BLOGSPOT atas

Monday, December 7, 2009

Mari Tunjukkan Siapa Anda Sesungguhnya

Senin, 7 Desember 2009 | 08:07 WIB

KOMPAS.com — Seperti yang kami katakan kemarin, kekuatan era New Wave ada pada kata kunci connect. Sebab, dunia ini serba saling terhubung. Ini yang coba kami buktikan sekarang dalam kolom ini yang melibatkan beberapa pembaca Kompas dan Kompas.com dalam proses pembuatan buku yang nanti akan diluncurkan pada tanggal 10 Desember 2009, pada saat MarkPlus Conference.

Tanggapan mereka atas berbagai tulisan yang kami muat di Kompas dan Kompas.com membuktikan bahwa di dunia yang horizontal seperti sekarang, kalau kita terhubung dan membuka diri, kita dapat belajar dari sebanyak mungkin orang. Contohnya dari Mas Afiyan Afeee (jualabiz.blogspot.com) yang mencoba menanggapi artikel ”Brand Tidak Ada Gunanya Tanpa Karakter” yang dimuat di Kompas (08/11/2009), dengan menambah contoh kasus yang terjadi di Tanah Air. Mari kita simak tulisannya yang bertajuk “Merek di Era New Wave: Tunjukkan Siapa Anda Sesungguhnya”.

“Awalnya, merek (brand) digunakan untuk membedakan sebuah produk di antara produk lain yang sejenis. Dengan menggunakan merek, sebuah produk akan keluar dari kategori produk komoditas, yang harganya ditentukan oleh hukum pasar. Oleh karena itu, produk bermerek berkesempatan memasang harga di atas rata-rata harga pasar.

Tahun 1955 di Harvard Business Review, tayang sebuah artikel bertajuk “The Product and The Brand” tulisan Burleigh Garder dan Sidney Levy, yang semakin memperjelas perbedaan antara merek dan produk. Konsep merek mulai dirumuskan pada tahun 1980-an, termasuk bagaimana mengukur nilai sebuah merek (brand equity). Kemudian, istilah merek pun semakin populer pada tahun 1990-an, dan menjadi bahasan utama dalam bidang pemasaran.

Dulu, sebuah merek cukup dengan nama yang unik, slogan nan indah, desain logo cantik atau jingle iklan populer. Manajemen merek pun ditujukan untuk meningkatkan nilai merek, dengan program pemasaran terpadu, promo, iklan ataupun program kehumasan. Saat itu, semua merek bekerja keras untuk meraih brand value, brand strength, top of mind, brand awareness, dan brand loyalty, yang ujung-ujungnya akan melipatgandakan brand equity masing-masing.

Kini, Anda sebagai pemilik merek sepertinya harus mengubah paradigma tentang merek. Mungkin benar, di era New Wave sekarang ini, “Merek adalah Karakter”. Ya, tidak cukup hanya membangun merek, tetapi juga harus membangun karakter. Merek hanyalah selubung yang membungkus karakter sesungguhnya dari produk atau bisnis Anda. Karakter berkaitan dengan siapa Anda yang sebenarnya, dan bagaimana masyarakat melihat Anda apa adanya. Oleh karena itu, proses membangun karakter ini harus berlandaskan nilai-nilai kebaikan yang universal, seperti kejujuran, saling menghormati, tanggung jawab, prinsip keadilan, peduli satu sama lain, dan rasa kemanusiaan.

Satu hal lagi, bukan perusahaan raksasa saja yang harus membenahi karakter mereknya. Setiap pemilik merek semestinya melakukan hal yang sama, bahkan untuk level usaha kecil menengah (UKM). Seperti yang saat ini saya lakukan untuk BaksoGranatz, sebuah merek gerai bakso di daerah Sumpiuh, Banyumas, Jawa Tengah. Hal itu diawali dengan menciptakan nama yang unik, kemudian desain logo yang sesuai, termasuk dengan menjaring komunitas melalui situs jejaring sosial Facebook. Karena target market BaksoGranatz lebih ke konsumen usia muda, karakter BaksoGranatz dirancang seperti anak muda zaman sekarang, yang kreatif, open mind, segar, dan selalu semangat. Itu tentu saja tanpa melupakan nilai kejujuran dan kebaikan universal lainnya.”

Nah, bagaimana dengan Anda?


Hermawan Kartajaya,Waizly Darwin

KOMPAS