BLOGSPOT atas

Wednesday, February 18, 2009

[Kompas 100]: AKR Corporindo: "A Distribution Master in the Indonesian Chemical Materials Business"

Bagian 8 dari 100

Rabu, 18 Februari 2009 | 07:26 WIB

Tidak ada yang namanya pendekar instan di film-film silat. Semuanya harus melalui tempaan yang panjang dan melelahkan, didukung oleh kesabaran, ketekunan serta kepintaran. Kalau tidak, bisa-bisa baru berhasil menjadi pendekar ketika sudah lanjut usia.

Analogi pendekar di film silat ini adalah gambaran perjalanan bisnis PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) yang dibangun Soegiarto Adikoesoema dari Surabaya pada tahun 1960 sebagai sebuah perusahaan dagang bahan-bahan kimia. Ini adalah dunia yang kecil. Orang gampang tahu siapa yang jual dan siapa yang beli, kualitas produk yang ada di pasar, serta apa saja kegunaan dari bahan-bahan kimia yang diperjualbelikan.

Bagi AKRA, hal ini kemudian dijadikan tantangan untuk pelan tapi pasti mengubah diri menjadi lebih dari sekedar perusahaan dagang bahan-bahan kimia biasa. Dengan mengenali rupa-rupa bahan kimia yang dibutuhkan di Indonesia pada saat itu dan siapa yang membutuhkannya, di tahun 1970-an AKRA kemudian masuk sebagai importir bagi Unilever, perusahaan global consumer goods yang produknya dipakai di banyak rumah tangga Indonesia dari generasi ke generasi. Setelah berhasil menjadi importir Unilever, AKRA lalu berusaha menjadikan diri sebagai importir andalan Unilever.

Untuk sebuah perusahaan dagang atau importir, menjadi pemasok andalan perusahaan global merupakan upaya branding yang efektif. Dengan ini, AKRA bukan hanya berusaha mempertahankan posisi tersebut tapi juga meningkatkan diri. Dengan brand yang mulai dikenal luas, AKRA pelan tapi pasti memposisikan diri sebagai perantara yang handal antara pabrikan global bahan-bahan kimia dan perusahaan global yang butuh bahan-bahan kimia kelas dunia sebagai bahan baku produknya.

Sampai pada tahapan tersebut, AKRA seolah seperti pendekar yang menguasai jurus silat andalan baru, yang sulit ditandingi. Hal ini jelas memperkuat kepercayaan diri untuk melangkah ke tahap kependekaran berikutnya. Inilah yang kemudian dilakukan oleh AKRA dengan mencoba berkembang dari sekadar perantara yang handal menjadi sebuah pabrikan bahan kimia kelas dunia.

Dalam melangkah menjadi pabrikan bahan kimia, AKRA berusaha memilih bukan hanya berdasarkan keberadaan bahan baku yang unik dan melimpah di Indonesia, tapi keluasan pasar yang bisa dibidik. Ini dilakukan AKRA agar punya bargaining position yang bagus ketika berhadapan dengan perusahaan yang akan membutuhkan produknya. Melalui anak perusahaan Sorini Agro Asia Corporindo (SOBI) yang didirikan di tahun 1983, AKRA bukan hanya menjadi pabrikan bahan kimia untuk perusahaan global tapi bahkan menjadi pemain terbesar kedua dan pesaing terkuat pemain nomor satu.

Tapi keberadaan SOBI tidak membuat AKRA melupakan posisinya sebagai perantara yang handal untuk produk-produk kimia. Untuk mendukung posisi ini, AKRA yang sejak tahun 1992 dipimpin Haryanto Adikoesoemo, yang tahun 2008 terpilih sebagai Entrepreneur of the Year versi Ernst & Young, membangun tangki dan gudang bahan kimia di berbagai pelabuhan utama Indonesia. Fasilitas tersebut kemudian ditambah dengan berbagai fasilitas pendukung lainnya di pelabuhan seperti harbour mobile cranes dan port handling dan armada truk milik sendiri yang memungkinkannya perusahaan menawarkan integrated logistics solutions untuk bahan-bahan kimia.

Kemampuan menawarkan solusi seperti tersebut di atas membuat AKRA semakin percaya diri untuk tidak hanya menjadi perantara dalam bahan-bahan kimia dasar tapi juga masuk ke bisnis hilir industri perminyakan Indonesia di tahun 2005, seiring dengan deregulasi yang memungkinkan perusahaan minyak non Pertamina menjual BBM non subsidi di Indonesia.

Langkah tersebut jelas merupakan peningkatan kemampuan AKRA sebagai sebuah perusahaan distribusi bahan-bahan kimia, karena sudah bisa masuk ke tahapan outsourcing proses logistik. Tidak berlebihan kalau AKRA kini merupakan pendekar distribusi bahan-bahan kimia di Indonesia.

"Philip Kotler's Executive Class: 98 Days To Go"

Hermawan Kartajaya,Taufik

Kompas

No comments: