilengkapi dengan target perolehan dana. Bisa Rp 1 miliar atau Rp 2 miliar. Terserah Anda dan kemampuan Anda menabung secara reguler.

Bertambah

Tabungan seperti ini, disebut juga dengan tabungan berjangka dan biasanya dilengkapi pula dengan asuransi jiwa. Artinya, jika terjadi sesuatu hal pada diri Anda dalam kurun masa menabung, ahli waris akan mendapatkan santunan sebesar target tabungan itu sendiri. Jadi, umpamakan Anda baru menyetor Rp 100 juta, jika terjadi ”apa-apa”, ahli waris Anda tetap akan mendapatkan Rp 1 miliar. Tetapi, jika tidak terjadi ”apa-apa”, dana Rp 1 miliar itu akan Anda peroleh 10 tahun mendatang.

Itu cara yang paling sederhana dalam melakukan investasi secara berkala. Cara lain adalah dengan membeli saham di pasar modal secara bertahap. Pilih beberapa saham yang memang fundamental perusahaannya bagus. Targetkan bahwa yang diinginkan dari saham tersebut adalah dividen dan tentu saja potensi capital gain dalam jangka menengah panjang. Misalnya, untuk jangka waktu 3-5 tahun. Jika sudah mendapatkan pilihan saham, belilah secara berkala. Beli bukan karena ada isu atau rumor. Dan, bahkan, ketika saham tersebut mengalami penurunan harga, tidak perlu panik. Malah itu merupakan kesempatan bagi Anda untuk menambah portofolio dana dalam saham dimaksud.

Dengan cara seperti itu, jumlah investasi Anda akan bertambah secara bertahap dan Anda tidak akan mengalami ”gangguan” ketika pasar saham turun ataupun naik sebab target Anda adalah jangka menengah panjang. Pola investasi berkala semacam ini, berdasarkan historical empiris, akan memberikan hasil lebih besar dibandingkan dengan cara ”keluar masuk” pada satu saham. Sebab, belum tentu Anda ”masuk atau keluar” pada saat yang tepat. Ringkasnya, jika memang Anda bermaksud berinvestasi, investasi tersebut jangan ”diotak-atik” hanya karena terjebak rumor dan apalagi godaan konsumsi untuk menggunakan potensi capital gain jangka pendek yang sudah melekat pada saham Anda.

KOMPAS

No comments: