BLOGSPOT atas

Sunday, May 17, 2009

INVESTASI & KEUANGAN: Makna Meningkatkan Kekayaan

ELVYN G MASASSYA - PRAKTISI KEUANGAN

Kalau kekayaan itu ibarat pejalanan, paling tidak memiliki lima fase yang harus dilalui. Pertama, keinginan menjadi kaya. Kedua, bagaimana meraih kekayaan. Ketiga, bagaimana menjadi lebih kaya. Keempat, bagaimana mempertahankan kekayaan. Kelima, bagaimana berbagi kekayaan.

Ihwal keinginan menjadi kaya dengan segala perilaku orang kaya dan langkah meraih kekayaan secara halal dan terencana juga sudah sempat diulas. Lantas bagaimana menjadi lebih kaya?

Segmen ini layak dicermati mengingat cukup banyak kisah orang kaya yang kemudian jatuh miskin. Karena itu memaknai kekayaan secara benar dan mengupayakannya menjadi lebih kaya merupakan salah satu inti hakiyat kekayaan.

Orang disebut kaya jika jumlah hartanya lebih besar dari utang. Harta disini merupakan akumulasi dari pendapatan yang diinvestasikan dan atau diperoleh sehingga menambah kekayaan. Kekayaan itu sendiri, dalam bentuk aset, bisa dibagu menjadi aset produktif dan aset tidak produktif.

Produktifkan aset

Seseorang akan menjadi lebih kaya jika aset produktifnya cukup signifikan dan sebaliknya bisa menjadi miskin kembali jika asetnya hanya berupa aset konsumtif.

Untuk memudahkan pemahaman, kita ambil contoh Polan dan Badu yang sama-sama memiliki aset bersih Rp 1 miliar. Keduanya profesional, bekerja pada perusahaan sama, hanya saja gaji Polan lebih besar daripada gaji Badu.

Polan memilki aset Rp 3 miliar, tetapi jumlah utangnya Rp 2 miliar. Badu hanya memiliki aset Rp 2 miliar, tetapi utangnya Rp 1 miliar. Jadi, kedua orang tersebut sebenarnya memiliki kekayaan bersih sama, yakni Rp 1 miliar.

Meskipun demikian, di mata kebanyakan orang boleh jadi Polan terlihat lebih kaya karena jumlah asetnya lebih besar. Padahal, hakikatnya tidak demikian.

Suatu ketika malah Polan menjadi lebih miskin ketimbang si Badu karena struktur aset Polan lebih didominasi aset konsumtif. Konkretnya begini.

Dari Rp 3 miliar aset Polan, sebesar Rp 1 miliar dalam bentuk rumah yang ditempati dan Rp 1 miliar lagi adalah 2 mobil. Mobil yang satu dipakai untuk sehari-hari dan yang satu lagi teronggok di garasi dan hanya dipakai sekali-kali. Aset yang Rp 1 miliar lagi dalam bentuk deposito dan tabungan sebesar Rp 500 juta. Sisanya yang Rp 500 juta berupa perhiasan dan aksesori, seperti jam tangan, kalung dan barang koleksi lain yang bersifat konsumtif. Pendek kata, aset produktif Polan tidak lebih dari Rp 500 juta.....................................

Kompas

No comments: