BLOGSPOT atas

Sunday, December 27, 2009

Melayani Obrolan Calon Pembeli

Minggu, 27 Desember 2009 | 03:54 WIB

Sejak internet berkembang di Tanah Air, semakin banyak bisnis yang dikelola melalui dunia maya. Coba saja cari di mesin pencari Google dengan kata kunci ”bisnis online” atau ”toko online”, maka keluarlah jutaan situs yang menjual berbagai macam produk barang maupun jasa.

Bagi mereka yang terjun ke bisnis di dunia maya, dibutuhkan kreativitas agar situs bisnis mereka dilirik pengunjung di antara jutaan situs lainnya. Bayu Amperiawan mengaku punya cara agar situs yang dibuatnya langsung muncul ketika orang mengetik kata ”toko coklat” di mesin pencari Google. Namun, ia enggan mengungkap rahasia cara memunculkan situsnya agar tampil di urutan pertama peringkat Google.

Agar konsumen merasa aman membeli cokelat dari toko virtualnya, Bayu dan Lisnawati mendaftarkan produknya ke Departemen Kesehatan. Pada kemasan produk yang dikirim kepada pembeli, Lisnawati juga selalu mencantumkan tanggal kedaluwarsa.

Sementara itu, Felicia memperkenalkan situs bisnisnya melalui blog dan jejaring sosial semacam Facebook. Semua orang yang tercatat menjadi temannya di jejaring sosial tadi ia undang untuk berkunjung ke Kadoplus. Felicia juga memperkenalkan situsnya dengan cara menyebar brosur di tempat keramaian.

Untuk mendapatkan kepercayaan pelanggan, Susan dan Irene, pemilik Toko Djiraf, membuka jalur khusus yang bisa diakses melalui program obrolan di dunia maya. Program obrolan ini bisa diakses pada jam kerja, setiap hari Senin-Jumat pukul 10.00-17.00. Sedangkan pada hari Sabtu, layanan obrolan ini hanya bisa sampai pukul 13.00. ”Pembeli biasanya bertanya tentang detail produk yang dijual melalui program obrolan tadi,” tutur Irene.

Menurut Irene, pengalaman berbisnis melalui online sangat berbeda dengan menjual barang langsung di toko. ”Kami harus bisa menanamkan kepercayaan kepada konsumen karena mereka tidak melihat langsung barangnya. Kadang ada konsumen yang ragu soal kualitas barang dan urusan pengiriman karena takut tidak sampai,” ungkap Irene. Djiraf mempertahankan ciri khas tokonya dengan tetap mempertahankan produk buatan mereka sendiri yang terbuat dari kertas, kayu, dan tanah liat.(IND/IYA)

KOMPAS

TOKOPEDIA: Mal Virtual bagi Penggemar Belanja

Minggu, 27 Desember 2009 | 04:09 WIB

Berbelanja kini semakin mudah dan cepat. Kalau dulu orang yang gemar berbelanja di dunia maya harus berkunjung dari satu situs ke situs lainnya, kini ada mal virtual yang lengkap menyediakan segala kebutuhan. Dijamin kaki tidak akan pegal untuk menelusuri mal bernama Tokopedia ini.

”Kami membuat situs dengan konsep mal. Mereka yang tidak bisa membuat situs sendiri bisa membuka toko di Tokopedia,” tutur Leontinus Alpha Edison (28), akrab disapa Leo, salah satu penggagas berdirinya situs www.tokopedia.com.

Di Tokopedia, mereka yang ingin berjualan bisa mendaftar secara gratis lalu membuka toko dengan memajang produk yang ditawarkan di situs tersebut. Para penjual inilah yang menjadi penyewa tempat di mal Tokopedia. Namun, berbeda dengan mal di dunia nyata, sewa tempat di Tokopedia untuk sementara digratiskan selama satu tahun sejak situs ini diluncurkan bulan Agustus tahun 2009 lalu.

Leo menggagas situs itu bersama temannya, William Tanuwijaya (28). Menurut Leo, ide untuk membuat mal di dunia maya itu sudah ada sejak tahun 2007, tapi tidak segera terlaksana karena ketika itu mereka belum memiliki investor. Leo dan William kini mengelola Tokopedia di sebuah ruko di kompleks rumah kantor Permata Senayan, Jakarta Pusat.

Namanya juga mal, berbagai kategori barang tersedia di sini, mulai dari pakaian dan aksesorinya, mainan anak-anak, perlengkapan bayi, alat elektronik, produk kecantikan, film, musik, hingga alat-alat sulap dan makanan. Bahkan, sang moderator juga menyediakan kategori ”dewasa” di mal virtual ini.

Gagasan untuk membuat mal ini berawal dari pengalaman William menjadi moderator di forum diskusi dunia maya bernama Kafe Gaul.

Ketika itu banyak anggota yang menjadikan forum diskusi tersebut untuk berjualan. Karena tidak tertib administrasi, akhirnya banyak anggota yang tertipu.

Di mal virtual ini, Tokopedia berperan sebagai moderator yang mengawasi dan mengelola transaksi jual beli. Mereka juga akan melacak kebenaran transaksi yang sudah dilakukan. ”Kami masih menerapkan sistem bayar secara manual, yaitu lewat transfer di mesin tunai mandiri atau langsung lewat bank karena orang Indonesia masih meragukan soal keamanan kartu kredit,” tutur William.

Untuk sementara, Tokopedia juga lebih fokus untuk membangun komunitas lebih dulu sebelum nantinya mereka akan menarik komisi dari hasil penjualan. Karena itu mereka memakai moto ”belanja gak belanja yang penting ngumpul”. (IND)

KOMPAS

Membangun Bisnis di Dunia Maya

Minggu, 27 Desember 2009 | 03:45 WIB

Lusiana Indriasari & Yulia Sapthiani

Pengguna internet adalah pasar yang bisa digarap untuk memulai sebuah bisnis. Berbekal keyakinan itu, sebagian anak muda merintis usaha dengan membuka toko di dunia maya.

Keyakinan itu bukan tanpa dasar. Menurut situs www.internetworldstats.com yang mengutip data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), pada tahun 2008 tercatat lebih dari 25 juta pengguna internet di Indonesia dari populasi 237 juta penduduk Indonesia. Padahal pada tahun 2000, pengguna internet di Indonesia masih sekitar 2 juta orang.

Jumlah pengguna internet yang tumbuh pesat seperti gambaran tadi membuat Bayu Amperiawan (43) optimistis bisnis toko cokelat yang ia kembangkan bersama Lisnawati (32), istrinya, bakal maju. Dengan memasang merek dagang Ayla, Bayu mendesain sendiri toko virtualnya dengan nama www.tokocoklat.com.

Sesuai dengan produk yang dijualnya, Bayu memakai warna serba coklat untuk toko virtualnya. Ia lalu memasang foto berbagai jenis produk cokelat buatan istrinya sendiri, berikut harga yang ditawarkan dan tabel ongkos kirim ke luar kota. Selain cokelat, Lisnawati juga memproduksi kue basah dan kue kering.

Bayu dan Lisnawati memulai bisnis di dunia maya pada tahun 2006. Sebelumnya, Lisnawati hanya memasarkan cokelat dan kue kering buatannya dari pintu ke pintu. Namun, karena penjualan mereka tidak tumbuh baik, Bayu berinisiatif memasarkan produk itu melalui internet.

Sejak awal diluncurkan, toko cokelat virtual itu sudah berkembang pesat. Lisnawati memang yakin bahwa produk cokelat bisa diterima pasar karena awet hingga 16 bulan. Cokelat juga tidak mengenal musim seperti kue kering yang hanya laris saat Lebaran atau Natal.

”Kapan saja orang ingin mengungkapkan perasaan hatinya, mereka bisa mengirimkan cokelat,” kata Bayu. Toko Coklat menjual produknya dengan harga Rp 2.000 untuk cokelat batangan dan Rp 20.000-Rp 90.000 untuk cokelat dalam kemasan kotak atau stoples.

Karena bisnis yang dibangun bersama istrinya menunjukkan kemajuan, Bayu memutuskan keluar dari pekerjaannya setelah 15 tahun bekerja di perusahaan teknologi informasi di Jakarta. Ia ingin total mengelola situs dan melayani pesanan toko virtualnya, sementara sang istri lebih berkonsentrasi pada pengembangan produk.

Kalau Bayu menawarkan cokelat, Felicia Santoso (26) menawarkan rangkaian bunga sebagai kado di toko virtual miliknya, www.kadoplus.com. Di situs yang didominasi warna merah muda dan dihiasi berbagai gambar bunga itu, Felicia berkreasi membuat rangkaian bunga untuk berbagai keperluan, seperti ulang tahun, pernikahan, ucapan simpati, duka cita, dan lain-lain.

Felicia baru memulai bisnisnya tahun 2008. Ia dibantu sang pacar, Steven Aliwarga (27), untuk membuat situs guna memasarkan produknya. Felicia lalu mendatangkan bunga-bunga segar dari Jakarta dan beberapa kota lainnya di Indonesia.

Beberapa bunga, seperti lily dan tulip, bahkan didatangkan dari negara lain, seperti China dan Belanda. Untuk menyimpan bunga agar tetap segar, Felicia memiliki lemari pendingin berukuran besar di rumahnya di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan.

Luar negeri

Pesanan yang mengalir ke Toko Coklat datang dari berbagai daerah di Indonesia. Terkadang mereka juga mendapat pesanan dari luar negeri, seperti Amerika, Australia, dan Singapura. Toko Coklat juga memasok produk ke supermarket buat Total Buah Segar dan All Fresh di Jakarta. ”Kebetulan ada teman yang bekerja di kedua supermarket itu,” tutur Lisnawati yang mengaku omzetnya rata-rata bisa mencapai Rp 15 juta per bulan.

Felicia enggan menyebut berapa omzet per bulan. Ia hanya menyebut rata-rata ia menerima 10 pesanan bunga, bingkisan boneka, kue, dan buah-buahan setiap hari. Kadoplus mematok harga bervariasi untuk rangkaian bunga segar, yaitu Rp 300.000-Rp 1,5 juta, tergantung tingkat kesulitan cara merangkainya dan bahan baku yang digunakan.

Untuk melayani pembeli, Felicia mempekerjakan tiga karyawan. Ia juga berencana membuka toko betulan di dekat rumahnya. ”Supaya orang bisa berbelanja langsung dan melihat barangnya,” tutur Felicia.

Tidak semua yang berbisnis di internet mengawali usahanya langsung dari dunia maya. Seperti dilakukan kakak beradik Susan Limena (38) dan Irene Wiguna (30), yang memiliki usaha menjual berbagai macam barang, seperti jam dinding, pigura, aksesori rambut, dompet, lampu, alat tulis, dan lain sebagainya.

Sebelum merambah dunia maya, Susan dan Irene sudah memiliki dua toko dalam pengertian fisik di Mataram, Nusa Tenggara Barat, dan di Surabaya, Jawa Timur. Toko itu bernama Djiraf. Untuk memasarkan produk yang dijual di kedua tokonya, mereka lalu membuat situs www.djiraf.com melalui jasa seorang desainer situs.

Susan dan Irene memulai bisnisnya pada tahun 1997 dengan membuat pernak-pernik seperti kotak pensil dan stoples dari kertas daur ulang atau daun. Untuk menjual pernak-pernik itu mereka membuka toko di rumah mereka di Mataram dengan nama Djiraf Recycle Spot.

Toko itu hanya bertahan 1,5 tahun karena keduanya harus pindah ke Surabaya, Jawa Timur, untuk kuliah. Namun, pada tahun 2001, toko Djiraf buka kembali di Mataram dan tahun 2007 sudah memiliki cabang di Surabaya.

Setelah dipasarkan melalui internet, Irene mengaku, produk Djiraf tidak hanya dikenal di Mataram dan Surabaya. Mereka sudah menerima pesanan dari berbagai kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Bandung, Padang, dan Manado. Mereka yang membuka usaha di dunia maya ini menggandeng kurir atau perusahaan pengiriman barang untuk mengantarkan pesanan kepada para konsumen.

KOMPAS

KONSULTASI INVESTASI: Evaluasi Investasi 2009


Minggu, 27 Desember 2009 | 03:21 WIB



Adler Haymans Manurung
PRAKTISI KEUANGAN

Evaluasi merupakan tindakan untuk melihat, menyelidiki atas tindakan yang dilakukan sebelumnya. Dalam evaluasi atas investasi, investor harus mengumpulkan semua tindakan investasi yang dilakukan. Tindakan pertama yang harus dilakukan adalah mengumpulkan rencana investasi yang dilakukan pada tahun sebelumnya untuk periode sekarang.

Apa saja yang direncanakan untuk investasi pada saat rencana itu dibuat dan ditandatangani sebagai acuan melakukan investasi? Investor harus membuat ringkasan atas rencana investasi tersebut.

Ringkasan tersebut paling utama mengenai tingkat pengembalian yang ditargetkan. Langkah selanjutnya adalah mengumpulkan data tingkat pengembalian dari patokan (benchmark return) atau sebagai pembanding atas tindakan investasi yang dilakukan.

Dalam tindakan ini, investor juga harus mendapatkan risiko yang direncanakan dalam rencana investasi tersebut. Bila investor sudah mendapatkan risiko tingkat pengembalian investasi, maka perlu didapatkan risiko patokan agar bisa diperbandingkan.

Tindakan kedua, investor harus menghitung tingkat pengembalian yang dicapai investor atas investasi yang dilakukan. Tingkat pengembalian ini merupakan tingkat pengembalian nominal. Ada pun hasil perhitungan tingkat pengembalian investasi dari investor yaitu hasil bagi dari selisih nilai portofolio aset investasi (nilai akhir tahun sekarang dikurangi nilai akhir tahun lalu) dengan nilai akhir tahun sebelumnya.

Kemudian, investor harus menyesuaikan tingkat pengembalian tersebut terhadap inflasi. Tingkat pengembalian yang telah disesuaikan dengan inflasi dikenal dengan tingkat pengembalian riil. Semua pihak berharap tingkat bunga riil yang diperoleh bernilai positif. Artinya, ada kelebihan tingkat pengembalian yang diperoleh dari inflasi.

Bila tingkat pengembalian riil negatif, berarti inflasi lebih tinggi dari tingkat pengembalian nominal. Dengan demikian, dana yang dimiliki investor akan berkurang dan bisa pula disebutkan bahwa kekuatan daya beli mengalami penurunan.

Bila tingkat pengembalian investasi telah dapat dihitung, maka dilakukan evaluasi dengan rencana. Apakah hasil yang diperoleh lebih tinggi dari rencana atau lebih rendah. Biasanya diharapkan tingkat pengembalian yang diperoleh minimal sama dengan rencana investasi. Jika hasil yang diperoleh lebih kecil dari rencana, berarti ada tindakan yang salah ketika berinvestasi atau rencana investasi yang ketinggian.

Untuk melihat keberhasilan, investor juga dapat memerhatikan hasil yang dicapai oleh pihak lain.
Jika hasil yang dicapai pihak lain tersebut sama seperti yang kita capai, maka tidak ada persoalan. Tetapi, jika hasil tidak sama atau lebih kecil dari pihak lain, maka ada persoalan yang dilakukan. Akan lebih lagi bila membandingkan hasil investasi dengan portofolio yang sama. Perbandingan yang dilakukan harus sepadan.

Ketinggian-kerendahan

Kenapa hasil yang dicapai tersebut melebihi atau kurang dari rencana investasi? Jawabannya adalah apakah rencana investasi ketinggian atau kerendahan. Bila tindakan ini yang terjadi, maka investor harus hati-hati membuat rencana investasi selanjutnya. Jika jawabannya bukan demikian, maka harus dicari kenapa bisa terjadi.

Apakah ketika melakukan investasi awal sudah tepat? Apakah investor sudah membeli instrumen investasi sebagai bagian dari portofolio investasi sudah tepat waktunya? Apakah investor membeli pada saat ketinggian sehingga hasil yang diperoleh sangat kecil? Apakah investor membeli awal sangat kerendahan sehingga hasil yang diperoleh sangat tinggi telah terjadi.

Investor harus berharap membeli instrumen investasi pada waktu yang tepat. Tindakan kedua yaitu melakukan evaluasi atas besaran masing-masing instrumen investasi. Jangan-jangan telah terjadi bahwa besaran investasi terjadi pada instrumen yang mengalami penurunan sangat tajam sehingga hasil yang dicapai sangat kecil.

Selanjutnya, jika investor tidak menemukan persoalan pada kasus ini, maka investor harus menilik pada persoalan yang lain. Apakah investor salah memilih instrumen investasi atau saham yang dibuat dalam portofolio investor. Kesalahan ini terjadi karena investor tidak melakukan analisis terhadap instrumen yang ada. Alasan investor tidak melakukannya karena tidak mengetahui cara menganalisisnya.

Investor dapat berdiskusi dengan analis investasi agar didapatkan instrumen investasi yang tepat. Investor harus mengingat bahwa dalam melakukan investasi, investor membeli prospek dari investasi yang dilakukan investor, bukan membeli masa lalu instrumen tersebut.

Bila saham yang dibeli, maka investor membeli prospek perusahaan yang menerbitkan saham tersebut. Bila obligasi yang dibeli, maka investor membeli janji penerbit obligasi dan prospek perusahaan di masa mendatang akan bertumbuh. Bila prospek perusahaan bagus dan arus kas yang baik, maka bunga obligasi dan janji perusahaan dapat ditepati serta harga saham perusahaan akan mengalami peningkatan.

Apakah investor melakukan perdagangan atas instrumen investasi yang dimiliki? Artinya, investor melakukan ambil untung (profit taking) atas instrumen tersebut. Bila investor tidak melakukannya, maka investor akan kehilangan kesempatan atas profit yang ada.

Investor perlu juga melakukan ambil untung agar hasil yang diperoleh menjadi optimal. Tetapi, aksi ambil untung tersebut harus dengan market timing yang tepat. Jangan-jangan investor kehilangan kesempatan yang ada karena dilakukannya ambil aksi untung. Aksi ambil untung harus dipahami bahwa harga dari instrumen itu akan turun dari harga yang dijual sehingga investor memperoleh untung.

Berdasarkan hasil evaluasi ini, investor dapat mengetahui tindakan yang dilakukan selama satu periode yang lalu. Investor dapat melihat kelemahan dan kelebihan tindakan investasi yang dilakukan.

KOMPAS

- Muhammad Idham Azhari

Sunday, December 20, 2009

Investasi & Keuangan: Rekapitulasi Investasi

Minggu, 20 Desember 2009 | 03:01 WIB

Elvyn G Masassya - praktisi keuangan

Meskipun saat liburan biasanya digunakan untuk berlibur, tetapi bisa juga digunakan untuk merenung, mengevaluasi apa yang sudah diraih sepanjang 2009, dan apa yang hendak dilakukan tahun mendatang.

Evaluasi itu mestinya, salah satu bagiannya juga menyangkut aspek keuangan, termasuk investasi karena investasi hakikatnya menjadi bagian rutin dari semua orang.

Apa yang dievaluasi terkait investasi? Tentu banyak. Mulai dari apakah tujuan investasi tahun 2009 sesuai rencana? Kalau ya, apa penyebabnya. Dan sebaliknya, jika gagal, apa pula pemicunya.

Ini penting untuk sebisa mungkin menghindari penyebab kegagalan. Di sisi lain, bukan berarti pendorong keberhasilan Anda berinvestasi tahun 2009 otomatis akan berulang kembali tahun mendatang. Karena itu, evaluasi obyektif perlu dilakukan agar investasi tahun 2010 bisa lebih baik ketimbang tahun ini. Lantas, langkah apa yang mesti dilakukan?

Pertama, periksa semua portofolio investasi Anda, apa pun bentuknya. Bandingkan dengan tahun sebelumnya. Berapa besar peningkatan atau penurunannya?

Setelah Anda menemukan angkanya, coba cermati lagi lebih detail. Jenis investasi apa saja yang nilainya meningkat dan sumber peningkatan itu. Langkah berikut lakukan pengecekan terhadap hasil investasi. Untuk mudahnya kita gunakan contoh berikut.

Umpamakan Anda investasi di tanah, rumah, saham, deposito berjangka, dan mungkin reksa dana. Untuk investasi di tanah dan rumah cukup mudah menghitungnya. Cermati pergerakan nilai jual obyek kena pajak tanah dimaksud dan juga perkembangan harga di sekitar lokasi tanah Anda. Dari situ bisa ketahuan berapa persen kenaikan nilai aset investasi Anda.

Demikian pula saham. Jika mengacu pada perkembangan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, selama 2009 sudah terjadi peningkatan indeks lebih kurang 80 persen. Itu berarti kalau portofolio saham Anda berbanding lurus dengan pergerakan indeks, maka Anda sebenarnya sudah lebih kaya 80 persen, khusus untuk portofolio saham.

Realitasnya belum tentu seperti itu karena IHSG yang bertumbuh 80 persen itu hanyalah perhitungan yang dimulai dari 1 Januari 2009 sampai dengan 31 Desember 2009. Artinya, jika Anda sudah memiliki saham sejak jauh sebelumnya, maka yang perlu dilihat adalah berapa harga beli saham dibandingkan dengan harga pasar saat ini. Selisihnya menjadi keuntungan potensial Anda.

Dalam investasi reksa dana Anda mesti membandingkan nilai aset bersih saat membeli dan berapa saat ini. Jadi, kalau kenaikannya di bawah 80 persen, bukan hal yang mesti membuat Anda kecewa karena 80 persen peningkatan harga dipastikan bukan target Anda. Karena itu, apakah investasi Anda berhasil atau tidak—khususnya di saham dan reksa dana—harus dibandingkan antara harga saat ini dan target perolehan yang hendak dicapai. Lazimnya kenaikan harga saham dalam setahun bagi investor konservatif 15-20 persen. Jadi, kalau perolehan Anda di atas itu, Anda boleh bersenang hati.

Bagaimana jika perolehan potensial saham Anda di bawah itu? Boleh jadi, ada yang keliru dengan pilihan saham yang Anda pegang. Konsekuensinya, Anda mesti mengkaji kembali saham-saham pilihan investasi Anda.

Hal yang sama juga perlu dilakukan terhadap dana dalam bentuk deposito. Memang, pada 2009 tidak ada bank yang ditutup, tetapi tingkat bunga tiap-tiap bank berbeda-beda. Yang mesti dicermati adalah apakah tingkat bunga deposito sudah setimpal dengan kondisi banknya.

Tahap kedua

Semua yang dipaparkan di atas secara ringkas disebut rekapitulasi perhitungan investasi. Setelah itu dilakukan, Anda akan mendapat gambaran jelas investasi yang memberikan keberhasilan dan apa pula yang mungkin hanya membebani. Jika ini sudah jelas, Anda boleh melangkah ke tahapan kedua.

Lalu, apa yang dimaksud dengan tahapan kedua? Menyiapkan alokasi aset portofolio berdasarkan hasil investasi tahun 2009. Pertanyaan awal yang mesti dijawab, apa tujuan investasi Anda tahun mendatang? Apakah peningkatan nilai investasi bertumbuh lebih besar daripada tahun ini? Atau ada hal lain yang lebih spesifik. Terserah Anda menentukan tujuan tersebut. Yang jelas, semuanya mesti jelas dan pasti.

Dalam kaitan penyusunan rencana investasi tahun mendatang, setelah memastikan tujuan investasi tentunya, Anda mesti mencermati asumsi-asumsi yang mungkin bisa menjadi kenyataan.

Mengenai indeks harga saham gabungan, misalnya. Kenaikan sangat signifikan atau mencapai 80 persen tahun ini, besar kemungkinan tidak akan terjadi lagi tahun depan. Jika pertumbuhannya berjalan normal, maka kenaikan indeks tidak akan lebih dari 30 persen. Dari mana angka ini muncul? Tentu saja ada perhitungannya dan sulit dipaparkan di rubrik ini karena keterbatasan tempat.

Demikian juga dengan perkiraan suku bunga. Sangat mungkin tingkat bunga deposito tahun depan akan lebih tinggi dibandingkan tahun ini karena perkiraan inflasi juga lebih tinggi.

Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut, ada baiknya alokasi investasi Anda berbeda dibandingkan dengan yang Anda lakukan pada tahun ini agar hasilnya bisa lebih optimal dan tujuan keuangan Anda dapat tercapai. Selamat mencoba.

KOMPAS

Sunday, December 13, 2009

Investasi: Perencanaan Investasi 2010

Minggu, 13 Desember 2009 | 03:27 WIB

Adler Haymans Manurung - praktisi keuangan

Akhir tahun 2009 telah dekat.

Salah satu tindakan penting yang harus dilakukan pada saat ini adalah membuat perencanaan investasi untuk periode 2010. Tindakan ini diperlukan agar ada pegangan untuk melakukan investasi.

Untuk investasi pada tahun 2010, indikator penting yang harus dipahami investor adalah arah tingkat bunga dan kapan (waktu) perubahan tingkat bunga tersebut. Arah tingkat bunga pada tahun 2010 dapat diperoleh investor melalui berita di media massa. Pada situasi sekarang ini, banyak seminar proyeksi ekonomi 2010 yang diberitakan. Diberitakan pula pendapat para pakar dan pengamat ekonomi. Bahkan, investor yang mempunyai tabungan dan menjadi nasabah bank sekarang telah diundang untuk mendengarkan para pengamat ekonomi tersebut mengenai perekonomian pada masa tahun 2010.

Investor juga dapat memerhatikan proyeksi pemerintah terhadap perekonomian pada tahun 2010. Pemerintah setiap tahun mengajukan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk disetujui Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Dalam APBN tersebut diuraikan asumsi yang dipergunakan pemerintah untuk membuat APBN. Adapun asumsi yang paling minimal dalam APBN harus ada ialah tingkat inflasi, tingkat bunga, dan nilai kurs.

Tingkat inflasi dan tingkat bunga merupakan indikator yang berhubungan. Irving Fisher (1930) menyatakan, tingkat bunga nominal merupakan hasil jumlah tingkat bunga riil dan tingkat inflasi. Beberapa tahun lalu tingkat bunga riil ditargetkan Bank Indonesia sebesar 2 persen. Namun, dua tahun lalu target tingkat bunga riil diturunkan menjadi 1 %. Bila pemerintah menargetkan inflasi sebesar 5 %, maka tingkat bunga sekitar 6 %. Bila tingkat bunga SBI sekarang sebesar 6,5 %, maka kelihatan tingkat bunga tidak akan berubah.

Akan tetapi, apabila dilihat tingkat bunga inflasi yang terjadi tahun 2009 sekitar 3,5 %, maka tingkat inflasi yang diproyeksikan sebesar 5 % sehingga ada kecenderungan pemerintah tidak bisa mengontrol inflasi pada tahun 2010.

Seharusnya proyeksi inflasi dari pemerintah paling maksimal sama dengan tahun sebelumnya atau lebih kecil.

Berbagai analisis memang melihat bahwa tingkat inflasi akan terjadi lebih tinggi pada tahun 2010 karena harga beberapa komoditas mengalami kenaikan serta harga minyak juga mempunyai kecenderungan naik. Dengan demikian, kenaikan inflasi sudah mungkin terjadi bila pengendalian tidak dilakukan dengan menghantam sumber inflasi tersebut agar inflasi tidak meningkat. Analisis berbagai pihak menyatakan bahwa kenaikan tingkat bunga akan dilakukan pada semester kedua tahun depan karena semester pertama tahun 2010 merupakan periode konsolidasi untuk periode selanjutnya.

Berdasarkan informasi tersebut, investor dapat membuat perencanaan untuk meningkatkan keuntungan pada semester pertama (bahkan empat bulan) tahun 2010 sebelum melakukan perubahan. Investor bisa melakukan investasi pada saham pada empat bulan pertama tahun 2010 dan kemudian mengubah portofolio investasi ke yield lebih tinggi satu atau dua bulan kepada investasi yang memiliki bunga. Biasanya investasi pada saham akan drop bila tingkat bunga mengalami kenaikan.

Efek Januari

Investor bisa melakukan investasi pada Desember ini karena pada empat bulan mendatang ada beberapa kejadian yang menarik. Salah satu kejadian yang harus diperhatikan adalah ”January Effect”, di mana semua fund manager melakukan perubahan strategi untuk investasi karena ekspektasi pendapatan perusahaan pada tahun 2010. Biasanya harga saham naik pada Januari sampai April dan pada bulan Mei cenderung stagnan. Sedangkan Juni ada kecenderungan stagnan dan menurun sampai bulan September dan Oktober.

Investor yang memiliki dana segar untuk masuk pada tahun 2010 sebaiknya mulai memilih obligasi yang jatuh tempo pada April sampai Juni dengan tingkat bunga (kupon) tinggi. Kemudian, pada saat dana investasi jatuh tempo, investor sudah siap membeli instrumen investasi dengan tingkat bunga tinggi karena telah dinaikkannya tingkat bunga. Artinya, investor masih mempunyai investasi pada instrumen di luar saham apabila terjadi saham tiba-tiba mengalami penurunan karena faktor informasi yang jelek pada periode tersebut.

Bila investor mempunyai pembayaran yang cukup besar pada periode ini, investor harus memastikan besaran pembayaran tersebut. Kemudian investor melakukan investasi dengan periode sampai satu bulan pembayaran akan dilakukan. Artinya, investor tidak mengalami wanprestasi atas pembayaran tersebut. Sebaiknya diinvestasikan pada instrumen pasar uang supaya risikonya lebih kecil, bahkan dianggap nol, terkecuali risiko institusinya.

Investor yang melakukan perencanaan investasi 2010 seharusnya tetap menimbang risiko yang dihadapi serta risiko yang bisa ditoleransi. Bila investor bisa menoleransi risiko yang lebih besar, tidak salah investor melakukan investasi pada saham alokasinya lebih tinggi. Jika investor tidak bisa menerima atau menoleransi risiko tersebut, investor bisa membeli atau menginvestasikan dana pada obligasi pemerintah. Akan tetapi, investor harus tetap berpikir jangka panjang untuk melakukan investasi agar diperoleh hasil maksimal.

Thursday, December 10, 2009

Selamat Datang ke Orde Baru Dunia Pemasaran

(tulisan dua dari dua)

Kamis, 10 Desember 2009 | 07:54 WIB

KOMPAS.com - 2012. Perkara Anda suka atau tidak dengan film-nya, itu mungkin masalah lain. Kami juga tidak ingin memperdebatkan apakah kiamat benar-benar akan terjadi pada tahun 2012. Satu hal yang kami ingin angkat dari cerita di atas adalah esensi yang kami tangkap dari sudut pandang pemasaran. Kehancuran yang ia gambarkan dalam ’2012’ adalah wajah yang sama dengan situasi dunia pemasaran seperti saat ini, di mana kita hidup di jaman yang chaos, penuh dengan krisis, di mana “kiamat-kiamat kecil” seakan hidup dalam kehidupan kita sehari-hari, dan menjadikannya bagian dari dinamika ruang lingkup dunia pemasaran yang kita geluti.

Dunia pemasaran saat ini tengah bergerak, mengalami transformasi besar-besaran, akibat berbagai krisis atau “kiamat kecil” yang sudah lewati, juga akibat pergerakan lanskap yang sangat cepat berubahnya. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, terutama dengan era Internet Web 2.0 dan berbagai kemajuan teknologi gadget yang ada telah merubah praktek pemasaran dari yang tadinya bersifat top-down dan vertikal, menjadi serba sejajar dan horisontal.

Satu yang dapat menolong untuk mengarungi lanskap yang penuh dengan turbulens dan kekacauan adalah pendekatan baru yang berkata kunci CONNECT! di mana praktek pemasaran yang serba ter-CONNECT! di dunia New Wave-lah yang dapat mempersiapkan pemasar untuk memenangkan pertempuran pemasaran. CONNECT! adalah ibarat kapal raksasa yang digambarkan oleh film 2012 itu sebagai penyelemat peradaban manusia (baca: dalam hal ini dunia pemasaran) di tengah masuknya kita ke era orde baru dunia pemasaran.

Apa yang kami lihat, alami, dan dalami tentang pergeseran pemasaran selama dua puluh tahun belakang di MarkPlus, membawa kami pada kesimpulan bahwa pemasaran memang terus mengalami transformasi. Namun apa yang terjadi belakangan ini, ketika Web 2.0 merubah tatanan lingkungan bisnis, merupakan yang paling dasyhat sepanjang pengalaman kami menggeluti dunia marketing.

Meskipun di satu sisi, prediksi bahwa teknologi internet telah mengubah konsumen semakin emosional rupanya betul kejadian, namun tidak bisa dipungkiri bahwa dampak dari perkembangan internet Web 2.0 memang membuat segala sesuatu di dunia pemasaran berubah total. Wajah internet menjadi lain sama sekali, menjadi lebih manusiawi, lebih interaktif, partisipatif, dan lebih sosial.

Teknologi bukannya membawa konsumen menjadi robot-robot budak teknologi, tapi justru sebaliknya, menjadi manusia seutuhnya. Utuh bersama emosinya, aspirasinya, perasaannya, dan bersama jiwanya. Sesuai dengan hipotesa kami mengenai Marketing 3.0 bahwa pada akhirnya marketing harus menyentuh dan meng-CONNECT! secara holistik ke benak, perasaan, dan jiwa pelanggan.

Apa yang telah kami jelaskan, setidaknya memberikan gambaran bahwa dunia pemasaran secara globalnya memang berubah, dari orde lama ke orde baru.

Orde lama dunia pemasaran sudah semakin menuju hari kiamat, tidak perlu menunggu tanggal 12 Desember 2012, karena saat ini dan detik ini pun sudah semakin terlihat bahwa pola praktek pemasarannya yang mengacu pada pemahaman marketing yang legacy, penuh dengan praktek vertikal, sudah semakin ditinggalkan oleh stakeholdernya, terutama para konsumen.

Dunia pemasaran tengah memasuki sebuah orde baru, babak baru, peradaban baru, yang mengacu pada pemahaman marketing yang bersifat “New Wave,” bersandar pada praktek pemasaran yang serba ter-CONNECT! secara horisontal.

Welcome to the new world marketing order!


Hermawan Kartajaya,Waizly Darwin

KOMPAS

Wednesday, December 9, 2009

Selamat Datang ke Orde Baru Dunia Pemasaran

(tulisan satu dari dua)

Rabu, 9 Desember 2009 | 10:16 WIB

KOMPAS.com - Di tengah seiring perjalanan waktu, dunia terus berubah dan pemasaran juga tentunya ikut berubah, dan begitu juga sebaliknya langkah pemasaran yang dilakukan oleh pemasar-pemasar yang visioner juga mengubah dunia. Sebut saja Mark Zuckeberg yang mengubah dunia lewat Facebook, Jawed Karim, Chad Hurley and Steve Chen mengubah dunia lewat YouTube, Jimmy Wales dan Larry Sanger mengubah dunia lewat Wikipedia, dan banyak lagi technopreneur lain.

Sejak Tim O’Reilly, seorang pakar teknologi internet, memproklamasikan lahirnya Web 2.0 pada saat membuat O’Reilly Media Web 2.0 Conference di tahun 2004, kita seperti hidup di dunia yang lain. Generasi baru internet ini memungkinkan kita untuk berkomunikasi, berpartisipasi, berinteraksi, berbagi, berkomunitas, atau berkolaborasi satu sama lain.

Kekuatan Web 2.0 yang menelurkan berbagai produk Social Networking menjadi kian menggila. Situs-situs seperti Facebook, YouTube, MySpace, Flickr, Wikipedia, dan lain sebagainya kian digandrungi para netizen, yang melihat bahwa internet yang sesungguhnya adalah yang begini, yang lebih cool, lebih interaktif, lebih partisipatif, dan lebih sosial.

Dengan kekuatan baru yang ditawarkan oleh kecanggihan generasi baru Internet ini, berbagai kalangan sudah melihat bahwa perubahan besar sedang terjadi. Thomas Friedman, kolumnis dari New York Times, mencetuskan tesisnya mengenai “The World is Flat” di mana ia berkata bahwa kemajuan teknologi berbasis Internet akan mampu mentransformasikan dan membebaskan individu, membebaskan potensinya, membebaskan kreativitasnya, dan membebaskan kabapibilitasnya. Dengan teknologi tersebut, umat manusia, siapa saja, di mana saja, kapan saja, bisa bersaing di tingkat global, asalkan terhubung ke Internet.

Thomas Friedman tidak sendirian ketika mengatakan bahwa arus besar sedang terjadi dan dunia tengah berubah total. Karena pemikirannya disambut secara eksplisit maupun implisit oleh beberapa pemerhati lain.

Chris Andersen sebelumnya juga sudah mengungkap hal yang kurang lebih sama pada artikel editorialnya di majalah Wired ketika mengemukakan untuk pertama kalinya mengenai ‘Long Tail’, sebuah fenomena di mana dominasi pemain besar akan runtuh digantikan oleh jutaan pemain kecil yang mendominasi 80 persen pasar. Di tengah terjadinya peralihan dari korporasi ke individu, dengan adanya Internet Web 2.0, siapapun bisa jadi produsen, siapapun bisa jadi distributor, siapapun bisa jadi promoter, maka tak heran kalau majalah Time memberikan penghargaan Person of the Year pada tahun 2006 lalu kepada Anda (Ya, Anda semua), yang termasuk 5 miliar umat manusia yang mengontrol dunia.

Setidaknya setelah Web 2.0 merebak dan menjadi sebuah hype yang mengglobal, dan juga tesis Thomas Friedman mengenai “The World is Flat” yang menjadi percakapan di mana-mana, kalangan media juga menyambutnya dengan mengatakan bahwa arus besar sedang terjadi dan dunia tengah mengalami perubahan yang sangat dasyhat.

Majalah Business Week, contohnya, memberikan berbagai laporannya tentang bagaimana efek teknologi internet di era Web 2.0, mulai dari praktek kolaborasi masal yang ditawarkan oleh kekuatan teknologi Web 2.0, dunia blogosphere yang akan merubah cara kita melakukan bisnis dan pemasaran, dan juga fenomena social media secara keseluruhan.

Seiring dengan masuknya kita ke dalam awal abad-21 ini, dunia teknologi semakin memberikan interaksi, partisipasi, dan peluang untuk berkolaborasi, sehingga membawa kita untuk melakukan praktek pemasaran yang bertumpu pada jejaring yang saling ter-CONNECT!


Hermawan Kartajaya,Waizly Darwin

KOMPAS

Tuesday, December 8, 2009

Tiga Tingkatan untuk CONNECT!

Selasa, 8 Desember 2009 | 08:35 WIB

KOMPAS.com - Bagi kami ada tiga tingkatan CONNECT! Yang pertama adalah Mobile CONNECT!. Pertanyaan testingnya adalah "Are you well-CONNECTED?" di dunia online maupun offline. Jika Anda punya 10,000 teman di Facebook, dan 25,000 lain mengantri, juga punya ribuan kartu nama yang didapat dari mana saja, dan kartu nama Anda juga ada di mana-mana, maka Anda sesungguhnya adalah orang yang punya mobilitas tinggi dan itu salah satu pertanda Well-Connected.

Obama punya belasan juta teman online. Karena itu, tim Obama for America (OFA) bisa berkomunikasi dengan mereka at any time. Itu semua bisa terjadi karena sudah banyak gadget yang bisa jadi konektor! Sedemikian banyak gadget yang ada, sudah sepantasnya disingkat jadi MOBILE saja. Selama Anda ber "mobile-ria" ke mana-mana Anda bisa tetap bisa berkomunikasi, untuk menjadi seseorang yang well-Connected, punya mobilitas tinggi merambah dunia Online dan Offline. Informasi update bisa masuk at any time kalau Anda Well-Connected !

Customer Insight dan Competitor Intelligence juga bisa "tertangkap" lebih gampang kalau Anda Well-Connected! Begitu juga dengan informasi mutakhir tentang Teknologi, Politik, Ekonomi dan Sosial. Expert-Opinion tetap diperlukan karena analisa seorang ahli bisa lebih dalam. Tapi masalahnya sering terlambat! Sedang kalau Anda Mobile CONNECT! semuanya bisa Personal, Available, Immediate dan Real Time! Selalu up-to-date, selalu terdepan dalam berbagai hal yang terkait dengan dinamika lanskap.

Tingkat kedua adalah Experiential CONNECT!. Pertanyaan yang relevan di sini adalah "How Deep is your CONNECTION?" Bukan cuma hanya “Are you Well-Connected?” atau masalah seberapa eksisnya Anda karena mobilitas Anda yang tinggi. Tapi yang menjadi penting adalah bagaimana orang bisa merasakan dan mengalami ke-eksis-an Anda tersebut.

Mungkin dari 10,000 teman di Facebook tadi, hanya sedikit yang mempunyai Experience Connection. Karena itu seorang Marketer juga harus ‘meningkatkan‘ tingkatan level connection-nya dari Mobile ke Experiential.

Offline Experiential event yang berdasarkan kaidah kekuatan multisensor yang menggugah panca indera kita (multisensory), juga ada kekuatan emosional (emotional), dan kekuatan rasa saling membagi (Sense of sharing). Tiga kaidah yang disingkat menjadi MES ini dapat menimbulkan "deep connection" atau koneksi yang dalam karena pengalaman yang mendalam.

Berbagai gadget baru yang kita pakai (seperti iPhone, Blackberry, dan lain sebagainya) tidak sekedar membantu connection kita secara "mobile" tapi sekaligus eksperiensial dan juga mobile. Sudah merupakan tugas bagi seorang marketer untuk dapat membuat ekstensi dari offline experience itu menjadi online experience.

Obama melanjutkan diskusi atau entertainment yang terjadi di offline campaign-nya di Internet! Dengan demikian, intimacy dan enthusiasm yang ada di dunia offline bisa berlanjut dengan excitement dan engagement yang didapati dari dunia online. Demikian juga bisa terjadi sebaliknya, dari online ke offline.

Dan, tingkat paling tinggi dalam CONNECT! adalah Social CONNECT! Dunia New Wave adalah dunia di mana hubungan sosial antar pelanggan adalah segala-galanya. Customer sudah mulai tidak percaya marketer. Mereka cuma percaya teman-temannya di dalam komunitas yang sama, karena itu Social Connect! punya tingkatan tertinggi.

Di dalam hal tingkatan koneksi sosial ini, pertanyaan yang tepat sekarang adalah "How Strong is the CONNECTIVITY?" Komunitas yang punya Strong Connectivity akan berinteraksi sendiri tanpa pemimpin yang formal. Seringkali terjadinya dadakan, spontan dan informal! Tapi terus kenapa mereka mau berkomunitas dengan konektivitas yang tinggi? Karena ada lima karakteristik yang disingkat SEGAS. Apa itu? “Status & Self-Esteem”, “Expressing Identity”, “Giving & Getting Help”, “Affiliation & Belonging”, dan “Sense of Community.”


Hermawan Kartajaya,Waizly Darwin

KOMPAS

Monday, December 7, 2009

CONNECT! untuk Berselancar Dalam New Wave Marketing

Senin, 7 Desember 2009 | 14:50 WIB

KOMPAS.com - Berbagai perubahan yang kita alami di dalam dunia pemasaran saat ini bermuara pada lahirnya sebuah pendekatan marketing yang baru. Pendekatan marketing yang bersifat vertikal digantikan oleh pendekatan yang bersifat horisontal. Dunia pemasaran tertransform dari era ’Legacy’ ke ’New Wave.’

Sejak buku New Wave Marketing (NWM) menjadi laris, kami diundang dalam berbagai kesempatan, baik di Indonesia maupun di luar negeri. Kami juga tidak lupa menyebarkan virus NWM ini agar mereka tahu bahwa kita di Indonesia selalu update dengan perkembangan mutakhir di dunia pemasaran. Kunjungan kami keliling ke banyak tempat, baik ke berbagai kota di tanah air, negara-negara di kawasan ASEAN dan Asia, sampai ke Amerika, bahkan ke belahan Afrika beberapa waktu lalu adalah dalam rangka menyebarkan pemahaman tentang perubahan dunia pemasaran ini.

Setiap ada kesempatan kami ditanyai dan didebat. Pertanyaan biasanya berupa permintaan untuk menjelaskan lebih detil tentang 12C pemasaran New Wave yang merupakan "horisontalisasi" dari 9 Elemen Inti dalam model Legacy Marketing kami .

Banyak yang mengatakan bahwa “prakteknya sulit dilaksanakan.” Lantas kami jawab , “sudah pasti susah karena belum terbiasa.” Ada pula yang mengatakan “ini kan mahal?” kami jawab “justru konsep ini adalah pintu masuk untuk mencapai cita-cita pemasar untuk menggapai praktek pemasaran yang low-budget high impact.”

Ada lagi yang mengatakan “Ini kan tidak ada di dalam text-book, jadi tidak ilmiah?” Memang benar tidak ada di buku teks, karena biasanya isi dari buku teks adalah mencatat apa yang sudah terjadi, mencatat apa-apa yang ada di dalam era Legacy.

New Wave Marketing adalah kepekaan kami menangkap "weak signal" transformasi para Marketer yang visioner yang semakin resah ketika metode Legacy-nya tidak jalan. Padahal, tuntutan terhadap ROMI (Return on Marketing Investment) semakin dahsyat.

Lantas? Apa lagi masalahnya?

Sebenarnya ada satu ‘C’ lagi yang bobotnya besar sekali sebelum ke 12C ini bisa dilaksanakan dengan baik, yaitu CONNECT! yang mutlak harus ada kalau mau menjalankan New Wave Marketing. Dalam arti lain, CONNECT! adalah pintu masuk ke 12C yang lain.

Di model Legacy, kami hanya menekankan pada pentingnya 4C. Mengenali Change (perubahan di Teknologi, Politik dan Legal, Ekonomi, Sosial Budaya, Pasar) yang merubah Competitor dan Customer. Ketiga ‘C’ inilah yang kami sebut lanskap pemasaran. ‘C’ keempat adalah Company yang harus bisa selamat di tengah arus perubahan dan bahkan memenangkan persaingan di lanskap yang dinamis tersebut.

Di era Legacy, se-dinamis-dinamis-nya lanskap bisnis ketika itu, CONNECT! belum jadi suatu isu yang utama.

Walaupun New Wave Marketing bukan Internet Marketing, Digital Marketing atau Online Marketing, tapi Internet yang makin perkasa ini memaksa sebuah Company untuk menambahkan ‘C’ kelima yaitu CONNECT! dalam 4C-nya.

Artinya? Kalau tidak ada yang satu ini, maka sebuah perusahaan tidak akan bisa survive. Selama kita harus istirahat, tidur, istirahat, dan tidur lagi, kita harus mempunyai sistem yang menjaga agar kita tetap CONNECT! terhadap tiga C yang lain. CONNECT! ke Customer, Change bahkan dengan Competitor. Kata klisenya: 24/7/365!

Harus pula dicatat bahwa apa yang kami maksud di sini dengan CONNECT! adalah bukan saja bagaimana pemasar terhubung secara online, namun juga harus dibarengi dengan dunia online.

Online hanya bisa menimbulkan Excitement dan Engagement tapi Offline bisa lebih jauh ke Intimacy dan Enthusiasm! Dan, kalau keduanya digabung akan menjadi suatu kesatuan yang bersifat Physical, Intellectual, Emotional dan Spiritual!


Hermawan Kartajaya,Waizly Darwin

KOMPAS

Mari Tunjukkan Siapa Anda Sesungguhnya

Senin, 7 Desember 2009 | 08:07 WIB

KOMPAS.com — Seperti yang kami katakan kemarin, kekuatan era New Wave ada pada kata kunci connect. Sebab, dunia ini serba saling terhubung. Ini yang coba kami buktikan sekarang dalam kolom ini yang melibatkan beberapa pembaca Kompas dan Kompas.com dalam proses pembuatan buku yang nanti akan diluncurkan pada tanggal 10 Desember 2009, pada saat MarkPlus Conference.

Tanggapan mereka atas berbagai tulisan yang kami muat di Kompas dan Kompas.com membuktikan bahwa di dunia yang horizontal seperti sekarang, kalau kita terhubung dan membuka diri, kita dapat belajar dari sebanyak mungkin orang. Contohnya dari Mas Afiyan Afeee (jualabiz.blogspot.com) yang mencoba menanggapi artikel ”Brand Tidak Ada Gunanya Tanpa Karakter” yang dimuat di Kompas (08/11/2009), dengan menambah contoh kasus yang terjadi di Tanah Air. Mari kita simak tulisannya yang bertajuk “Merek di Era New Wave: Tunjukkan Siapa Anda Sesungguhnya”.

“Awalnya, merek (brand) digunakan untuk membedakan sebuah produk di antara produk lain yang sejenis. Dengan menggunakan merek, sebuah produk akan keluar dari kategori produk komoditas, yang harganya ditentukan oleh hukum pasar. Oleh karena itu, produk bermerek berkesempatan memasang harga di atas rata-rata harga pasar.

Tahun 1955 di Harvard Business Review, tayang sebuah artikel bertajuk “The Product and The Brand” tulisan Burleigh Garder dan Sidney Levy, yang semakin memperjelas perbedaan antara merek dan produk. Konsep merek mulai dirumuskan pada tahun 1980-an, termasuk bagaimana mengukur nilai sebuah merek (brand equity). Kemudian, istilah merek pun semakin populer pada tahun 1990-an, dan menjadi bahasan utama dalam bidang pemasaran.

Dulu, sebuah merek cukup dengan nama yang unik, slogan nan indah, desain logo cantik atau jingle iklan populer. Manajemen merek pun ditujukan untuk meningkatkan nilai merek, dengan program pemasaran terpadu, promo, iklan ataupun program kehumasan. Saat itu, semua merek bekerja keras untuk meraih brand value, brand strength, top of mind, brand awareness, dan brand loyalty, yang ujung-ujungnya akan melipatgandakan brand equity masing-masing.

Kini, Anda sebagai pemilik merek sepertinya harus mengubah paradigma tentang merek. Mungkin benar, di era New Wave sekarang ini, “Merek adalah Karakter”. Ya, tidak cukup hanya membangun merek, tetapi juga harus membangun karakter. Merek hanyalah selubung yang membungkus karakter sesungguhnya dari produk atau bisnis Anda. Karakter berkaitan dengan siapa Anda yang sebenarnya, dan bagaimana masyarakat melihat Anda apa adanya. Oleh karena itu, proses membangun karakter ini harus berlandaskan nilai-nilai kebaikan yang universal, seperti kejujuran, saling menghormati, tanggung jawab, prinsip keadilan, peduli satu sama lain, dan rasa kemanusiaan.

Satu hal lagi, bukan perusahaan raksasa saja yang harus membenahi karakter mereknya. Setiap pemilik merek semestinya melakukan hal yang sama, bahkan untuk level usaha kecil menengah (UKM). Seperti yang saat ini saya lakukan untuk BaksoGranatz, sebuah merek gerai bakso di daerah Sumpiuh, Banyumas, Jawa Tengah. Hal itu diawali dengan menciptakan nama yang unik, kemudian desain logo yang sesuai, termasuk dengan menjaring komunitas melalui situs jejaring sosial Facebook. Karena target market BaksoGranatz lebih ke konsumen usia muda, karakter BaksoGranatz dirancang seperti anak muda zaman sekarang, yang kreatif, open mind, segar, dan selalu semangat. Itu tentu saja tanpa melupakan nilai kejujuran dan kebaikan universal lainnya.”

Nah, bagaimana dengan Anda?


Hermawan Kartajaya,Waizly Darwin

KOMPAS

Sunday, December 6, 2009

Cerita Dari Blogger Tentang Co-Creation Star Wars

Minggu, 6 Desember 2009 | 15:20 WIB

KOMPAS.com - Kami sudah menyambungkan Anda ke seorang bloger, Mas Pitra (media-ide.com), yang telah dengan baik memberikan tanggapannya artikel kami yang lalu mengenai karakter di era New Wave.

Masih banyak tanggapan-tanggapan yang masuk terhadap artikel-artikel yang lalu, salah satunya Mas Radix Hidayat (radixhidayat.net) yang memberikan tanggapannya tentang artikel yang kami tulis di Kompas dan Kompas.com tentang co-creation.

Mari kita simak tulisannya bersama-sama.

Star Wars Expanded Universe

Dalam dunia perfilman, nama Star Wars sudah tidak diragukan lagi namanya. Dengan nama besar dari sang kreator George Lucas, basis fans yang besar, serta universe yang begitu luas, tidaklah salah jika Star Wars adalah sebuah mitologi modern, yang sederajat dengan mitologi Yunani maupun Mesir.

Mungkin bagi kebanyakan awam, Star Wars hanyalah sebuah trilogi film fiksi ilmiah yang berkisah mengenai perjalanan Luke Skywalker dalam menumpas kejahatan. Namun, itu tidak sepenuhnya benar. Star Wars adalah sebuah kisah sebuah galaksi sepanjang lebih dari 25.000 tahun, yang lebih dikenal sebagai Star Wars Expanded Universe (EU).

Pertanyaannya adalah, mungkinkah George Lucas membuat sebuah epik masif dengan rentang waktu yang sepanjang itu? Tentu saja tidak. Yang membuat semua itu adalah dari komunitas pecinta Star Wars. Selain trilogi orisinil maupun trilogi prekuel yang langsung dikomandani George Lucas, Star Wars memungkinkan pihak-pihak lain untuk mengembangkan kisah di galaksi Star Wars melalui media buku, komik, serial televisi, mainan, film animasi, hingga permainan komputer. Pihak-pihak lain inilah yang memberikan sebuah kisah epik Star Wars yang sepanjang lebih dari 25.000 tahun.

Star Wars EU merupakan sebuah kontinuitas dan ekspansi dari trilogi orisinil maupun trilogi prekuel. Kisah-kisah EU ini menyediakan latar belakang mulai dari asal mula dari pihak protagonis, yaitu Jedi Order dan Galactic Republic serta pihak antagonis yaitu Sith Order. Para fans yang menjadi penulis cerita memungkinkan untuk mengisi "celah" yang belum tersentuh, dengan tetap merujuk pada jalan cerita yang sudah ada. Kisah-kisah ini jika bagus akan disetujui oleh Lucas Licensing sebagai pemegang lisensi Star Wars dan menjadikannya bagian resmi dari epik Star Wars. Bahkan, beberapa aspek dalam trilogi prekuel mengambil sumber dari EU, seperti nama planet Coruscant maupun nama Ksatria Jedi Aayla Secura.

Barangkali ada sebuah kekhawatiran kalau Star Wars akan kehilangan arah jika dikerjakan secara "gotong royong" seperti ini. Untuk mengantisipasinya, Lucas Licensing memberikan level-level untuk kisah-kisah yang dibuat, mulai dari level G (untuk George Lucas, sang kreator), C (untuk continuity, yang diadopsi menjadi bagian resmi kisah Star Wars), S (untuk secondary, kisah-kisah yang kurang koheren dengan EU), hingga level N (noncanon, yang tidak masuk ke dalam kontinuitas).

Hermawan Kartajaya, Waizly Darwin

KOMPAS

investasi dan keuangan: Menghindari Kecelakaan Finansial

Minggu, 6 Desember 2009 | 02:54 WIB

Elvyn G Masassya - Praktisi Keuangan

Kecelakaan bisa terkait dengan aktivitas keuangan. Kecelakaan keuangan yang paling banyak dialami orang adalah ketika penghasilan dirasa tidak pernah cukup untuk membiayai pengeluaran. Selalu merasa kurang kendati jika mau mengurangi konsumsi, penghasilan yang diperoleh masih mampu untuk membiayai hidup.

Tragisnya, ketidakmampuan mengekang diri mengakibatkan konsumsi jalan terus dengan pembiayaan dilakukan dengan kartu kredit. Alhasil, pengeluaran menjadi lebih besar ketimbang penghasilan. Inilah awal dari kecelakaan finansial yang akan berlanjut dengan kecelakaan-kecelakaan lain.

Contoh konkret, penggunaan kartu kredit akan semakin meningkat, sementara penghasilan relatif tetap. Yang terjadi kemudian bukan lagi aksi gali lubang tutup lubang, melainkan terperangkap di lubang utang yang semakin dalam. Kehidupan pun menjadi tidak tenang. Orang selalu dikejar-kejar debt collector atau stres berkepanjangan karena masih banyak keinginan yang belum terpenuhi. Bukan tidak mungkin, karena permasalahan semakin kompleks, pekerjaan pun bisa hilang.

Itu baru kecelakaan finansial yang diakibatkan ketidakmampuan ”menginjak rem” konsumsi. Ada lagi kecelakaan finansial lain yang juga menerpa jutaan orang, yaitu ketidakmampuan menyediakan dana untuk membiayai sekolah anak. Dana untuk sekolah anak yang tidak disiapkan bisa mengakibatkan sang anak tidak sekolah.

Kalaupun bersekolah, akhirnya anak hanya bisa di sekolah yang kurang berkualitas. Atau sebenarnya, dana untuk anak sekolah sudah tersedia, tetapi karena dipengaruhi lingkungan sekitar, anak dipaksakan masuk ke sekolah yang super mahal. Demi menjaga gengsi, orangtua terpaksa berutang untuk membiayai sekolah anak.

Kecelakaan finansial bukan hanya dialami orang-orang berusia produktif. Tidak sedikit kecelakaan yang menerpa kalangan yang mestinya sudah dalam usia mapan. Seorang karyawan yang sudah terbiasa diberi fasilitas oleh perusahaan, seperti kendaraan dan rumah dinas, kerap kali lupa membeli rumah sendiri. Ketika usia pensiun tiba, dia akan mengalami masalah besar karena tidak memiliki rumah ataupun kendaraan. Sebab, sepanjang karier, dia sudah terbiasa menggunakan fasilitas perusahaan. Masa pensiun yang seharusnya dinikmati justru memaksanya tetap bekerja guna memperoleh uang untuk membeli rumah dan kendaraan.

Jurus-jurus

Apa yang mesti dilakukan agar kecelakaan finansial tidak menghampiri diri Anda?

Pertama, jangan pernah berutang kalau tujuannya hanya untuk membiayai nafsu konsumtif. Utang hanya layak dilakukan untuk kegiatan produktif yang bisa memberikan penghasilan. Utang untuk hal konsumtif, seperti kredit rumah dan kredit kendaraan, dapat dipertimbangkan jika angsuran masih terpenuhi dari penghasilan bulanan. Penggunaan kartu kredit sekalipun bukanlah untuk berutang, melainkan hanya untuk kemudahan transaksi pembayaran. Jadi, bukan karena tidak memiliki uang, tetapi lebih karena faktor kepraktisan belaka.

Kedua, melakukan investasi dan proteksi secara bersamaan. Banyak kalangan beranggapan bahwa kalau sudah berinvestasi, persoalan selesai. Pada kenyataannya tidaklah seperti itu. Dalam berinvestasi pun, banyak kemungkinan terjadi kecelakaan finansial.

Itulah sebab ada istilah ”jangan menempatkan investasi dalam satu keranjang”. Prinsipnya sederhana, kalau seluruh investasi Anda dalam bentuk saham, misalnya, ketika pasar saham anjlok, bukan tidak mungkin seluruh investasi Anda akan menguap. Oleh karena itu, investasi mesti diproteksi. Bagaimana caranya? Sebarkan investasi pada berbagai jenis, mulai dari yang berisiko rendah, sedang, dan tinggi. Dengan cara ini, sebenarnya investasi Anda sudah terproteksi. Konkretnya, kalau investasi Anda yang berisiko tinggi mengalami masalah, Anda masih memiliki ”cadangan” investasi di jenis yang berisiko rendah.

Itu adalah proteksi dalam konteks investasi. Di luar itu, proteksi untuk mencegah dampak negatif dari kecelakaan finansial bisa juga dilakukan dengan membeli produk asuransi. Sebagaimana contoh di atas, orang kerap kali mengalami masalah dalam memenuhi biaya anak. Nah, salah satu cara mudah menghindari kecelakaan finansial yang terkait dengan biaya sekolah anak adalah dengan membeli polis asuransi pendidikan. Selain itu, berbagai produk asuransi lainnya, termasuk asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan kerja, dan asuransi kematian, merupakan ”jurus” mengatasi risiko kecelakaan finansial.

Sebenarnya cukup banyak cara menghindari terjadinya kecelakaan finansial. Seperti kalau mengendarai kendaraan bermotor, sebelum dikendarai, tentu sebaiknya dilakukan pengecekan apakah segala sesuatu masih berfungsi dengan baik . Begitu juga dengan kegiatan finansial. Sebelum melakukan berbagai tindakan, tentunya mesti dipikirkan risiko dan kemungkinan terjadinya kecelakaan finansial.

KOMPAS

Friday, December 4, 2009

Kami Hubungkan Anda ke Blogger

Jumat, 4 Desember 2009 | 09:02 WIB

KOMPAS.com - Kolaborasi kami dengan pihak KKG kali ini, terutama dengan Kompas, Kompas.com, dan GPU, adalah satu langkah untuk practice what we preach ketika kami berbicara tentang New Wave Marketing. Karena Kompas dan Kompas.com pada dasarnya adalah platform konektor yang ada di offline dan online, yang mana dapat menghubungkan konsep ini ke dunia yang lebih luas.

Kekuatan era New Wave yang serba saling terhubung seperti sekarang juga kami buktikan dalam kolom ini, di mana kami melibatkan beberapa para pembaca Kompas dan Kompas.com, untuk ikut terlibat dalam proses pembuatan buku yang nanti akan diluncurkan setelah rangkaian artikel di kolom ini selesai.

Tanggapan mereka atas berbagai tulisan yang kami muat di Kompas dan Kompas.com, membuktikan bahwa di dunia yang horisontal seperti sekarang, kalau kita terhubung dan membuka diri, kita dapat untuk belajar dari sebanyak mungkin orang. Contohnya dari Mas Pitra Satvika (www.media-ide.com) yang mencoba menanggapi artikel ”Brand Tidak Ada Gunanya Tanpa Karakter” yang dimuat di Kompas (08/11/2009), dengan menambah contoh kasus yang terjadi di tanah air. Mari kita simak tulisannya.

Karakter Fiktif dalam Social Media

Tulisan ini agak terlambat, tapi mudah-mudahan belum usang ya. Sudah tahu kan kalau Sarah Aprilia itu benar-benar karakter fiktif? Seperti disebutkan di situs resminya, Sarah Aprilia alias Raline Rahmat Shah merupakan brand ambassador produk Bask Cologne keluaran dari Mustika Ratu. Sayangnya kemunculan brand ini terlambat karena gaungnya di social media sudah berkurang. Karakter Sarah Aprilia adalah murni rekaan untuk membangun hype Bask di ranah maya. Hayo mengaku, siapa yang merasa tertipu?

Sepertinya aksi Sarah Aprilia ini mengilhami Daun Muda Award 2009, dimana diadakan kontes untuk membangun karakter fiktif di ranah maya. Para peserta menciptakan karakternya sendiri (tanpa harus ada relevansi dengan suatu brand) dan mengembangkannya melalui berbagai kanal social media. Beberapa karakter menuai kontroversi karena malah membangun kampanye bernada negatif, seperti seorang karakter yang menderita sakit kanker dan akhirnya meninggal. Sesuatu yang awalnya menuai rasa simpatik, namun malah mendapat cercaan karena ketahuan kalau karakter yang dibangun adalah palsu. Hal ini tentunya berbahaya kalau karakter tersebut merepresentasikan sebuah brand. Cerita lainnya tentang kampanye negatif yang berbalik arah menyerang brand adalah kisah Laura yang hilang, yang ternyata diculik dalam film Pocong.

Kalau diingat-ingat dulu saat pertama kali ngeblog, selalu ada pesan dari para blogger lain kalau ngeblog itu harus jujur, jangan dibuat-buat, karena pasti akan ketahuan oleh orang lain. Nggak tahu apakah pesan seperti ini masih berlaku saat brand semakin sering bereksperimen memanfaatkan alat-alat social media (blog, Facebook, Twitter, dll) untuk menyampaikan pesannya.

Bisa jadi kalaupun ada brand yang melakukannya, ia tidak akan dicerca (meski ketahuan kalau karakter itu adalah karakter palsu), asalkan ia bertindak tepat. Sesuatu yang sebenarnya sudah dilakukan beberapa novelis di luar sana. Mereka mengambil sudut pandang seorang tokoh rekaan kreasinya dan menulis kejadian yang dialami tokoh itu melalui blog. Si tokoh rekaan pun berinteraksi dengan pembacanya melalui komentar. Sesuatu yang tidak mungkin bisa dilakukan oleh tokoh rekaan dalam sebuah novel buku. Respon yang didapat dari para pembaca pun positif.

Lalu apa yang membuat sebuah karakter fiktif dalam social media disukai? Yang jelas bukan yang membuat audiensnya merasa kasihan atau direndahkan. Karakter yang justru bisa memberikan inspirasi positif, kesegaran karena lucu, atau membuat audiensnya menjadi terharu setelah membacanya. Untuk rujukan, contohlah blogger-blogger senior yang setiap tulisannya bisa mencerahkan audiensnya. Atau yang membangun kelucuan lewat karakter fiktif yang merepresentasikan dirinya sendiri.

Sepertinya sejak munculnya Sarah Aprilia dan Daun Muda Award, bisa-bisa tahun 2010 ini dunia social media akan dipenuhi oleh karakter fiktif. Nggak masalah sih. Siapapun karakter itu, asalkan eksistensinya bisa memberikan sumbangan positif di ranah social media tidak akan menjadi masalah.

Hermawan Kartajaya,Waizly Darwin

KOMPAS

Thursday, December 3, 2009

Mengarungi Pasar Lewat Pendekatan Horisontal

Kamis, 3 Desember 2009 | 10:01 WIB

KOMPAS.com - Di artikel-artikel sebelumnya kami sudah membahas bahwa PDB (Positioning, Differentiation dan Branding) yang ‘vertikal’ itu sudah tidak cukup lagi. Harus dihorisontalkan menjadi Triple C! Positioning menjadi Clarification, Differentiation jadi Codification dan Brand jadi Character.

Setelah melihat satu per satu inisiatif-insiatif yang diambil oleh kedai kopinya Paman Howie yang bernama Starbucks untuk menerapkan prinsip New Wave, selanjutnya kita perlu melihat tepatnya bagaimanakah Triple C dari Starbucks, dalam hal ini bagaimana ia mengklarifikasikan apa gunanya Starbucks buat komunitas, bagaimana ia mengkodifikasikan DNA sesungguhnya yang betul-betul otentik, dan juga membangun karakternya yang sempat menghilang. Analisa Triple-C ini akan mengungkapkan bagaimana strategi Starbucks dalam menghadapi pasar, terutama di era horizontal ini.

Starbucks selalu mengklarifikasikan diri diri sebagai ”the third place for coffee” atau tempat ketiga untuk menikmati kopi, setelah rumah dan kantor. Dengan klarifikasi ini, Starbucks mencoba untuk jujur dengan menyatakan bahwa mereka tidak berkompetisi dengan kopi yang disajikan di rumah yang mungkin merupakan ritual keluarga ataupun dengan kopi di tempat kerja yang bagian dari suatu kebutuhan. Sehingga cukup jelas komunitas yang ingin diklarifikasi oleh Starbucks, yaitu kelompok sosial yang gemar berkumpul di luar kantor dan rumah.

Sedangkan DNA Starbucks terkodifikasi, berpusat pada ”The Starbucks Experience”. Inilah DNA code dari Starbucks yang tidak dapat ditiru dengan mudah oleh kompetitor karena terbentuk selama bertahun-tahun sejak perusahaan ini mulai dikelola oleh Paman Howie . Kodifikasi inilah yang menjadi kunci yang membedakan sampai mengakar antara Starbucks dan kompetitornya.

Starbucks memang sempat nyaris lupa diri dengan melupakan kodifikasinya ini. Setelah Paman Howie mengundurkan diri sebagai CEO pada tahun 2000, fokus perusahaan lebih diarahkan pada pertumbuhan dan diversifikasi usaha. Era pertumbuhan Starbucks yang dipimpin oleh Orin Smith dan Jim Donald ini memang membawa hasil yang signifikan. Jumlah outlet Starbucks di dunia mencapai puluhan ribu. Tapi pada era ini, sepertinya perusahaan melupakan fokusnya pada “The Starbucks Experience”.

Tanpa ada pembeda yang kuat antara Starbucks dan kompetitor-nya, perusahaan ini mengalami banyak ancaman. Dengan munculnya kopi premium dari McDonalds dan Dunkin Donuts, posisi Starbucks sebagai “the third place” tidak lagi solid. Saat pembeli melihat bahwa kualitas kopi yang ditawarkan kompetitor tidak jauh berbeda dengan Starbucks, pembeli kehilangan motivasi untuk membeli produknya yang memang dijual dengan harga premium itu. Starbucks saat itu seperti melupakan bahwa “The Starbucks Experience” adalah salah satu alasan utama para pembelinya mencintai kopi yang sering disebut over-priced itu.

Kodifikasi inilah yang akhirnya dibangkitkan kembali oleh Paman Howie saat dia memutuskan untuk kembali menjadi CEO perusahaan dan memecat Jim Donald pada awal 2008. Secara gamblang menyatakan bahwa Starbucks sudah menjadi “korporasi tak berjiwa” dan fokus utama dia adalah mengembalikan “The Starbucks Experience” dan menghentikan komoditisasi yang sedang terjadi terhadap brand yang dibesarkannya ini.

Karakter Starbucks memang mencerminkan apa yang menjadi ambisi dari Paman Howie, yaitu perusahaan yang berada pada keseimbangan antara profitability (keuntungan) dan benevolece (kedermawanan). Itulah mengapa aktivisme sosial sangat penting bagi perusahaan ini. Dan seperti telah dibahas dibahas sebelumnya, karakter ini

Sebuah kutipan dari Paman Howie mungkin bisa menyimpulkan tulisan studi kasus ini, sekaligus menunjukkan bagaimana pemipin Starbucks ini melihat perusahaannya di tengah kompetisi: “Kami tidak memiliki hak paten atas apa yang kami lakukan dan apa pun yang kami jalankan dapat ditiru oleh siapapun. Tapi mereka tidak mungkin bisa meniru jiwa dan hati nurani perusahaan.”


Hermawan Kartajaya,Waizly Darwin

KOMPAS

Harga Emas Naik 55 Persen

Kamis, 3 Desember 2009 | 06:27 WIB

LONDON, KOMPAS.com - Harga emas terus mencatatkan rekor baru, yakni seharga 1.216,75 dollar AS per ounce, setara dengan 28,3 gram, di London, Rabu (2/12). Dalam 12 bulan terakhir harga emas sudah naik sebesar 55 persen.

Pembelian emas oleh sejumlah bank sentral turut menjadi penyebab kenaikan harga emas. Bank Sentral India dikabarkan telah membeli emas sebagai salah satu alat penyimpanan cadangan devisa. Hal serupa juga dilakukan sejumlah bank sentral di Eropa dengan melepas sebagian cadangan devisa denominasi dollar AS, yang kursnya terus merosot dari waktu ke waktu. Pada hari Rabu (2/12) di London, kurs 1 euro setara dengan 1,51 dollar AS.

Lesunya perekonomian AS mengikis daya tahan dollar AS. Kurs sebuah mata uang berkorelasi dengan kekuatan ekonomi negara.

Pelemahan kurs dollar AS sendiri termasuk sebagai penyebab kenaikan harga emas. Pelemahan dollar AS, dalam beberapa tahun terakhir ini, selalu berdampak pada kenaikan harga komoditas, seperti minyak dan biji-bijian, sebagaimana terjadi dalam tiga tahun terakhir ini. Kali ini sasaran dari pelemahan dollar AS adalah emas, yang dianggap masih bisa didongkrak naik demi keuntungan.

Namun, kenaikan emas sudah dianggap mendekati batas tertinggi. ”Setelah melampaui angka 1.200 dollar AS per ounce, gerakan harga emas memasuki sebuah zona yang tidak jelas. Mungkin harga masih akan bisa naik, tetapi akan segera turun,” kata Andrey Kryuchenkov dari VTB Capital, London.

Pelarian yang aman

Namun, Ben Potter, analis dari IG Markets di Melbourne, Australia, Rabu, mengatakan, pasar kini sedang melakukan konsolidasi. Hal ini terjadi karena tidak menentunya pasar saham, kurs dollar AS, dan gamangnya pemulihan perekonomian global. Dalam kondisi seperti itu, emas pada umumnya dianggap sebagai tempat pelarian yang aman.

Krisis utang Dubai World, milik Uni Emirat Arab (pemilik Etihad Airways, bukan Al Ittihad Airways), juga turut menambah kegamangan pasar walau sudah mulai mereda.

Kenaikan atau penurunan harga emas didorong oleh kenaikan atau penurunan permintaan konsumen untuk perhiasan. Faktor pendorong harga emas yang lain adalah minat investor, termasuk para spekulan, untuk meraih untung.

Namun, dalam kondisi ekonomi melesu, bisnis perhiasan sedang anjlok drastis. Dengan demikian, kuat dugaan bahwa kenaikan harga emas lebih banyak terkait dengan serbuan investor di pasar komoditas.

Tindakan Barrick Gold, penghasil emas terbesar di dunia asal Kanada, juga turut menaikkan harga. Barrick mengurangi penjualan dengan harapan harga masih akan naik lagi sehingga untung lebih besar masih bisa didapat lagi dari kenaikan harga itu. (REUTERS/AFP/AP/MON)


Editor: jimbon

Sumber : Kompas Cetak

Wednesday, December 2, 2009

Manajemen Brand di Kedai Kopinya Paman Howie

Rabu, 2 Desember 2009 | 09:31 WIB

KOMPAS.com - Selain sebagai media promosi yang sangat efektif, percakapan (conversation) seperti dijelaskan sebelumnya juga turut membentuk terciptanya ekuitas merek. Dengan memastikan partisipasi aktif mereka dalam percakapan di berbagai social media, Starbucks dapat memanfaatkan munculnya topik dialog yang positif mengenai Starbucks, sebagai kesempatan untuk memperkuat image perusahaan di mata pelanggannya. Partisipasi dalam percakapan ini memungkinkan Starbucks semakin menekankan karakter merek yang menghorisontalkan diri.

Tapi bagaimana jika percakapan yang muncul justru bersifat negatif dan memojokkan Starbucks? Seperti dijelaskan sebelumnya, perusahaan tidak bisa sepenuhnya mengendalikan percakapan yang terjadi di komunitas, khususnya komunitas online. Sehingga munculnya percakapan yang dapat merugikan brand Starbucks tidak dapat dihindari. Keadaan seperti ini tentunya akan sangat berdampak negatif bagi perusahaan manapun, termasuk perusahaan sebesar Starbucks.

Inilah yang terjadi di awal 2009 saat muncul kampanye “Stop Starbucks”. Upaya aktivisme yang diluncurkan oleh Brave New Films ini bertujuan mengubah aturan anti-serikat pekerja yang diterapkan oleh Starbucks. Sebagai bagian dari gerakan ini, dimulailah suatu petisi online yang didukung oleh account di Twitter, Facebook, dan juga YouTube. Tampaknya kampanye ini berusaha menyaingi Starbucks di semua social media besar. Kelompok ini bahkan melakukan posting beberapa ide anti-Starbucks di www.mystarbucksidea.com

Namun apa yang terjadi? Jumlah pengikut Twitter mereka hanya sekitar 600, sangat jauh dari pengikut account Starbucks yang 800 kali lipat lebih banyak. Group site Stop SBUX di Facebook juga hanya memiliki sekitar 600 member, tidak ada artinya dibandingkan 5 juta fans Starbucks di situs tersebut. Ide yang diposting di www.mystarbucksidea.com juga lebih sering mendapatkan penilaian negatif daripada positif, sehingga tidak memiliki pengaruh sama sekali. Bahkan total nilai dari beberapa ide anti-Starbucks tersebut ada yang mencapai -70.

Jelas terlihat bahwa di sini Starbucks diselamatkan oleh penggemarnya. Komunitas loyal Starbucks tidak diam saja saat brand favorit mereka terancam. Para fans ini bertindak sebagai pembela saat ada ancaman dari luar. Starbucks tidak perlu mati-matian menjaga brandnya, ribuan bahkan jutaan orang akan melakukannya secara cuma-cuma. Mungkin brand manapun bisa mengakui kalau memiliki beberapa loyalis. Tapi banyaknya jumlah loyalis Starbucks harus diakui cukup mengesankan. Loyalis perusahaan ini mampu menjadikan gerakan anti Starbucks manapun seakan tak berdaya.

Kami melihat ada beberapa faktor yang memungkinkan ini terjadi pada Starbucks. Pertama, Starbucks menjaga otentisitas dan kejujuran dari pesan yang disampaikan. Sebagai contoh, perusahaan ini terus terang mengungkapkan siapa yang sebenarnya menjalankan account Twitter resmi Starbucks, yaitu seorang anak muda berusia 28 tahun yang bernama Brad Nelson. Ini memberikan ”wajah manusia” pada accountnya di Twitter.

Kedua, Starbucks selalu menjaga transparansi seluruh tindakannya. Hal ini ditunjukkan dalam pengelolaan My Starbucks Idea dimana proses pemberian ide, pemilihan, dan diskusi berlangsung secara terbuka dan tanpa intervensi terlalu banyak dari Starbucks.

Dua hal ini membentuk apa yang kami sebut sebagai karakter yang berkarisma. Sebuah karakter yang memiliki jiwa yang sangat otentik, tidak bisa ditiru karena DNA-nya yang jelas beda, mengakar sampai ke dalam-dalam isi atau ”the true self”. Dan jika karakter ini dipancarkan secara konsisten, makan akan terbentuk karisma dan aura yang kuat. Inilah yang terjadi pada Starbucks. Karisma dan aura yang dipancarkannya berhasil menarik loyalis yang demikian banyak dan bersedia secara sukarela untuk melindungi Starbucks dari serangan apapun.


Hermawan Kartajaya,Waizly Darwin

KOMPAS

Pertama dalam Sejarah! Emas Tembus 1.200 Dollar AS

Rabu, 2 Desember 2009 | 08:13 WIB

LONDON, KOMPAS.com — Harga emas mencapai rekor di atas 1.200 dollar AS per ounce untuk pertama kalinya pada Selasa (1/12) waktu setempat karena melemahnya mata uang AS mendorong permintaan untuk logam mulia yang dipandang sebagai investasi safe haven.

Emas mencapai sebuah rekor tertinggi 1.201,63 dollar per ounce di Pasar Emas London (London Bullion Market) pada 1639 GMT (23.39 WIB). Sebelum turun sedikit pada 1.199,65 dollar AS.

Sementara di New York Mercantile Exchange, harga emas pengiriman terkini ditutup pada 1.199,10 dollar AS per troy ounce, naik dibanding Senin di posisi 1.181,10 dollar AS.

Emas telah mencapai puncak tertinggi dalam sejarah selama beberapa hari dan minggu karena dollar AS merosot terhadap saingan utama euro dan yen. "Seperti biasa, minggu menyakitkan lain untuk mata uang AS melihat tertinggi baru untuk emas," kata analis komoditas VTB Capital, Andrey Kryuchenkov, Selasa.

Dalam beberapa pekan terakhir, emas telah memecahkan rekor didukung ketakutan inflasi dan meningkatnya langkah oleh bank sentral untuk mendiversifikasi aset dari greenback.

Logam mulia, dua penggerak pembeli utama perhiasan dan investasi, juga mendapatkan energi di iklim ekonomi yang tidak menentu dan ketakutan dari memuncaknya krisis utang Dubai. "Emas terus diuntungkan dari sebuah ’badai sempurna’ mata uang yang lemah, suku bunga minimal, kekhawatiran tentang inflasi, dan ketakutan tentang masa depan stabilitas keuangan," kata analis Capital Spreads Simon Denham.

"Tidak ada kekhawatiran ini tampak seperti akan pergi dalam waktu dekat dan sehingga berbaris berlangsung lebih tinggi."

Mata uang AS yang lebih lemah membuat emas lebih murah bagi pemegang mata uang saingan, merangsang permintaan terhadap logam, dan akhirnya mengangkat harga. Harga emas juga telah didorong lebih tinggi setelah pembelian emas IMF minggu lalu oleh bank sentral Sri Lanka.

Dana Moneter Internasional (IMF) mengumumkan telah menjual 10 ton emas kepada bank sentral Sri Lanka seharga 375 juta dollar AS sebagai bagian dari restrukturisasi sumber daya keuangan.

Rekor kenaikan juga datang setelah surat kabar minggu lalu melaporkan bahwa India mempertimbangkan pembelian lebih cadangan emas IMF. "Sentimen keseluruhan pada emas masih tetap bullish, juga didorong oleh rumor pekan lalu bahwa India sudah siap untuk membeli lebih banyak emas IMF, menurut sebuah artikel di Financial Chronicle India," kata analis Kryuchenkov.

Editor: Edj

Sumber : ANT,AP

KOMPAS

Tuesday, December 1, 2009

Manajemen Produk di Kedai Kopi Paman Howie

Selasa, 1 Desember 2009 | 09:05 WIB

KOMPAS.com - Dalam hal manajemen produk, kedai kopinya Paman Howie menunjukkan beberapa langkah menarik. Dengan meluncurkan inisiatif My Starbucks Idea, Starbucks mengajak para pelanggan setianya untuk bersama-sama menciptakan produk atau layanan baru. Co-creation ini memanfaatkan media Internet, dimana siapa saja yang mendaftarkan diri pada www.mystarbucksidea.com dapat berbagi ide apa saja yang dirasa dapat membantu perkembangan Starbucks. Para pengunjung website lalu diminta untuk mendiskusikan dan memilih ide yang paling baik. Selanjutnya, ide yang paling banyak dinilai positif oleh pengunjung lain, akan dipertimbangkan oleh manajemen Starbucks untuk direalisasikan.

Pada awalnya MyStarbucks Idea memang diremehkan dan dianggap sekedar gimmick promosi yang tidak benar-benar mendengarkan suara pelanggan. Namun ternyata yang terjadi sebaliknya. Di tahun pertama diluncurkannya, inisiatif ini mendapatkan lebih dari 70 ribu ide. Ide-ide yang paling populer bahkan bisa mendapatkan lebih dari seribu komentar. Kini, tidak banyak yang meragukan kemampuan situs ini untuk menciptakan komunitas online yang kuat bagi Starbucks.

Salah satu ide dari My Starbucks Idea yang menjadi produk nyata adalah ”splash stick”. Seorang pelanggan yang sering mengalami tumpahnya kopi melalui lubang kecil di tutup kemasan kopi, menyarankan adanya suatu cara untuk menutup lubang itu dengan semacam tangkai yang juga dapat digunakan untuk mengaduk kopi. Setelah berhasil mendapatkan 200 ribu vote dari pengunjung www.mystarbucksidea.com, Starbucks memutuskan untuk melakukan ujicoba dan meluncurkannya secara terbatas di beberapa toko pilihan. Dengan sambutan pelanggan yang sangat positif, Starbucks lalu meluncurkannya di seluruh toko di Amerika sejak April 2008.

Selain menghasilkan produk melalui proses co-creation bersama pelanggan, MyStarbucks Idea, membawa ’efek samping’ yang positif, yaitu menciptakan suatu wadah bagi terjadinya dialog, baik antar pelanggan satu dan lainnya maupun antara pelanggan dan perusahaan. Dengan terbukanya jalur komunikasi antara pelanggan dan perusahaan, Starbucks terhindar dari jebakan yang sering melanda perusahaan-perusahaan besar, yaitu menjadi out of touch dan kehilangan kontak terhadap aspirasi pelanggannya.

Starbucks memang menyadari berharganya komunikasi dengan pelanggan. Perusahaan ini tidak mau terlambat dalam merangkul berbagai online social media seperti Facebook, Twitter, dan YouTube. Kemampuan bertahan dari platform social media yang relatif baru ini sebenarnya belum teruji sepenuhnya. Bisa saja ketiga perusahaan itu hilang dalam waktu 3-4 tahun. Tapi Starbucks tidak mau kehilangan kesempatan melakukan conversation dengan pelanggannya, meskipun ini berarti harus terus berpindah pindah platform interaksi.

Di lain pihak, Starbucks mengakui bahwa conversation pelanggan itu tidak bisa dikendalikan. Apalagi yang terjadi di dunia maya, dengan tingkat pertumbuhan dan penyebaran yang sangat tinggi. Akan tetapi, jika Starbucks tidak mengambil peranan aktif dalam percakapan yang terjadi, resikonya adalah kehilangan kesempatan untuk menyapa pelanggan, dan, jika diperlukan, menjawab isu-isu negatif yang mungkin muncul.

Sebuah penelitian menemukan bahwa Starbucks adalah brand yang paling sering di sebut di Twitter, dengan jumlah penyebutan tiga kali lipat lebih tinggi dibandingkan urutan kedua, yaitu Google. Bahkan diperkirakan bahwa Starbucks disebut 10 kali tiap menitnya di situs microblogging ini. Itu berarti kira-kira setiap 6 detik ada seseorang yang melakukan posting di Twitter dengan menyebutkan kata Starbucks. Tentunya angka ini juga termasuk berbagai pesan negatif mengenai brand ini, tapi tak dapat dipungkiri betapa berharganya conversation seramai ini bagi suatu perusahaan.


Hermawan Kartajaya,Waizly Darwin

KOMPAS

Monday, November 30, 2009

Manajemen Pelanggan di Kedai Kopinya Paman Howie

Senin, 30 November 2009 | 09:15 WIB

KOMPAS.com - Ketika didesain sejak awal oleh Howard Schultz (Paman Howie), Starbucks memang sudah mengacu pada konsep komunitisasi. Dikatakan oleh orang-orang sebagai “tempat ketiga” untuk kita menikmati kopi setelah rumah dan kantor, Starbucks melihat dirinya sebagai tempat bersosialisasi di luar kehidupan keluarga dan juga kehidupan professional.

Di celah antara dua dunia inilah terletak komunitas sosial. Komunitas yang biasanya terbentuk atas identitas yang kolektif (contohnya dalam hal ini adalah kalangan professional), kesamaan minat (suka kopi atau sekedar ‘nongkrong’), kesamaan aspirasi dan tujuan (memiliki jiwa sosial untuk kehidupan masa depan yang lebih baik).

Sehingga kedai kopinya Paman Howie ini sadar betul bahwa pelanggan mereka datang tidak saja untuk mendapatkan produk yang dijual, tapi juga untuk menghabiskan waktu bersama komunitasnya. Sehingga sangat penting bagi mereka menciptakan “The Starbucks Experience” secara menyeluruh. Mulai dari sapaan saat memasuki ruangan dan mencium aroma kopi, hingga ambience yang mendukung saat pelanggan bersantai dan hang out bersama teman.

Perkembangan perusahaan ini dari hanya beberapa outlet saat Howard Schultz mengambil alih perusahaan ini tahun 1987, menjadi lebih dari 60 ribu outlet tahun 2003, menunjukkan Starbucks cukup jeli dalam menangkap dan memenuhi kebutuhan komunitas yang sudah ada ini, atau bisa disebut “by default”.

Dengan banyaknya pelanggan dari semua kedainya, Starbucks lalu menyadari bahwa para pembeli loyal ini dapat dirangkul dalam suatu wadan dan dibentuk sebagai suatu komunitas. Dengan membentuk komunitas penggemar Starbucks melalui berbagai online social media, perusahaan ini berhasil membentuk sebuah komunitas baru yang dibentuk oleh perusahaan, yang kami sebut sebagai “by design”. Kini, account Twitter mereka memiliki sekitar 500 ribu pengikut dan fan page Starbucks di Facebook memiliki lebih dari 5 juta anggota.

Dengan berhasilnya terbentuk komunitas “by default” dan “by design” ini terlihat bahwa Starbucks berhasil melakukan confirmation terhadap komunitas dengan menawarkan sesuatu yang benar-benar relevan dan sesuai dengan kebutuhan mereka. Tapi Starbucks juga sadar bahwa axiety and desire pelanggannya tidak sekedar terbatas pada apa yang terjadi dalam kedai kopi mereka. Akan tetapi mencakup keseluruhan hal yang mempengaruhi lingkungan sosial mereka. Oleh sebab itu, Starbucks merasa bahwa mereka juga perlu terus menunjukkan klarifikasi positioning Starbucks melalui berbagai inisiatif yang menganggapi isu-isu penting dunia, seperti sustainability, social responsibility, dan fair trade.

Sehingga komitmen pada aktivisme sosial dan lingkungan adalah salah satu bagian inti dari brand Starbucks. Dari berbagai program social responsibility yang diluncurkannya, salah satu yang paling menarik adalah “Starbucks Earthwatch Contest”. Dalam kontes ini, Starbucks meminta para pelanggannya untuk menulis essay tentang ”How would you change the world”. Hadiah bagi pemenangnya bukan berupa barang ataupun uang, tapi mendapatkan kesempatan untuk mengikuti suatu ekspedisi ke Costa Rica untuk bekerja sama dengan suatu koperasi petani kopi di sana dan membantu mendorong diimplementasikannya prinsip prinsip pertanian yang lebih sustainable.


Hermawan Kartajaya,Waizly Darwin

KOMPAS

Sunday, November 29, 2009

Cerita Tentang Kedai Kopinya Paman Howie

Minggu, 29 November 2009 | 13:06 WIB

KOMPAS.com - Anda yang jeli melihat tulisan kami sebelumnya tentu menyadari bahwa sudah beberapa kali kami menggunakan Starbucks sebagai contoh penerapan new wave marketing. Saat menjelaskan codification, kami melihat bagaimana Starbucks mengidentifikasi aspek darinya yang betul-betul berbeda sampai ke tingkat DNA, sehingga mampu membuat produk yang benar-benar sangat personal. Lalu kami juga membahas bagaimana Howard Schlutz (yang dikenal dengan sebutan Paman Howie) berupaya mengembalikan “the Starbucks experience” melalui caring.

Seringnya kami membahas perusahaan ini, bukan berarti bahwa Starbucks adalah contoh sempurna penerapan New Wave. Masih sering kita dengar berita tentang “dosa-dosa” Starbucks seperti kasus pemecatan karyawan karena ’ngeblog’, dan juga kontroversi terhada pergantian loyalty program yang dinilai merugikan pelanggan paling setia.

Salah satu pembaca di kolom ini di Kompas.com bahkan ada yang kesal mendapati pengalaman buruk di Starbucks dengan mengatakan: ”Saya pernah membeli kopi "Starbucks " di daerah Indianapolis - USA, mungkin karena mereka melihat kulit saya coklat lalu mereka risih melayani saya. Karena saya merasa " customer " yang merasa diperlakukan tidak baik lalu saya lemparkan kopi itu ke arah counter mereka dan mereka merasa terkejut sekali. Karena mereka merasa bersalah atas kejadian tersebut mereka menawarkan kopi gratis kepada saya tapi saya tolak lalu saya telpon "Headquater " di Seattle, tidak lama kemudian tokonya ditutup, rugi!”

Satu yang kami ingin angkat adalah bagaimana sebuah perusahaan ingin berubah dengan melakukan rangkaian inisiatif dan program untuk menunjukkan bahwa mereka mengerti bahwa dunia telah berubah menjadi horizontal, dan terus menerus mencoba belajar untuk beradaptasi dalam landskap yang baru ini. Hal inilah yang patut dipelajari oleh perusahaan lain, oleh sebab itu kami menjadikannya sebagai salah satu studi kasus besar tentang new wave marketing dalam tulisan ini.

Pertama-tama kami akan melihat bagaimana ia melakukan inisiatif manajemen konsumennya yang baru di era New Wave ini. Tentunya ini dilihat dari praktek komunitisasi seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Kedua, kita akan lihat bagaimana ia melakukan manajemen produk yang berbasiskan co-creation. Dan ketiga, kita akan juga melihat bagaimana ia melakukan manajemen brand-nya yang mengacu pada pengembalian karakter dan roh-nya yang sempat hilang.

Bagaimana Paman Howie mencoba membawa kembali kinerja kedai kopinya seperti jaman kejayaannya dulu memang merupakan langkah yang sangat berani. Kenapa? Karena memang butuh keberanian dan dedikasi yang sangat tinggi untuk merubah dan merobohkan mental dan paradigma praktek pemasarannya yang lama.

Berbagai hal yang dilakukan oleh Paman Howie yang mengambil alih lagi posisi CEO akibat buruknya prestasi penerusnya memang dalam rangka menghorisontalkan kedai kopinya, seperti yang tercermin di level strategi dan dan juga di lapangan. Di level taktikal, banyak yang kita dapat lihat di dalam berbagai inisiatif seperti kampanye "The Way I See It", "Nutrition by the Cup", ”mystarbucksidea”, ”Earth Contest” dan lain sebagainya.

Studi kasus ini sekiranya menunjukkan bahwa tidak perlu terlalu rumit untuk menerapkan praktik New Wave Marketing, asalkan ada kemauan yang jelas dari level atas. Asalkan pula mau merobohkan mental praktek lama yang vertikal. Satu juga yang penting adalah gagasan-gagasan kreatif dan keberanian untuk menerapkannya dalam praktik sehari-hari.


Hermawan Kartajaya,Waizly Darwin

KOMPAS