BLOGSPOT atas

Sunday, November 30, 2008

"Beternak" Uang di Bank

Minggu, 30 November 2008 | 02:02 WIB

Elvyn G Masassya/Praktisi Keuangan

Seandainya sebuah bank kalah kliring dan itu terjadi di saat lembaga penjamin simpanan atau LPS belum ada, bisa dipastikan pemilik dana akan berbondong-bondong menarik dana mereka. Tetapi, kini pemerintah melalui LPS menjamin dana masyarakat hingga Rp 2 miliar.

Namun, lepas dari itu, di hati pemilik dana tetap saja ada rasa was-was, apakah menyimpan dana di bank masih aman, bagaimana jika dana lebih besar dari Rp 2 miliar, perlukah memindahkan dana ke luar negeri atau ke bank asing?

Bank, hakikatnya lembaga perantara yang meminjam dana dari masyarakat yang ”kelebihan” uang dan meminjamkan kembali kepada yang ”kekurangan” uang.

Kepada masyarakat yang menyimpan dana, bank memberi imbalan bunga dan kepada yang meminjam dikenakan biaya bunga. Selisih dari bunga pinjaman dan bunga dana merupakan hak bank yang dipakai menutup biaya operasional dan sisanya menjadi laba.

Di sisi lain, bank juga memberi kemudahan melakukan transaksi pembayaran antara satu pihak dan pihak lain. Dengan fungsi seperti itu, bank berperan sangat signifikan terhadap pergerakan ekonomi. Di sisi lain, eksistensi bank juga dipengaruhi kondisi perekonomian. Jadi, seperti hubungan timbal balik yang saling memberi pengaruh dan ketergantungan.

Contoh konkret ketergantungan dan saling pengaruh terhadap perekonomian bisa dilihat ketika dunia dilanda krisis keuangan global. Khusus bagi Indonesia, kondisi kurang baik itu direspons dengan formula berbeda dari negara lain.

Di negara lain suku bunga diturunkan ke tingkat sangat rendah agar sektor riil tetap meminta kredit bank dan ujungnya memompa permintaan masyarakat. Alasannya, di negara tersebut, termasuk Amerika Serikat, ekonomi mengarah ke deflasi, yaitu kondisi di mana inflasi minus akibat rendahnya daya beli.

Di Indonesia, tingkat bunga malah dinaikkan. Dasar pemikirannya mencegah inflasi dan jatuhnya nilai tukar rupiah. Akibatnya, suku bunga bank juga akan tinggi.

Bagi pemilik dana, ini tentu menguntungkan karena imbal hasil dana di bank akan cukup besar. Tetapi, bagi para peminjam, suku bunga tinggi jelas menjadi beban.

Lantas apa hubungannya dengan urusan ”beternak” uang di bank? Jelas ada. Pertanyaan paling awal, ”apakah menyimpan uang di bank masih aman”, dapat dikaitkan dengan tingkat bunga bank.

Jika sebuah bank menawarkan bunga jauh di atas bank-bank lain, maka Anda perlu ”curiga”. Apalagi, kalau bank itu berani menawarkan bunga di atas tingkat bunga penjaminan. Paling tidak itu merupakan indikasi bank tersebut tengah dalam guncangan likuiditas.

Lalu, kenapa terjadi masalah likuiditas? Di dalam konsep pengelolaan bank, ada formula asset liability management. Dengan formula ini, pengelola bank mesti mampu mengatur kondisi aset dikaitkan dengan kewajiban kepada pemilik dana. Termasuk, misalnya, kalau dana yang dihimpun bersifat jangka pendek, maka kredit yang diberikan juga mesti jangka pendek.

Kredit yang diberikan juga mesti lancar atau bisa dibayar kembali. Kalau macet, maka bank juga akan mengalami masalah di sisi kewajiban karena sumber untuk mengembalikan dana pihak ketiga menyangkut di debitor.

Dengan kondisi ini, bank juga bisa mengalami persoalan dana tunai (cash flow) dan kemudian berujung pada masalah likuiditas. Kondisi seperti itulah yang konon dialami sebuah bank yang saat ini berada dalam naungan LPS. Bank tersebut ditengarai memiliki aset berbentuk surat berharga senilai ratusan juta dollar dan tiba-tiba kreditornya tidak mampu membayar kembali ketika surat utang itu jatuh tempo.

Risiko bank

Mungkin Anda berpikir menyimpan dana di bank bisa sangat berisiko. Tidak juga. Benar, kondisi dan kinerja bank dipengaruhi kondisi perekonomian. Tetapi, yang jauh lebih penting adalah siapa pengelola dan pemilik bank dimaksud. Bagaimana hubungan antara pengelolaan dan kepentingan pemilik.

Konkretnya, dari 130-an bank yang beroperasi di Indonesia, sebagian besar berada dalam kinerja yang baik dan dikelola profesional. Bahkan kalau mau jeli, sebenarnya 85 persen pangsa pasar perbankan nasional hanya dikuasai 15 bank.

Jadi, jika Anda meyakini pengelola bank pilihan Anda adalah profesional, maka kendati tidak ada LPS, dana yang Anda simpan akan tetap aman dan bahkan bisa memberikan hasil yang bagus. Kok bisa?

Bisa jika bank mampu melakukan efisiensi sehingga selisih antara biaya dana dan bunga kredit tidak terlalu besar.

Bagaimana melihatnya? Cermati rasio keuangan bank tersebut. Kalau tingkat bunga kreditnya tidak terlalu tinggi, tingkat bunga dananya juga moderat, tetapi ROA (perbandingan antara laba dan aset) dan ROE (perbandingan antara laba dan modal) tinggi, maka bank tersebut tergolong layak dipilih.

Kesimpulannya, menempatkan dana di bank tetap merupakan salah satu pilihan investasi. Tinggal lagi, bagaimana memilih bank yang benar. Belum tentu bank-bank yang dimiliki asing lebih baik dari bank lokal, apalagi kalau bank asing itu tidak jelas reputasinya. Oleh karena itu, memahami siapa yang memiliki bank juga merupakan aspek kritis yang perlu dicermati.

Singkatnya, yang jauh lebih penting adalah siapa yang mengelola bank dan siapa pemilik bank tersebut. Jika Anda jitu mencermati hal tersebut, maka bukan saja simpanan di bank akan aman, tetapi juga Anda akan memperoleh pelayanan memuaskan dan imbal hasil menggairahkan. ***

Kompas

[Bagian 91 dari 100] New Wave Marketing: Changi: The Destination Airport

Minggu, 30 November 2008 | 05:26 WIB

ANDA sudah pernah keliling-keliling Bandara Changi? Kalau belum, saya sarankan kalau kebetulan Anda pergi ke Singapura, coba luangkan waktu untuk jalan-jalan di situ. Bandara Changi ini buat saya bukan sekadar bandara, namun lebih mirip sebuah kawasan wisata.

Dari dalam kota Singapura, ke bandara ini paling enak naik mass rapid transit (MRT). Murah, cepat, dan nyaman. Lalu, begitu sampai di stasiun MRT Changi, Anda tinggal naik eskalator yang cukup tinggi ke Terminal 2 (T2). Nah, penjelajahan Anda bisa dimulai. Dari sini Anda bisa keliling-keliling T2, Terminal 1 (T1) atau Terminal 3 (T3).

Baiklah, kita ke T3 yang umurnya belum segenap setahun. T3 ini dibuka pada 9 Januari 2008 yang ditandai dengan kedatangan pesawat Singapore Airlines dari San Francisco, Amerika. Dari T2 atau T1, Anda bisa menuju ke T3 ini dengan menggunakan Skytrain yang beroperasi dari jam 5 pagi sampai jam setengah tiga dini hari.

bersambung...

Hermawan Kartajaya

Kompas

Saturday, November 29, 2008

[Bagian 90 dari 100] New Wave Marketing: It's not Service anymore, It's Caring!

Sabtu, 29 November 2008 | 12:47 WIB

Services dominate the expanding world economy as never before, and nothing stands still. Itulah yang dikatakan kedua sahabat saya, almarhum Prof. Christopher Lovelock dan Prof. Jochen Wirtz. Mereka berdua menekankan pentingnya peranan servis dalam dunia bisnis saat ini.

Ya, Servis inilah yang merupakan elemen kedua dari Value Pemasaran untuk memenangkan heart share, selain merek dan proses. Yang dimaksud servis ini bukan sekadar layanan purna-jual (after-sales service), layanan pra-jual (before-sales service), atau layanan saat-jual (during-sales service). Servis juga bukan sekadar bicara soal nomor bebas pulsa bagi pelanggan, soal maintenance, atausoal customer service.

Bagi saya, Servis adalah value enhancer dari sebuah perusahaan. Servis adalah paradigma perusahaan untuk menciptakan sebuah value abadi bagi pelanggan melalui produk (“p” kecil) dan servis (“s” kecil). Jadi, Servis di sini mengacu kepada Servis dengan “S” besar, bukan “s” kecil. Inilah jawaban dari pertanyaan Peter Drucker, sang begawan manajemen, “What business are you really in?”. Satu-satunya jawaban dari pertanyaan tersebut adalah, “We are in Service Business!” Jadi, hanya ada satu kategori bisnis, yaitu Bisnis Servis.

bersambung...

Hermawan Kartajaya

Kompas

Friday, November 28, 2008

[Bagian 89 dari 100] New Wave Marketing: "Face/Off": When John Travolta Becomes Nicolas Cage

Jumat, 28 November 2008 | 07:17 WIB

Sudah pernah nonton film “Face/Off”?

Kalau belum, saya ceritakan sedikit soal film ini.

Film yang dibintangi oleh John Travolta dan Nicolas Cage ini berkisah tentang seorang agen FBI yang mencoba menghentikan upaya teroris untuk meledakkan bom biologis di Los Angeles. Pimpinan teroris ini bisa tertangkap, namun kondisinya dalam keadaan koma, sehingga FBI tidak bisa mendapatkan informasi tentang lokasi bom.

Maka, untuk mendapatkan informasi tentang lokasi bom ini, si agen FBI menyamar sebagai pimpinan teroris yang sedang koma tadi. Tujuannya untuk mendapatkan informasi dari saudara atau rekan-rekan teroris tadi, di mana letak bomnya.

Untuk penyamaran ini, si agen FBI melakukan operasi pada wajah dan suaranya sehingga sama persis dengan wajah dan suara si pimpinan teroris. Celakanya, pimpinan teroris tadi kemudian siuman dari komanya dan mengetahui apa yang terjadi. Maka, pimpinan teroris itu pun melakukan operasi pada wajah dan suaranya sehingga menjadi benar-benar mirip dengan si agen FBI.

bersambung...

Hermawan Kartajaya

Kompas

Thursday, November 27, 2008

Perbankan Syariah Melaju Melintasi Guncangan, Memperkuat Stabilitas Sistem Keuangan Nasional (disadur dari Republika Online)

By Ramzi A. Zuhdi, Direktur Direktorat Perbankan Syariah, Bank Indonesia
Kamis, 27 November 2008 pukul 09:30:00

Tanya:
Bagaimana kondisi perbankan syariah di Indonesia di tengah krisis keuangan global yang sedang terjadi saat ini? Dan bagaimana prospeknya di tahun 2009 yang akan datang?

Jawab:
Sebagai sebuah negara yang perekonomiannya terbuka, Indonesia tak luput dari imbas dinamika pasar keuangan global. Termasuk pula imbas dari krisis keuangan yang berawal dari Amerika Serikat, yang menerpa negara-negara lainnya, dan kemudian meluas menjadi krisis ekonomi secara global yang dirasakan sejak semester kedua tahun 2008. International Monetary Fund (IMF) memperkirakan terjadinya perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia dari 3,9% pada 2008 menjadi 3% pada tahun 2009. Perlambatan ini tentu saja pada gilirannya akan mempengaruhi kinerja ekspor nasional, yang pada akhirnya berdampak kepada laju pertumbuhan ekonomi nasional.

Kemudian bagaimana dampak guncangan sistem keuangan global ini terhadap industri perbankan syariah di Indonesia? Eskposure pembiayaan perbankan syariah yang masih lebih diarahkan kepada aktivitas perekonomian domestik, sehingga belum memiliki tingkat integrasi yang tinggi dengan sistem keuangan global dan belum memiliki tingkat sofistikasi transaksi yang tinggi; adalah dua faktor yang dinilai telah ''menyelamatkan'' bank syariah dari dampak langsung guncangan sistem keuangan global. Terbukti, selama tahun 2008 jaringan pelayanan bank syariah terus mengalami penambahan sebanyak 130 kantor cabang. Sehingga saat ini sudah ada 1.440 kantor cabang bank konvensional yang memiliki layanan syariah. Secara geografis, penyebaran jaringan kantor perbankan syariah saat ini telah menjangkau masyarakat di lebih dari 89 kabupaten/kota di 33 propinsi. Jumlah BUS (Bank Umum Syariah) bertambah, sehingga sampai Oktober 2008 menjadi berjumlah lima BUS.

Kinerja pertumbuhan pembiayaan bank syariah tetap tinggi sampai akhir tahun 2008 dengan kinerja pembiayaan yang baik (NPF, Net Performing Financing di bawah 5%). Penyaluran pembiayaan oleh perbankan syariah selama tahun 2008 secara konsisten terus mengalami peningkatan dengan pertumbuhan sebesar 17,6% dari triwulan ketiga tahun 2007 atau menjadi 42,9% pada triwulan ketiga tahun 2008. Sementara itu, nilai pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan syariah mencapai Rp.37,7 triliun. Sekali lagi industri perbankan syariah menunjukkan ketangguhannya sebagai salah satu pilar penyokong stabilitas sistem keuangan nasional. Dengan kinerja pertumbuhan industri yang mencapai rata-rata 60% sejak dikembangkannya pada tahun 1992, perbankan syariah di Indonesia diperkirakan tetap akan mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi pada tahun 2009.

Untuk tahun 2009 yang akan datang, perbankan syariah nasional diperkirakan masih akan berada dalam fase high-growth-nya. Optimisme tersebut didasarkan kepada asumsi, bahwa faktor-faktor yang mempercepat pertumbuhan industri perbankan syariah akan dapat dipenuhi, antara lain: realisasi konversi beberapa UUS (Unit Usaha Syariah) menjadi BUS (Bank Umum Syariah), implementasi UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah sebagai kepastian hukum berhasil mendorong peningkatan kapasitas bank-bank syariah; implementasi UU No. 19 Tahun 2008 tentang SBSN mampu memberikan semangat industri untuk meningkatkan kinerjanya, dukungan dari Amandemen UU Perpajakan sebagai kepastian hukum berhasil mendorong peningkatan kapasitas bank-bank syariah melalui peran investor asing, iklim dunia usaha yang tetap kondusif di tengah aktivitas Pemilu, meningkatnya pemahaman masyarakat dan preferensi untuk menggunakan produk dan jasa bank syariah, serta realisasi penerbitan Corporate SUKUK oleh bank syariah untuk memperkuat base capital perbankan syariah.

Dengan positioning khas perbankan syariah sebagai ''lebih dari sekedar bank'' (beyond banking), yaitu perbankan yang menyediakan produk dan jasa keuangan yang lebih beragam serta didukung oleh skema keuangan yang lebih bervariasi, kita yakin bahwa di masa-masa mendatang akan semakin tinggi minat masyarakat Indonesia untuk menggunakan bank syariah. Dan pada gilirannya hal tersebut akan meningkatkan signifikansi peran bank syariah dalam mendukung stabilitas sistem keuangan nasional, bersama-sama secara sinergis dengan bank konvensional dalam kerangka Dual Banking System (sistem perbankan ganda) Arsitektur Perbankan Indonesia (API).

Republika Online

Iklan di Media "Online" Bakal Tumbuh 23 Persen

Kamis, 27 November 2008 | 13:45 WIB

SANUR, KAMIS — Peluang besar terbuka lebar bagi media online dunia. Tak terkecuali Indonesia. Berdasarkan data yang dirilis Zenith Optimedia, iklan internet dunia diprediksi bakal bertumbuh 23 persen per tahunnya pada kurun 2007 hingga 2010.

Dari data yang sama, dapat diketahui pula, nantinya hanya iklan luar ruangan atau outdoor yang akan mengalami kenaikan pangsa pasar dalam pemasangan iklan. Sementara itu, media lain, seperti surat kabar, majalah, televisi, dan radio mengalami penurunan. "Penurunan terparah bakal dialami oleh surat kabar," kata Handhi S Kentjono, CEO MNC Sky Vision, pada acara seminar nasional bertajuk "New Media: Akhir Media Konvensional?" yang berlangsung hari ini di Sanur Beach, Bali.

Handhi mengatakan, hal tersebut bukan tanpa alasan. Pasalnya, jumlah pengguna internet dunia dalam delapan tahun terakhir melonjak tajam, 305 persen. Catatan saja, pada tahun 2000, jumlah pengguna internet dunia hanya sekitar 360,9 juta. Namun, tahun ini jumlahnya sudah mencapai 1,4 miliar orang.

Di Indonesia sendiri dalam kurun waktu yang sama terjadi kenaikan jumlah pengguna internet sebesar 145 persen dari 1,9 juta menjadi 27,5 juta.

Selain alasan tadi, ada juga beberapa faktor lain yang menyebabkan besarnya peluang pasar internet. "Saat ini ada konvergensi konsumen. Mereka dapat memilih media seperti apa yang ingin mereka konsumsi kapan pun dan di mana pun. Pilihannya ya jatuh pada internet," tuturnya.

Hal ini dibenarkan oleh Agung Adiprasetyo, CEO Kelompok Kompas Gramedia. Agung menambahkan, internet juga memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan media lain. Beberapa di antaranya target audience yang luas, segmen audience yang beragam, hingga dapat diakses seharian penuh.

Nah, adanya faktor-faktor tadi membuat peluang iklan di internet terbuka lebar. Tinggal bagaimana seseorang melihat potensi itu dan memanfaatkannya dengan baik.

Kompas

[Bagian 88 dari 100] New Wave Marketing: "Citizens" or "Criminals"?: The BBC World Case

Kamis, 27 November 2008 | 07:22 WIB

“Citizens” atau “Criminals”? Itulah kalimat yang tertera pada sebuah billboard di kawasan Times Square, New York, Amerika pada pertengahan 2007 lalu. Di tengah-tengah billboard itu ada gambar sekelompok pemuda imigran ilegal dari Meksiko yang sedang berhadapan dengan sejumlah polisi.

Rupanya ini adalah billboard dari BBC World yang dipasang sebagai bagian dari kampanyenya di Amerika. Billboard ini memang cukup unik karena melibatkan orang yang melihat billboard ini untuk menentukan, apa makna gambar tadi bagi mereka.

Jadi, kalau para pemuda Meksiko tadi dianggap sebagai warganegara, audiens billboard ini bisa mengirim SMS dengan angka “01” ke nomor 47647. Sementara kalau dianggap kriminal, SMS yang dikirim angkanya “02”. Di billboard tadi juga ada display digital yang menunjukkan berapa banyak suara (vote) yang masuk untuk masing-masing pilihan secara real time.

bersambung...

Hermawan Kartajaya

Kompas

Mereka Bicara Prospek Pasar Modal 2009

Selasa, 25 November 2008 | 15:57 WIB

Apa dan bagaimana prospek investasi di pasar modal Indonesia tahun 2009 di tengah krisis global yang masih berlangsung dan memengaruhi juga Indonesia? Berikut komentar empat pengamat dan praktisi pasar modal.

Habis Gelap Terbitlah Terang

Felix Sindhunata

Felix Sindhunata yakin setiap kejatuhan bursa selalu dipicu kepanikan dan irasional pasar. Namun, seiring berjalannya waktu, kepanikan itu akan memudar dan pelaku pasar akan mulai beralih ke faktor fundamental sebagai dasar untuk menilai prospek suatu saham. Ia percaya, pepatah ”habis gelap terbitlah terang” berlaku di pasar modal mana pun di seluruh dunia. Hanya saja, tidak satu analis pun mampu memprediksi titik balik pasar secara akurat.

Felix, yang saat ini bekerja di Deloitte Konsultan Indonesia, melihat industri pertambangan batu bara berprospek paling baik dalam beberapa tahun ke depan. Terlepas dari potensi mundurnya target waktu penyelesaian pembangkit listrik dalam crash program 10.000 megawatt, permintaan batu bara diperkirakan tetap tinggi dalam beberapa tahun mendatang. Di sisi lain, pemerintah juga dilihat akan merealisasikan crash program ini sebagai prasyarat dasar untuk konsistensi pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Pembangkit listrik tenaga uap yang selesai dibangun akan konsisten membutuhkan batu bara selama beroperasi.

Menurut Data Monitor, lanjut Felix, volume pasar batu bara Asia tahun 2012 akan mencapai 5,7 miliar ton, tumbuh 62,4 persen dari tahun 2007. Pertumbuhan permintaan batu bara oleh PLTU tumbuh dari 15,2 juta ton pada tahun 2003 menjadi 31,4 juta ton tahun 2007. Dalam dua hingga tiga tahun ke depan diperkirakan 50 juta ton batu bara dibutuhkan untuk PLTU yang dioperasikan PLN. Pembangkit listrik swasta diperkirakan membutuhkan 46 juta ton batu bara. Kebutuhan listrik Jawa-Bali dari tahun 2008 hingga 2015 diperkirakan tumbuh rata-rata 9,6 persen per tahun, sedangkan di luar Jawa Bali tumbuh 17,3 persen per tahun. ”Berdasarkan data ini kita dapat melihat seberapa besar prospek industri pertambangan batu bara di Tanah Air,” kata Felix.

Dalam kondisi seperti saat ini, Felix mengatakan, penting bagi investor untuk memiliki fleksibilitas dalam jangka waktu investasi, rasionalitas investasi yang baik dengan selalu melihat sektor industri yang prospeknya baik, serta kejelian memilih saham berfundamental baik. Hal penting yang juga harus diingat, semua investasi pasti mengandung risiko sehingga jangan menggunakan dana-dana untuk kebutuhan jangka pendek, seperti dana pernikahan dan sekolah anak-anak untuk berinvestasi. (Pandangan ini merupakan pendapat pribadi)

Sebuah Potensi Raksasa

Poltak Hotradero

Tidak ada segmen ekonomi Indonesia yang memiliki terpaan global paling luas selain pasar modal,” kata Poltak Hotradero, Kepala Riset Recapital Securities. membuka pandangannya. Dia melihat, ekonomi riil yang terpuruk dibumbui rentetan ledakan bom dari tahun 2002-2005 tetap tak mampu mencegah harga saham menguat. Namun, saat ekonomi global terpuruk, sementara ekonomi Indonesia mencapai tingkat pertumbuhan terbaik sejak krisis, indeks harga saham gabungan (IHSG) justru terpuruk.

Prognosis inilah dijadikan Poltak sebagai landasan meninjau prospek pasar modal tahun 2009. Menurut dia, perlambatan ekonomi global akan menyeret turun volume arus modal dunia. Turut pula terpengaruh kebutuhan bahan mentah, baik hasil tambang maupun perkebunan, yang dalam lima tahun terakhir ini menjadi andalan bursa saham. Pada tahun 2009, pasar modal akan mengalami proses ”normalisasi” pertumbuhan dan valuasi.

Beberapa sektor yang sedemikian lekat dan menjadi refleksi ekonomi Indonesia di mata investor global, di antaranya sektor infrastruktur, perbankan, dan produk konsumer. Infrastruktur akan dirangsang tumbuh lewat peningkatan belanja pemerintah pascaturunnya harga minyak bumi dan menciutnya pos subsidi.

Di sub-sektor telekomunikasi akan terjadi konsolidasi bisnis. Pemain lemah akan dipaksa merger atau diakuisisi demi efisiensi kinerja modal. Jumlah pemain akan berkurang, tetapi kue masih akan terus membesar di sub-sektor ini.

Di sektor perbankan, pertumbuhan kredit akan menurun tajam memengaruhi pertumbuhan laba. Namun, exposure terbatas perbankan atas produk keuangan beracun dari luar, dibarengi tingginya potensi pertumbuhan organik (volume kredit di Indonesia baru 25 persen PDB) dan posisi permodalan bank yang lebih baik, akan membuat sektor ini tetap menarik bagi investor global.

Sektor produk konsumer akan menjadi strategi ”hedging” terakhir bila kedua sektor tadi terganggu. Dalam kasus perlambatan akut, investor global tentu tidak melupakan bahwa dua pertiga ekonomi Indonesia adalah konsumsi dan konsumsi primer tetap jadi prioritas bagi 230 juta lebih penduduk Indonesia. ”Sebuah potensi raksasa,” kata Poltak.

Defensif

Robert Nayoan

Analis ini memperkirakan arah pergerakan indeks saham di Bursa Efek Indonesia tahun 2009 akan berada pada fase konsolidasi. Strategi investasi paling baik adalah investasi pada sektor yang cenderung defensif, memiliki fundamental baik, termasuk dalam kategori income stock yang konsisten membagikan dividen, serta sektor-sektor yang memiliki beta sama dengan atau lebih kecil dari satu. Sektor-sektor yang dinilai memenuhi persyaratan itu, antara lain, sektor telekomunikasi, infrastruktur, dan barang konsumsi.

Menurut pengamat pasar modal ini, tiga faktor yang memengaruhi pergerakan indeks harga saham di BEI akan berada dalam tahap konsolidasi, yaitu pergerakan indeks saham di bursa Amerika Serikat dan regional, tingkat suku bunga Bank Indonesia, serta harga komoditas. Pada tahun 2009, sikap pesimistis investor global terhadap krisis keuangan di AS masih akan mendominasi pergerakan indeks di seluruh dunia. Namun, karena level penurunannya sudah sangat dalam, diperkirakan indeks global dan regional akan berada pada fase konsolidasi atau cenderung bergerak sideways (datar). Tingginya ketergantungan pasar modal Indonesia terhadap bursa global dan regional mengakibatkan fase konsolidasi juga akan mewarnai pergerakan saham dalam negeri.

Mengenai tingkat suku bunga, Robert Nayoan, Fund Manager PT Brahma Capital, memperkirakan BI akan memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga acuan. Ruang itu terbuka karena tingkat inflasi dalam negeri tahun 2009 akan terkendali menyusul turunnya harga berbagai komoditas. Selain inflasi yang terkendali, tren penurunan suku bunga BI juga didukung tren penurunan suku bunga acuan global. Tren ini selanjutnya akan menggerakkan sektor riil serta menjadi sentimen positif bagi pergerakan IHSG.

Terkait dengan komoditas, Robert melihat profitabilitas emiten sektor komoditas tahun depan akan menurun seiring penurunan harga komoditas belakangan ini. Di sisi lain, penurunan harga komoditas masih dapat terimbangi dengan tingginya permintaan akan produk-produk komoditas. Laba emiten sektor komoditas (pertambangan dan perkebunan) diperkirakan masih tumbuh, tetapi tak sedahsyat pertumbuhan laba tahun-tahun sebelum krisis atau sebelum terjadi penurunan harga komoditas. (Pandangan ini merupakan pendapat pribadi)

Infrastruktur sebagai Kekuatan

Pardomuan Sihombing

Secara spesifik, analis ini tidak merekomendasikan saham sektor apa yang paling menarik tahun 2009. Dia lebih banyak menyoroti langkah-langkah antisipasi yang harus dilakukan pemerintah untuk mengurangi dampak krisis di Amerika Serikat terhadap perekonomian Indonesia.

Krisis yang terjadi di AS, katanya, akan berdampak pada perlambatan ekonomi dunia. Selanjutnya akan menekan ekspor Indonesia yang dapat berdampak pada penurunan kinerja ekonomi dalam negeri secara keseluruhan. Untuk itu, pemerintah harus mengantisipasinya dengan membuat kebijakan-kebijakan yang menstimulus pertumbuhan ekonomi.

Salah satunya adalah investasi pada infrastruktur. Berkaca dari pengalaman negara berkembang yang menjadi maju karena pembangunan berbagai proyek infrastruktur, seperti pembangunan jalan, listrik, telekomunikasi, dan lainnya. Pembangunan infrastruktur ini, kata Kepala Riset Paramitra Alfa SekuritasPardomuan Sihombing, akan berdampak sangat luas, seperti masuknya investasi asing, mengurangi beban masyarakat dan perusahaan, menyerap tenaga kerja, dan memberikan multiplier efek bagi berbagai macam industri, seperti semen, baja, dan otomotif. Yang lebih penting dari itu adalah menjaga daya beli masyarakat.

Mengapa? Ketika masyarakat tidak punya daya beli, perusahaan tidak hidup dan ekonomi tidak berjalan. Untuk menjaga daya beli masyarakat itulah pemerintah harus segera merealisasi proyek-proyek infrastruktur yang sudah lama ditunda. Ini juga perlu karena, di sisi lain, kita tidak bisa berharap banyak terhadap pasar global.

”Saham-saham yang berkaitan dengan sektor infrastruktur tentu menarik bila pemerintah juga melihat bahwa suplemen yang kita butuhkan untuk bertahan dan bangkit dari situasi saat ini adalah pembangunan infrastruktur,” kata Pardomuan. (Reinhard Nainggolan)

Kompas

Wednesday, November 26, 2008

Media Online Efektif untuk Marketing dan PR

Rabu, 26 November 2008 | 12:23 WIB

JAKARTA, RABU - Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat cepat turut memicu kelahiran media baru, dan mengubah gaya hidup masyarakat dalam memeroleh informasi. Jika dahulu orang mendapatkan informasi dengan membaca koran di pagi hari, saat ini seseorang mulai terbiasa untuk mendapatkan informasi di manapun, kapanpun, dan dengan apa pun.

Demikian disampaikan oleh Redaktur Senior Kompas Ninok Leksono dalam diskusi pemanfaatan media online, Rabu (26/11) di Museum Bank Indonesia, Jakarta. Menurutnya, media baru tersebut bersifat instant, interaktif, dan berlingkup global tanpa terkendala batas-batas geografi."Media baru ini dapat menjadi media efektif untuk marketing dan PR. Untuk menjadikannya sebagai media yang baik, maka media tersebut harus dikerjakan secara reguler, sistematik, serta proaktif. Selain itu, kegiatan online juga harus didukung oleh kegiatan offline karena masyarakat Indonesia masih memerlukan tatap muka," ujar Ninok.

Sementara itu, konsultan Brand dan Etnografer Amalia E. Maulana mengatakan, tantangan utama para markerter di tengah-tengah pesatnya kemajuan teknologi adalah semakin pintarnya para pelanggan, dan semakin banyaknya pilihan yang ada, sehingga sulit mendapatkan loyalitas dari mereka."Saat ini, customer semakin canggih. Sebelum memutuskan membeli suatu produk, mereka mulai mencari-cari informasi di internet, membaca product reviev dari customer lainnya, bukan dari produsen," ujar Amalia.

Dengan demikian, para markerter perlu mengubah strategi pemasaran yang lebih menitikberatkan kepada kedekatan hubungan dengan customer, dan lebih banyak melakukan dialog, sehingga internalisasi pesan dapat benar-benar sampai. "Jika dulu belanja iklan hanya dialokasikan untuk media-media besar, saat ini para markerter juga mengalokasikan dana iklan untuk segmented media," kata Amalia.

Khusus untuk media online, kata Amalia, pengelola harus dapat memberikan sense of community guna menciptakan pengunjung setia. Hal ini misalnya dapat diwujudkan dengan membentuk forum diskusi. Selain itu, media online tersebut harus memiliki navigasi yang mudah sehingga dapat memberikan kenyamanan (convenience) kepada pengunjung.


HIN

Kompas

[Bagian 87 dari 100] New Wave Marketing: It's not Brand anymore, It's Character!

Rabu, 26 November 2008 | 07:18 WIB

TAHUKAH Anda, dari mana istilah opera sabun (soap opera) itu muncul? Ternyata istilah ini mulai ada sejak tahun 1930-an. Waktu itu Procter & Gamble (P&G) memproduksi dan mensponsori opera radio pertama. Nah, P&G ini sudah lama dikenal sebagai produsen sabun. Sabun Ivory misalnya, sudah dipasarkan P&G sejak tahun 1880-an. Pada tahun 1890-an, P&G bahkan sudah memproduksi lebih dari 30 jenis sabun.

Jadi, ketika P&G mensponsori opera radio tadi, orang pun lantas menyebutnya dengan istilah “opera sabun.” Opera radio ini memang ditujukan untuk ibu-ibu rumah tangga, sehingga disiarkan pada siang hari. Ketika televisi mulai populer pada tahun 1950-an sampai 1960-an, opera sabun ini pun pindah ke media televisi dan tetap secara rutin disponsori merek-merek dari P&G seperti deterjen ”Tide”, shampo ”Prell”, pasta gigi ”Crest”, pelembut pakaian ”Drowny”, atau popok bayi ”Pampers”.

Dengan mempopulerkan merek-mereknya secara massal seperti ini, maka bisa dibilang bahwa P&G-lah yang menjadi pelopor dalam konsep Brand Management.

bersambung...

Hermawan Kartajaya

Kompas

Tuesday, November 25, 2008

[Bagian 86 dari 100] New Wave Marketing: Don't Forget the Heart Share!: The SQ006 Case

Selasa, 25 November 2008 | 07:12 WIB

MASIH ingat musibah yang menimpa maskapai penerbangan Singapore Airlines (SQ) sekitar 8 tahun lalu? Ketika itu, tepatnya tanggal 31 Oktober 2000 sekitar pukul 11 malam waktu setempat, pesawat Singapore Airlines Flight 006 (SQ006) mengalami kecelakaan fatal di Bandara Chiang Kai-Shek, Taiwan. Pesawat dengan rute Singapura - Los Angeles via Taiwan ini berada di runway yang salah ketika hendak lepas landas. Pesawat ini menabrak sejumlah perlengkapan konstruksi, termasuk ekskavator dan buldozer, yang ada di runway tersebut.

Inilah kecelakaan fatal pertama yang dialami SQ. Musibah ini menghancurkan pesawat Boeing 747-412 itu serta menewaskan 83 orang yang terdiri dari 79 penumpang dan 4 awak kabin. Secara keseluruhan sendiri ada 159 penumpang dan 20 awak kabin di pesawat itu.

Sejumlah hal disebutkan menyebabkan kecelakaan ini. Adanya masalah human error serta hujan badai dan pencahayaan yang kurang di sekitar bandara menyebabkan pesawat tersebut berada di jalur yang salah.

bersambung...

Hermawan Kartajaya

Kompas

Monday, November 24, 2008

[Bagian 85 dari 100] New Wave Marketing: The Hunt for the Pirates of the Caribbean: by Volvo

Senin, 24 November 2008 | 06:01 WIB

ANDA tentu tahu trilogi film “Pirates of the Caribbean”, bukan? Film yang dibintangi oleh Johnny Depp, Orlando Bloom, dan Keira Knightley ini memang termasuk salah satu film tersukses dalam sejarah. Secara keseluruhan, ketiga filmnya menghasilkan 2,7 miliar dollar AS!

Rupanya kesuksesan franchise film ini menarik perhatian Volvo. Pada Mei 2007 lalu, untuk mempromosikan produk terbarunya, Volvo XC90 SUV, produsen otomotif asal Swedia ini meluncurkan program yang disebut “The Hunt”. Waktunya memang sengaja berdekatan dengan peluncuran seri terakhir dari trilogi film tadi yang berjudul “Pirates of the Caribbean: At World’s End” yang ditayangkan mulai 25 Mei 2007.

“The Hunt” ini secara garis besar adalah kompetisi adu kepintaran dan adu cepat, di mana pemenangnya akan mendapatkan hadiah emas senilai 50 ribu dollar AS dan sebuah mobil Volvo XC 90!

bersambung...

Hermawan Kartajaya

Kompas

Sunday, November 23, 2008

Dari "Blog" Menjemput Peluang

KOMPAS/YUNIADHI AGUNG / Kompas Images
Minggu, 23 November 2008 | 03:00 WIB

Ninuk Mardiana Pambudy & Budi SUwarna

”Hi, I am Trinity, an ordinary woman in Jakarta who loves traveling. This is my journal and thoughts collected from my trips around the globe and across my lovely country, Indonesia.”

Itu catatan identitas pemilik blog yang namanya tidak kalah membangkitkan keingintahuan, naked-traveler.blogspot.com.

”Sengaja saya memakai nama Trinity, nama yang mengingatkan pada tokoh film Matrix, untuk menarik minat dan diklik orang ketika mereka mencari pakai mesin pencari,” kata Perucha, pemilik situs tersebut.

Menurut Trinity, begitu dia lebih suka disebut, tidak mungkin pakai nama perempuan, misalnya, Yanti, karena orang biasanya tidak akan mencari nama itu dalam mesin pencari.

Nama blog-nya juga provokatif. Naked, dari bahasa Inggris, yang artinya telanjang. Tetapi, seperti ditulis Trinity di blog-nya, tidak ada ketelanjangan di sana.

Pasti bukan karena nama yang provokatif dan mengundang imajinasi nakal itu yang membuat orang datang ke blog tersebut yang sampai Sabtu petang lalu sudah diklik 279.262 pengunjung.

Cerita perjalanan dengan sentuhan pribadi dalam blog yang dibuat mulai tahun 2006 itu memang menarik. Simak judul You.Me.Marry, misalnya. Trinity bertutur tentang pengalamannya sebagai traveler perempuan yang bepergian dengan sesama teman perempuan, berulang kali diajak menikah oleh lelaki berkulit hitam. Entah di Roma, Italia, atau di Amerika. Mulai dari cara merayu sampai digotong lelaki kulit hitam untuk dipaksa menikah dituturkan Trinity di situ.

Bernilai ekonomi

Dari awalnya hanya sebagai cara mencurahkan berbagai pengalaman selama berkelana, akhirnya blog yang populer itu mengilhami lahirnya buku.

”Ada 70 cerita yang di-copy-paste dari cerita tahun 2005-2006 dalam blog saya menjadi buku The Naked-Traveler,” kata Trinity. Buku terbitan Bentang Pustaka tahun 2007 itu sudah dua kali cetak ulang dengan jumlah 30.000 buku.

Pengalaman mirip juga berlaku pada Raditya Dika (23). Mahasiswa semester V Jurusan Ilmu Politik FISIP Universitas Indonesia membangun blog pribadi kambingjantan.com sejak 2002. Blog ini berisi pengalaman sehari-hari yang dia tuliskan secara lucu.

Tak dinyana blog ini menarik banyak pengunjung dan mendapat penghargaan The Best Indonesian Blog dari blog theflyingchair.net yang rajin memberi peringkat pada blog di berbagai negara.

Popularitas blog kambingjantan lalu menarik minat penerbit Gagas Media tahun 2005 menerbitkan buku yang memakai judul sama dan isinya diambil dari blog.

Bukunya pun tak kalah laku. Raditya memperkirakan tahun ini buku itu telah dicetak 19 kali dan memberi dia royalti lebih dari Rp 100 juta.

Pembangkitan nilai ekonomi yang tidak direncanakan dari awal juga terjadi pada blog ndorokakung.com milik blogger senior, Wicaksono.

Meskipun disampaikan secara ringan, blog itu memberi informasi seputar dunia politik, kebanyakan isu dalam negeri. Komentar terbarunya antara lain tentang blog kartun Nabi Muhammad SAW yang membuat banyak orang marah. Tidak seperti dugaan banyak orang, menurut ndorokakung.com kartun itu sudah muncul beberapa bulan. Kehebohan meledak setelah media arus utama mengangkatnya sebagai berita.

Cara mengisi blog yang konsisten, informasinya dapat dipercaya dan selalu diperbarui, serta disajikan ringan membuat blog Wicaksono memiliki banyak pengunjung. Pemeringkatan yang dilakukan blog indonesiamatters.com menempatkan ndorokakung.com pada peringkat kelima blog terpopuler di Indonesia.

Pemeringkatan itu, menurut Wicaksono, dapat dipakai calon pemasang iklan menempatkan iklan mereka. Ndorokakung.com pun mendapat iklan meskipun belum ajek.

Nilai ekonomi yang muncul dari kegiatan kreatif ini dapat melebar ke arah yang semula tak dibayangkan pembuatnya. Cerita dalam dalam buku itu kini dijadikan film berjudul sama yang ditargetkan putar perdana di bioskop awal 2009.

Raditya menulis skenario film itu bersama Salman Aristo dengan sutradara Rudy Sujarwo. ”Saya tidak menjual putus cerita itu, tetapi menggunakan sistem royalti,” kata Raditya.

Alat pemasaran

Karena sifatnya yang menular seperti virus—mereka mengistilahkan viral communication—blog juga bisa ampuh sebagai alat pemasaran.

Iqbal Prakarsa membuat blog wetiga.com untuk mempromosikan warung angkringannya yang menjual nasi kucing—nasi dalam porsi mini—dan wedang jahe di Jalan Langsat, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Pengunjung Warung Wedang Wi-fi (Wetiga) mendapat fasilitas internet gratis, tetapi harus bawa laptop sendiri.

Pengunjung Wetiga akan dipotret lalu fotonya dimasukkan dalam wetiga.com. Kiat itu berhasil dan warung yang baru buka malam sejak dua bulan itu beromzet rata-rata Rp 500.000-Rp 600.000 semalam.

Dengan cara itu pula kampanye Gerakan Seribu Buku Komunitas Blogger BHI (Bundaran Hotel Indonesia) berhasil mengumpulkan 1.500 buku. Salah satu penyumbangnya Dubes Amerika untuk Indonesia Cameron R Hume. Dubes Hume mendatangi warung angkringan itu dan dalam foto di wetiga.com terlihat ikut makan tempe.

Hak cipta

Meskipun memberi banyak peluang tak terduga, blog juga membawa risiko, yaitu pembajakan karya.

Raditya langsung menutup kambingjantan.com ketika menyadari potensi pembajakan itu setelah blog-nya ternyata bernilai ekonomi. Sebagai ganti, dia membuat raditya.com sebagai alat pemasaran untuk buku-buku dan filmnya.

Sementara Trinity tidak khawatir isi blog-nya dibajak dengan alasan bahasa, sudut pandang, serta lokasi yang diceritakan amat personal, sutradara film iklan, Iman Brotoseno (42), sempat jengkel karena blog-nya dimanfaatkan orang tanpa izin.

Lebih nekat lagi, informasi itu diterbitkan sebagai bagian dari buku. Ketika sedang berjalan-jalan di Jakarta, Iman menemukan buku berjudul Soekarno Uncensored, Benarkah Soekarno Lebih dari Soeharto?. Bab ”Akhir yang Tragis” di halaman 99-102 ternyata mengutip mentah-mentah tulisan dari blog Iman.

Iman mengaku terlalu sering tulisannya dalam blog dicomot tanpa izin. ”Tetapi, kali ini keterlaluan karena sampai dibuat buku. Saya hanya butuh pengakuan, seharusnya penulis buku itu mencantumkan sumbernya,” tandas pemilik blog imanbrotoseno.com. Setelah Iman mengirim surat teguran, penulis buku itu mengakui kekeliruannya dan menarik buku dari peredaran.

”Sebenarnya dunia maya juga terikat aturan hukum. Karya tulisan, gambar, atau film dilindungi oleh World Intellectual Property Organization sebagai hak kekayaan intelektual. Sama seperti UU Informasi dan Transaksi Elektronik Tahun 2008, perlindungan WIPO tidak dibatasi wilayah geografis,” jelas Ketua Umum Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia Sylvia Sumarlin.

Nah, meskipun dunia maya memberi kebebasan seluas-luasnya, ternyata tetap ada etika dan aturan yang tidak bisa diabaikan.(IND)

Kompas

Apakah Reksa Dana Indeks?

INVESTASI & KEUANGAN

Minggu, 23 November 2008 | 11:19 WIB

Oleh Adler Haymans Manurung Praktisi Keuangan

Reksa dana dapat dikelompokkan berdasarkan jenis investasi. Saat ini yang paling diketahui investor adalah Reksa Dana Pasar Uang, Reksa Dana Berpendapatan Tetap, Reksa Dana Campuran, dan Reksa Dana Saham. Baru-baru ini manajer investasi mulai memperkenalkan Reksa Dana Indeks (RDIs).

Berbagai buku reksa dana mendefinisikan Reksa Dana Indeks (RDIs) adalah reksa dana yang portofolionya mengikuti sebuah indeks. Bila RDIs berinvestasi pada obligasi, maka portofolionya berisikan hampir sama dengan obligasi yang digunakan dalam perhitungan indeks obligasi. Portofolio reksa dana ini merupakan saham-saham yang menjadi basis perhitungan indeks harga saham tersebut.

Peraturan IV.C.4 angka 9 huruf a.2 menyatakan, RDIs harus berinvestasi pada efek yang ada dalam indeks sekurang-kurangnya 80% dari keseluruhan saham dalam indeks tersebut. Disebutkan juga total aset reksa dana yang dikenal dengan nilai aktiva bersih reksa dana harus diinvestasikan pada efek sekuranag-kurangnya 80%. Bila kedua ketentuan ini tidak dipenuhi, maka reksa dana tersebut bukan dianggap menjadi RDIs.

Kemudian, konsep itu ditambah dengan investasi pada efek yang menjadi portofolio reksa dana sekurang-kurangnya 80% dan sebesar-besarnya 120% dari pembobotan atas masing-masing efek dalam indeks yang menjadi acuan.

Misalkan, sebuah indeks berisi 50 saham, maka reksa dana harus paling sedikit mempunyai 40 saham. Artinya, investor bisa berinvestasi pada 40-50 saham. Untuk membuat reksa dana lebih bagus dari indeksnya, manajer investasi harus menukarkan saham dari saham yang ada dari indeks.

Konsep tersebut menyatakan, manajer investasi yang menerbitkan reksa dana harus menentukan indeks yang menjadi acuan RDIs, menentukannya dari awal dan ditulis dalam prospektus.

Indeks acuan

Bursa Efek Indonesia telah menghitung empat indeks, yaitu Indeks Harga Saham Gabungan, Indeks LQ45, Indeks Saham Syariah, dan Indeks Kompas-100. Tetapi, ada beberapa lembaga yang telah menghitung dan menerbitkan indeks saham, yaitu Indeks Big-25 dan Indeks Saham BUMN dan dapat dilihat pada www.finansialbisnis.com.

Adanya indeks acuan merupakan salah satu faktor kunci dari reksa dana agar investor dapat melihat seberapa jauh perkembangan investasinya. Manajer investasi setiap hari harus membuat laporan mengenai tingkat penyimpangan reksa dana terhadap indeks acuan.

Berbagai kajian empiris memperlihatkan, hasil yang dicapai reksa dana ketika dibandingkan dengan hasil indeksnya, maka RDIs jauh lebih bagus dari patokan (benchmark). Pencapaian hasil ini dikarenakan manajer investasi melakukan transaksi jual-beli (trading) atas saham dan menukar saham yang berkinerja jelek menjadi saham berkinerja bagus asal sahamnya bukan di luar kumpulan saham indeks.

Investor yang ingin membeli reksa dana ini harus langsung ke manajer investasi atau selling agent yang ditunjuk manajer investasi. Demikian pula bila investor ingin menjual karena kebutuhan dana untuk likuiditas atau ingin memindahkan investasinya.

Nilai pembelian reksa dana bervariasi, umumnya dimulai dari Rp 1 juta dan bisa berinvestasi terus dengan kelipatan tersebut. Tetapi, investor lebih baik mendapat prospektus RDIs melalui manajer investasi.

Untuk membeli RDIs, investor harus mempunyai strategi yang baik agar mendapat keuntungan. Umumnya investasi harus mempunyai horizon panjang agar mendapat keuntungan atau kemungkinan kerugian kecil.

Seperti saat ini, harga saham yang sangat murah merupakan kesempatan membeli reksa dana ini. Bila investor melihat harga saham cenderung menurun, maka investor harus menjual reksa dana sehingga tidak merugi sangat besar. Tetapi, investor juga dapat membeli reksa dana ini kembali untuk menurunkan biaya pembelian yang dikenal sebagai cost averaging. Sebaliknya, investor mulai membeli reksa dana ini bila ada kecenderungan bursa akan naik, tetapi pembelian dilakukan bertahap karena selalu ada kemungkinan untuk turun.

Kelebihan RDIs tidak terlepas dari banyak saham yang menjadi portofolio reksa dana. Artinya, investor telah melakukan diversifikasi atas investasi karena portofolio RDIs sudah terdiversifikasi. Dalam mengelola portofolio, efek dalam RDIs tidak seberat pengelolaan portofolio di luar RDIs.

Risiko

Risiko yang dihadapi investor, pertama, risiko menurunnya nilai aktiva bersih (NAB), di mana penurunan ini dikarenakan pasar yang menurun. Penurunan pasar dapat dipengaruhi berbagai macam, salah satunya tingkat inflasi.

Kedua, kebijakan pemerintah yang menaikkan tingkat bunga akan membuat reksa dana ini menjadi tidak menarik karena investor akan mencairkan dananya dan berinvestasi pada instrumen pendapatan tetap yang hasilnya lebih tinggi. Adanya penurunan ekonomi negara juga memengaruhi kinerja RDIs.

Ketiga, risiko daya beli. Adanya peningkatan permintaan membuat inflasi sehingga memengaruhi kebijakan tingkat bunga.

Banyak lagi faktor yang dapat dikemukakan, tetapi ketiga faktor tersebut yang utama. Mudah-mudah investor dapat berinvestasi dan mendapat keuntungan. Selamat berinvestasi.

Kompas

[Bagian 84 dari 100] New Wave Marketing: Victoria's Secret Fashion Show: "The Glamour is Back!"

Minggu, 23 November 2008 | 13:17 WIB

ITULAH headline untuk acara Victoria’s Secret Fashion Show (VSFS) tahun 2008 ini. Acara tahunan yang dijuluki sebagai “the world’s most celebrated fashion show” ini akan diselenggarakan pada 3 Desember 2008 di Fountainebleau, Miami Beach, Amerika. VSFS yang disiarkan oleh jaringan televisi CBS ini rencananya menampilkan para Victoria’s Secret (VS) Angels seperti Heidi Klum, Adriana Lima, Marisa Miller, Alessandra Ambrosio, dan masih banyak lagi top model lainnya.

Di sinilah akan ditampilkan bra senilai 5 juta dollar AS yang terdiri dari 3900 intan dan batu rubi senilai 1500 karat! Model yang beruntung mengenakannya adalah Adriana Lima. Namun, bra yang baru saja diluncurkan pertengahan Oktober lalu itu bukanlah bra termahal yang pernah ditampilkan di acara ini. Pada VSFS 2005, Gisele Bundchen bahkan mengenakan bra senilai 12,5 juta dollar AS! VSFS bukan sekadar fashion show biasa. Daya pikat utamanya memang ada di VS Angels yang cantik dan seksi yang berlenggak-lenggok di catwalk dengan mengenakan koleksi terbaru dari VS. Namun, penataan panggung, musik, bintang tamu, dan pertunjukannya secara keseluruhan memang dikemas dengan sangat spektakuler sehingga sangat berkesan.

bersambung...

Hermawan Kartajaya

Kompas

Saturday, November 22, 2008

[Bagian 83 dari 100] New Wave Marketing: Product (RED): The Bono Way to Save Africa

Sabtu, 22 November 2008 | 10:30 WIB

This is not charity. This is commerce.” Itulah yang dikatakan Bono di hadapan ribuan orang yang hadir di acara “Starbucks Leadership Conference” di New Orleans Arena, Amerika, pada 29 Oktober 2008 lalu.

Frontman U2 ini mengatakan hal tersebut untuk menyambut bergabungnya Starbucks dengan proyek Product (RED) yang digagasnya. Langkah ini bagi Starbucks menegaskan kembali visinya sebagai “a company with a conscience”. Ini juga merupakan bagian dari inisiatif “Shared Planet” dari Starbucks untuk mendorong praktik-praktis bisnis yang lebih ramah lingkungan dan lebih peduli terhadap komunitas.

Dengan menjadi bagian dari Product (RED) ini, Starbucks akan mendonasikan sebagian dari pendapatannya ke Global Fund untuk membantu penggalangan dana untuk penanggulangan masalah HIV/AIDS di Afrika. Selain itu, sejumlah produk lainnya yang tergabung dalam Product (RED) juga akan dijual di ribuan kedai Starbucks. Starbucks menjadi perusahaan terakhir yang bergabung dalam proyek ini. Sebelumnya, sejumlah perusahaan ternama seperti Microsoft, Converse, Apple, Hallmark, Gap, Giorgio Armani, American Express, Motorola, koran The Independent, dan Dell juga telah bergabung.

bersambung...

Hermawan Kartajaya

Kompas

Friday, November 21, 2008

[Bagian 82 dari 100] New Wave Marketing: It's not Selling anymore, It's Commercialization!

Jumat, 21 November 2008 | 07:28 WIB

ANDA tahu, siapa yang paling sulit diajari soal pemasaran? Bukan orang keuangan atau orang operasional, namun justru orang sales. Lho, mengapa bisa begitu? Ini karena banyak orang sales yang menganggap dirinyalah yang paling mengetahui soal pasar sehingga merasa tidak membutuhkan belajar soal pemasaran. Apalagi kalau dia sudah sukses. Buat apa memikirkan soal segmentasi, positioning, brand, dan sebagainya. Toh selama ini yang dilakukannya telah terbukti berhasil, begitu yang ada di pikiran orang sales itu.

Orang sales yang punya pandangan seperti tadi biasanya tidak akan bisa mempertahankan kesuksesannya dalam jangka waktu lama. Lanskap berubah dengan sangat cepat sehingga praktik-praktik yang telah membawanya ke puncak kesuksesan tidak akan lagi bisa diterapkan alias jadi usang. Bahkan ada gurauan bahwa salesman yang masih enggan belajar soal pemasaran sebenarnya hanya mengandalkan apa yang disebut sebagai “FGD Marketing” alias “fun, golf, and dinner marketing”.

bersambung...

Hermawan Kartajaya

Kompas

Thursday, November 20, 2008

[Bagian 81 dari 100] New Wave Marketing: CNN iReport: When Steve Jobs Had a "Heart Attack"

Kamis, 20 November 2008 | 07:45 WIB

Steve Jobs terkena serangan jantung!!! Itulah berita besar yang muncul pada 3 Oktober 2008 lalu. Berita yang mengutip sumber “orang dalam” itu menyebutkan bahwa CEO Apple ini dilarikan ke ruang gawat darurat setelah menderita serangan jantung parah. Sontak saja kabar ini membuat saham Apple di Nasdaq turun drastis sebesar 5,4 persen hanya dalam jangka waktu satu jam!

Namun, ternyata berita ini tidak benar. Apple langsung membantah rumor tersebut. Harga saham Apple pun kembali naik seperti semula.

Pada 24 Oktober, badan pengawas pasar modal Amerika, Securities and Exchange Commission (SEC), akhirnya memeriksa remaja berusia 18 tahun yang dianggap bertanggung jawab atas berita bohong tersebut.

Inilah salah satu konsekuensi dari apa yang disebut sebagai Citizen Journalism.

bersambung...

Hermawan Kartajaya

Kompas

Wednesday, November 19, 2008

Krisis Keuangan Global (Artikel 1)

Kamis, 06 Nopember 08

Sebab-sebab dan Dampaknya terhadap Indonesia

Bahwa terjadi krisis maha dahsyat di Amerika Serikat yang menyebar ke semua negara di dunia sudah sangat banyak kita baca. Namun tidak banyak yang menjelaskan tentang sebab-sebabnya, dan juga tidak banyak yang menguraikan tentang landasan dari sebab-sebab itu, yaitu mashab pikiran atau ideologi yang memungkinkan dipraktekannya cara-cara penggelembungan di sektor keuangan.

Tentang yang pertama, media massa di negara-negara maju banyak yang mengulasnya. Intinya sebagai berikut.

Bank hipotik yang mengkhususkan diri memberikan kredit untuk pembelian rumah, dengan sendirinya mempunyai tagihan kepada penerima kredit yang menggunakan uangnya untuk membeli rumah. Jaminan atas kelancaran pembayaran cicilan utang pokok dan bunganya adalah rumah yang dibiayai oleh bank hipotik tersebut. Kita sebut tagihan ini tagihan primer, karena langsung dijamin oleh rumah, atau barang nyata. Tagihannya bank hipotik kepada para penerima kredit berbentuk kontrak kredit yang berwujud kertas. Istilahnya adalah pengertasan dari barang nyata berbentuk rumah. Karena kertas yang diciptakannya ini mutlak mewakili kepemilikan rumah sebelum hutang oleh pengutang lunas, maka kertas ini disebut surat berharga atau security. Pekerjaan mengertaskan barang nyata yang berbentuk rumah disebut securitization of asset.

Katakanlah bank hipotik ini bernama Bear Sterns. Bear Sterns mengkonversi uang tunainya ke dalam kewajiban cicilan utang pokok beserta pembayaran bunga oleh para penghutang atau debitur. Jadi uang tunai atau likuiditasnya berkurang. Namun Bear Sterns memegang surat berharga atau security yang berbentuk kontrak kredit atau tagihan kepada para debiturnya. Bear Sterns mengelompokkan surat-surat tagihan tersebut ke dalam kelompok-kelompok yang setiap kelompoknya mengandung surat tagih dengan tanggal jatuh tempo pembayaran yang sama. Setiap kelompok ini dijadikan landasan untuk menerbitkan surat utang yang dijual kepada Lehman Brothers (misalnya) dan bank-bank lain yang semuanya mempunyai nama besar. Yang sekarang dilakukan oleh Bear Sterns bukan menerbitkan surat piutang, tetapi surat janji bayar atau surat utang. Atas dasar surat piutang kepada ratusan atau ribuan debiturnya, Bear Sterns menerbitkan surat utang kepada Lehman. Uang tunai hasil hutangnya dari Lehman dipakai untuk memberi kredit lagi kepada mereka yang membutuhkan rumah. Seringkali untuk membeli rumah kedua, ketiga oleh orang yang sama, sehingga potensi kreditnya macet bertambah besar.

Penerbitan surat berharga berbentuk surat janji bayar atau promes disebut securitization of security. Bahasa Indonesianya yang sederhana “mengertaskan kertas.” Surat berharga ini kita namakan surat berharga sekunder, karena tidak langsung dijamin oleh barang yang berbentuk rumah, melainkan oleh kertas yang berwujud surat janji bayar oleh bank hipotik yang punya nama besar.

Lehman memegang surat utang dari Bear Sterns dan juga dari banyak lagi perusahaan-perusahaan sejenis Bear Sterns. Seluruh surat ini dikelompokkkan lagi ke dalam wilayah-wilayah geografis, misalnya kelompok debitur California, kelompok debitur Atlanta dan seterusnya. Oleh Lehman kelompok-kelompok surat-surat utang dari bank-bank ternama ini dijadikan landasan untuk menerbitkan surat utang yang dibeli oleh Merril Lynch dan bank-bank lainnya dengan nama besar juga. Kita namakan surat utang ini surat utang tertsier.

Demikianlah seterusnya, satu rumah sebagai jaminan menghasilkan uang tunai ke dalam kas dan bank-bank ternama dengan jumlah keseluruhan yang berlipat ganda. Media massa negara-negara maju menyebutkan bahwa bank-bank tersebut melakukan sliced and diced, yang secara harafiah berarti bahwa satu barang dipotong-potong dan kemudian masing-masing diperjudikan. Maka banyak bank yang debt to equity ratio-nya 35 kali.

Sekarang kita bayangkan adanya pembeli rumah yang gagal bayar cicilan utang pokok beserta bunganya. Kalau satu tagihan dipotong-potong (sliced) menjadi 5, yang masing-masing dibeli oleh bank-bank yang berlainan, maka gagal bayar oleh satu debitur merugikan 5 bank. Ini sebagai contoh. Dalam kenyataannya bisa lebih dari 5 bank yang terkena kerugian besar, karena kepercayaan bank-bank besar di seluruh dunia kepada nama-nama besar investment banks dan hedge funds di AS.

Dampak pertama adalah bahwa bank tidak percaya pada bank lain yang minta kredit kepadanya melalui pembelian surat berharganya. Ini berarti bahwa bank-bank yang tadinya memperoleh likuiditas dari sesama bank menjadi kekeringan likuiditas, sedangkan bank-bank yang termasuk kategori investment bank atau hedge fund tidak mendapatkan uangnya dari penabung individual, tetapi dari bank-bank komersial atau sesama investment bank atau sesama hedge funds. Jadi dampak pertama adalah kekeringan likuiditas.

Dampak kedua adalah bahwa bank yang menagih piutangnya yang sudah jatuh tempo tidak memperoleh haknya, karena bank yang diutanginya tidak mampu membayarnya tepat waktu, karena pengutang utamanya, yaitu individu yang membeli rumah-rumah di atas batas kemampuannya memang tidak mampu memenuhi kewajibannya. Lembaga-lembaga keuangan di Amerika Serikat dengan sadar memberikan kredit rumah kepada orang yang tidak mampu. Itulah sebabnya namanya subprime mortgage. Sub artinya di bawah. Prime artinya prima atau bonafid. Jadi dengan sadar memang memberikan kredit rumah kepada orang-orang yang tidak bonafid atau tidak layak memperoleh kredit. Bahwa kepada mereka toh diberikan, bahkan berlebihan, karena adanya praktek yang disebut sliced and diced tadi. Dampak kedua ini, yaitu bank-bank gagal bayar kepada sesama bank mengakibatkan terjadinya rush oleh bank-bank pemberi kredit, antara lain kepada Lehman Brothers. Maka Lehman musnah dalam waktu 24 jam.

Ketika surat utang inferior yang disebut subprime mortgage macet, barulah ketahuan bahwa begini caranya memompakan angin ke dalam satu surat utang yang dijual berkali-kali dengan laba sangat besar.

Ketika balon angin keuangan meledak, Henry Paulson sudah menjabat menteri keuangan AS. Dia melakukan tindakan-tindakan yang buat banyak orang membingungkan, tetapi buat beberapa orang, dia manusia yang hebat, tegas, dan menurutnya sendiri bersenjatakan bazooka. (Newsweek tanggal 29 September 2008 halaman 20). Ada alasan untuk menganggapnya orang hebat. Dia mahasiswa Phi Beta Kappa dari Dartmouth. Penghubung antara gedung putihnya Nixon dan Departemen Perdagangan. MBA dari Harvard, bergabung dengan Goldman Sachs Chicago di tahun 1974, menjadi CEO-nya dari 1998 sampai 2006. Dan sekarang menteri keuangan AS.

Maka dialah yang ketiban beban berat menghadapi krisis yang maha dahsyat yang sedang berlangsung. Tindakan-tindakannya seperti semaunya sendiri atau bingung. Dia memfasilitasi JP Morgan untuk membeli Bear Sterns dengan harga hanya US$ 2 per saham, yang dalam waktu singkat direvisi menjadi US$ 10. Fannie Mae dan Freddie Mac, perusahaan quasi milik pemerintah telah memberikan jaminan kredit sebesar US$ 5,4 trilyun. Untuk menyelamatkannya dua perusahaan penjaminan kredit tersebut dibeli oleh pemerintah dengan jumlah uang US$ 80 milyar. Lehman Brothers disuruh bangkrut saja. Merril Lynch dijual kepada Bank of America. Akhirnya dia menyodorkan usulan supaya pemerintah AS menyediakan uang US$ 700 milyar untuk menanggulangi krisis. Kongres marah, karena alasan ideologi. Bagaimana mungkin bangsa yang kepercayaannya pada keajaiban mekanisme pasar bagaikan agama mendadak disuruh intervensi dengan uang yang begitu besar? Wall Street guncang luar biasa. Kongres rapat lagi dan “terpaksa” menyetujui usulan Hank Paulson dan Bernanke, Presiden Federal Reserve, supaya pemerintah AS menggunakan uang rakyat pembayar pajaknya sebesar Rp 700 milyar untuk mencoba menyelesaikan masalah keuangan yang maha dahsyat itu. Saya katakan mencoba, karena setelah disetujui, Wall Street tetap saja terpuruk.

Maka masyarakat menjadi panik, kepercayaan kepada siapapun hilang. Dengan adanya pengumuman bahwa perusahaan-perusahaan besar dengan nama besar dan sejarah yang panjang ternyata bangkrut, saham-sahamnya yang dipegang oleh masyarakat musnah nilainya. Masyarakat bertambah panik.

Seperti telah dikemukakan sangat banyak kertas-kertas derivatif diciptakan oleh bank-bank dengan nama besar, sehingga tanpa ragu banyak bank-bank besar di seluruh dunia membelinya sebagai investasi mereka. Kertas-kertas berharga ini mendadak musnah harganya, sehingga banyak bank yang menghadapi kesulitan sangat kritis.

Dampaknya terhadap Indonesia

Secara rasional dampaknya terhadap Indonesia sangat kecil, karena hubungan ekonomi Indonesia dengan AS tidak ada artinya. Praktis tidak ada uang Indonesia yang ditanam ke dalam saham-saham AS yang sekarang nilainya merosot atau musnah. Hanya milik orang-orang Indonesia kaya dan super kaya yang tertanam dalam saham-saham perusahaan-perusahaan AS. Uang inipun jauh sebelum krisis sudah tidak pernah ada di Indonesia.

Dampak yang riil dan sekarang terasa ialah dijualnya saham-saham di Bursa Efek Indonesia oleh para investor asing karena mereka membutuhkan uangnya di negaranya masing-masing. Maka IHSG anjlok. Uang rupiah hasil penjualannya dibelikan dollar, yang mengakibatkan nilai rupiah semakin turun. Namun sayang bahwa kenyataan yang kasat mata ini tidak mau diakui oleh pemerintah, sehingga pemerintah memilih membatasi Bursa Efek dalam ruang geraknya dengan cara mengekang Bursa Efek demikian rupa, sehingga praktis fungsi Bursa Efek ditiadakan.

Kebijakan lain ialah mengumumkan memberikan jaminan keamanan dan keutuhan uang yang disimpan dalam bank-bank di Indonesia sampai batas Rp 2 milyar. Ini sama saja mengatakan kepada publik di seluruh dunia supaya jangan menyimpan uangnya di bank-bank di Indonesia yang melebihi Rp 2 milyar.

Karena pengaruh teknologi informasi yang demikian canggihnya, semua berita-berita tentang krisis yang melanda negara-negara maju dapat diikuti. Pengaruh psikologisnya ialah kehati-hatian dalam membelanjakan uangnya yang berarti konsumsi akan menyusut dengan segala akibatnya.

Setelah Bank Indonesia menjadi independen ada kecenderungan terjadinya ego sektoral. Karena tugas pimpinan BI terfokus pada menjaga stabilitas nilai rupiah dan menjaga tingkat inflasi, semuanya dipertahankan at any cost. Maka di banyak negara maju yang menjadi cikal bakal pikiran independennya bank sentral menurunkan tingkat suku bunga, di Indonesia dinaikkan sangat tinggi yang lebih memperpuruk sektor riil yang sudah terpuruk karena menurunnya drastis permintaan dari negara-negara tujuan ekspor.

Hal yang kurang dipahami adalah faktor-faktor, kekuatan-kekuatan serta mekanisme yang bekerja setelah meletusnya gelembung angin (bubble) keuangan menyeret perekonomian global ke dalam spiral yang menurun.

Sejak lama kita mengenal adanya gejala gelombang pasang surutnya ekonomi atau business cycle atau conjunctuur yang selalu melekat pada sistem kapitalisme dan mekanisme pasar. Cikal bakal tercapainya titik balik teratas menuju pada kemerosotan, dan sebaliknya, cikal bakal tercapainya titik balik terendah menuju pada kegairahan dan peningkatan ekonomi bisa macam-macam. Tetapi pola kemerosotan dan pola peningkatannya selalu sama.

Seberapa besar pemerintah mempunyai kemampuan mempengaruhinya tergantung pada struktur ekonomi dalam aspek perbandingannya antara ketersediaan modal dan ketersediaan tenaga kerja. Bagian ini dari ekonomi tidak banyak dibicarakan oleh para ahli. Apakah karena mereka kurang paham, ataukah gejala business cycle sudah mati, sudah kuno dan tidak berlaku lagi?

Kita telusuri dalam tulisan berikutnya.

Oleh Kwik Kian Gie

KoranInternet.com

[Bagian 80 dari 100] New Wave Marketing: Business Exchange: Creating Conversation with Customers

Rabu, 19 November 2008 | 07:12 WIB

MAUKAH Anda menaruh produk pesaing di tempat Anda? Saya yakin Anda semua pasti bilang tidak mau. Tapi, hal seperti ini telah dilakukan oleh majalah BusinessWeek lewat layanan terbaru mereka, Business Exchange. Walaupun masih dalam versi Beta, layanan ini sudah menarik banyak peminat. Layanan yang diluncurkan pada 8 September 2008 lalu ini pada dasarnya merupakan sebuah forum diskusi antara para users. Setiap user bisa menciptakan topik untuk kemudian didiskusikan dengan yang lain.

Topiknya sendiri sangat beragam, namun masih terkait dengan bisnis. Misalnya saja masalah resesi, tingginya harga minyak, soal Pemilu Presiden di Amerika, sampai soal Windows 7. Tidak setiap topik atau komentar bisa dimuat. Tim editor dari BusinessWeek akan memeriksanya paling lambat dalam waktu 24 jam, untuk melihat apakah topik atau komentar yang dikirimkan relevan.

Setiap topik, selain diisi oleh komentar atau masukan dari users, juga bisa diperkaya dengan berbagai berita, blog, atau referensi lainnya yang ditambahkan sendiri oleh users. Nah, di sinilah keunikan Business Exchange. Referensi tambahan itu tidak dibatasi hanya dari situs BusinessWeek.com saja, namun bisa juga dari situs lainnya yang sebenarnya merupakan pesaingnya. Pada topik Windows 7 misalnya, ada links ke CNET, PC World, New York Times, dan lainnya.

bersambung...

Hermawan Kartajaya

Kompas

Tuesday, November 18, 2008

[Bagian 79 dari 100] New Wave Marketing: It's not Promotion anymore, It's Conversation!

Selasa, 18 November 2008 | 07:08 WIB

INILAH elemen terakhir atau keempat dari Marketing-Mix, Promosi, atau yang dikenal juga sebagai Marketing Communications. Bagi saya, Promosi dan Saluran Distribusi masih bisa dikelompokkan lagi menjadi apa yang disebut “Access”, karena lewat kedua elemen Marketing-Mix inilah pelanggan bisa mengakses apa yang ditawarkan kita. Sementara kedua elemen 4P lainnya, Produk dan Harga, disebut “Offer” karena kedua elemen itulah yang sebenarnya merupakan penawaran kita ke pelanggan.

Promosi ini secara garis besar memiliki tiga tujuan, yaitu untuk menginformasikan, untuk membujuk, atau untuk mengingatkan pelanggan. Promosi bisa dipakai untuk menginformasikan produk baru, perubahan harga, dan sebagainya. Promosi juga bisa dipakai untuk membujuk pelanggan untuk membeli sekarang juga atau supaya pelanggan melakukan brand switching. Promosi sering juga digunakan untuk mempertahankan brand awareness, mengingatkan pelanggan di mana harus membeli produk, dan sebagainya.

bersambung...

Hermawan Kartajaya

Kompas

Monday, November 17, 2008

[Bagian 78 dari 100] New Wave Marketing: Sellaband: When Musicians Meet Their "Believers"

Senin, 17 November 2008 | 05:35 WIB

ANDA seorang musisi baru dan tidak punya dana untuk melakukan rekaman di studio secara profesional? Jangan kuatir. Anda bisa bergabung ke situs Sellaband (www.sellaband.com), mengumpulkan dana di situ, lalu melakukan proses rekaman layaknya musisi profesional.

Ya, inilah salah satu terobosan dalam industri musik di era New Wave Marketing ini. Fans Anda di seluruh dunia bisa ikut mendanai proyek rekaman Anda. Sebaliknya, kalau Anda yang jadi fans musisi yang ada di Sellaband, Anda pun bisa ikut mendanai proyeknya, walaupun tidak kenal musisi tersebut.

Model bisnis Sellaband ini memang unik. Situs musik yang diluncurkan di Bocholt, Jerman oleh Johan Vosmeijer, Pim Betist, dan Dagmar Heijmans pada Agustus 2006 ini melibatkan para fans secara aktif untuk mendukung musisi yang digemarinya sejak awal proses rekaman.

bersambung...

Hermawan Kartajaya

Kompas

Sunday, November 16, 2008

Is this the right time to buy stocks? (Investasi di Saat Krisis)















Is this the right time to buy stocks?
Time for invest for the long term? Not daily trading (speculation trading)?
Look at the picture! the picture show us that almost stocks in IDX are in the low prices.
Please read an article below (quoted from daily newspaper "Kompas") for your reference.

Investasi di Saat Krisis

Minggu, 16 November 2008 | 01:46 WIB

Elvyn G Masassya Praktisi keuangan

Tidak bisa dimungkiri, dalam beberapa bulan belakangan cukup banyak kalangan menjadi lebih miskin ketimbang sebelumnya. Nilai aset mereka turun drastis karena berinvestasi di pasar modal dan nilai saham mereka anjlok puluhan persen.

Di sisi lain, dalam beberapa pekan belakangan, cukup banyak juga kalangan yang tiba-tiba bertambah kaya. Mereka membeli saham-saham yang sudah berharga murah dan beberapa saat kemudian menjualnya kembali ketika harga naik dengan nilai keuntungan puluhan persen.

Lantas, apa makna fenomena tersebut? Sederhana saja. Adalah tidak benar jika kondisi saat ini yang diistilahkan sebagai krisis keuangan global menjadikan semua orang terpuruk. Artinya, dalam kondisi krisis ataupun ekonomi tumbuh tinggi, tetap saja memberi kesempatan berinvestasi dan memperoleh keuntungan.

Cermati harga saham di bursa efek. Tatkala indeks harga saham gabungan (IHSG) melorot ke bawah, apakah semua saham juga mengalami kemerosotan harga? Tidak juga. Atau ketika harga IHSG mulai meningkat kembali, apakah semua harga saham juga ikut terkerek. Tidak selalu begitu. Tetap saja ada saham-saham yang harganya naik dan turun, di mana pergerakannya berbanding terbalik dengan pergerakan IHSG.

Fenomena yang sama juga terjadi di sektor riil. Apakah dengan situasi seperti sekarang, semua sektor kinerjanya akan menurun? Apakah semua jenis bisnis akan mengalami masalah?

Bohong jika ada yang mengatakan krisis menghantam semua sektor, tetapi benar berpengaruh terhadap sebagian sektor. Bahkan ada sektor yang semakin berkembang. Bagaimana logikanya?

Sektor yang kinerjanya menurun bisa dengan mudah dipahami. Krisis menurunkan daya beli. Permintaan terhadap produk menurun. Dampak berikutnya, keuntungan perusahaan juga berkurang. Bahkan, bisa saja pada fase berikut tingkat produksi juga akan anjlok. Lebih jauh lagi, kemampuan perusahaan meningkatkan kesejahteraan atau membayar gaji karyawannya menjadi rendah.

Di sisi lain, juga muncul dampak berbeda bagi beberapa sektor. Misalnya, tiba-tiba banyak kalangan merasa terganggu kesehatannya karena stres, lalu permintaan terhadap obat stres meningkat. Berarti industri farmasi akan meningkat.

Atau banyak orang butuh pengetahuan mengenai krisis ekonomi dan dampaknya, lantas seminar tentang krisis tiba-tiba bermunculan. Peminatnya juga sangat banyak. Ringkasnya, dalam setiap kondisi, pasti akan memunculkan persoalan, tetapi juga memunculkan peluang.

Investasi

Lantas, bagaimana dengan investasi? Pada dasarnya, investasi bisa dilakukan kapan saja, dalam situasi apa saja, dan oleh siapa saja. Yang penting, investasi dilakukan sebagai implementasi strategi mencapai tujuan keuangan. Jadi, ada horizon investasinya. Lihat saja kondisi pasar modal saat ini.

Sebagian besar saham yang harganya jatuh sebenarnya adalah saham-saham yang emitennya masih memiliki kinerja fundamental bagus. Bahkan, ada saham yang harganya sudah setengah nilai bukunya. Harga perusahaan dimaksud sudah turun separuh dari nilai yang sebenarnya. Ini tidak masuk akal. Dengan kata lain, harga saham-saham dimaksud memiliki peluang besar untuk kembali meningkat. Masalahnya, kapan harganya akan meningkat kembali? Dalam konteks inilah kita sebaiknya memahami perbedaan makna antara investasi dari spekulasi.

Apa maksudnya? Coba lihat lagi apa yang dipaparkan di bagian atas tulisan ini. Di pasar saham, meskipun kondisi krisis, tetap saja ada kalangan yang bertambah kaya karena keberaniannya membeli saham pada saat harga rendah dan langsung menjualnya tatkala harga meningkat. Investor seperti ini melakukan ”perdagangan” dalam rangka ambil untung.

Apakah itu salah? Tidak juga, tetapi perilaku seperti ini lebih bersifat spekulatif ketimbang investasi yang benar. Ya, spekulatif. Bagaimana kalau tiba-tiba saham yang sudah murah itu tiba-tiba semakin turun harganya? Yang diperoleh jelas bukan untung, tetapi buntung. Dus, agar Anda tidak termasuk kalangan yang merugi seperti itu, ada baiknya dicermati kembali makna investasi dikaitkan dengan situasi krisis seperti sekarang. Bagaimana konkretnya? Begini.

Pertama, pahami krisis bukan sebagai awal kehancuran, melainkan suatu kondisi menuju kesetimbangan baru yang memberi peluang baru. Ini berarti setiap pelaku investasi mesti menentukan tujuan keuangan baru dengan pola yang juga baru, termasuk horizon waktu investasi baru.

Kedua, lupakan keinginan meraup keuntungan dalam jangka pendek karena hal itu lebih bersifat spekulatif. Dalam konteks pasar modal saat ini, misalnya. Kendati ada saham yang mungkin akan memberi keuntungan jangka pendek, akan lebih bijak jika Anda membeli saham tersebut dalam perspektif jangka panjang sebab sudah pasti naiknya.

Logikanya sangat sederhana. Penyebab kejatuhan harga saham adalah karena investor asing yang pulang kembali ke kampung halamannya. Suatu ketika investor asing itu pasti akan berkelana lagi ke Bursa Efek Indonesia. Artinya, mereka akan kembali melakukan aksi beli dan ini akan mendorong harga saham ke titik semula.

Singkatnya, sepanjang saham yang dibeli memiliki fundamental bagus dan dimaksudkan sebagai investasi untuk jangka panjang, peluang meraih keuntungan akan lebih besar.

[Bagian 77 dari 100] New Wave Marketing: High School Musical: Activating the Young Community

Minggu, 16 November 2008 | 00:48 WIB

ANDA tahu film “High School Musical” (HSM)? Film televisi buatan Disney ini sangat populer di kalangan anak muda saat ini. Penayangan perdananya di Amerika ditonton oleh sekitar 7,7 juta orang. Sementara di Inggris penayangan perdananya disaksikan sekitar 789 ribu pemirsa. Mari kita lihat, bagaimana sebenarnya cerita HSM ini.

HSM menceritakan tentang dua murid SMA East High School di Amerika yang bernama Troy Bolton dan Gabriella Montez. Keduanya pertama kali bertemu saat perayaan malam tahun baru di sebuah pondok ski. Di situ mereka ikut sebuah kontes karaoke. Sejak saat itulah mereka jadi akrab. Troy sendiri di sekolahnya menjabat sebagai kapten tim basket. Sementara Gabriella yang cantik, pintar namun pemalu, menjadi bintang kelas dalam mata pelajaran matematika dan sains.

Selain mereka berdua, ada sejumlah murid lainnya yang menjadi teman mereka. Ada Chad Danforth yang merupakan sahabat dan teman satu tim Troy. Lalu ada Taylor McKessie yang menjadi ketua klub sains dan kapten tim lomba akademis antar sekolah (scholastic decathlon). Kemudian ada juga dua bersaudara, Ryan dan Sharpay Evans yang jadi presiden klub drama sekolah itu.

bersambung...

Hermawan Kartajaya

Kompas

Saturday, November 15, 2008

[Bagian 76 dari 100] New Wave Marketing: It's not Place anymore, It's Communal Activation!

Sabtu, 15 November 2008 | 01:47 WIB

ELEMEN ketiga dari Marketing-Mix adalah Place atau yang sering juga disebut sebagai marketing channel atau saluran distribusi. Saluran distribusi inilah yang berperan dalam menghantarkan produk dari produsen ke pelanggan. Yang termasuk dalam saluran distribusi ini secara sederhana mencakup wholesaler dan peritel (retailer). Wholesaler merupakan “tangan pertama” dari saluran distribusi karena ialah yang mengambil produk langsung dari produsen. Setelah itu, wholesaler menyalurkannya ke peritel, dan dari peritel-lah pelanggan lalu membeli produk tersebut.

Dalam bahasa sehari-hari, saluran distribusi ini lebih dikenal dengan istilah distributor. Peranannya bisa seperti wholesaler saja atau merupakan kombinasi dari wholesaler dan peritel. Jadi yang namanya distributor bisa mengambil barang saja dari produsen, bisa juga sekaligus menjualnya ke pelanggan. Itulah proses yang terjadi dalam saluran distribusi yang merupakan bagian dari supply chain management (SCM). Tentu dalam praktiknya proses yang terjadi jauh lebih rumit, ada yang namanya agen, dealer, reseller, dan sebagainya. Namun secara prinsip peranan masing-masing pihak dan proses yang terjadi tidak jauh berbeda dengan penjelasan di atas.

bersambung...

Hermawan Kartajaya

Kompas

Friday, November 14, 2008

[Bagian 75 dari 100] New Wave Marketing: Flexible Pricing from Facebook Ads

Jumat, 14 November 2008 | 09:03 WIB

ANDA bergerak di industri media atau industri periklanan? Atau Anda sering pasang iklan di mainstream media (MSM) seperti televisi, media cetak, dan radio?

Kalau jawabannya “ya”, saya yakin Anda tidak asing lagi dengan istilah-istilah seperti audience share, gross rating point (GRP), cost per rating point (CPRP), rate card, rating, built-in sponsorship, blocking time, saturation level, readership, milimeter kolom (mmk), dan sebagainya. Semuanya itu pada dasarnya adalah istilah-istilah yang muncul ketika terjadi proses untuk menentukan tarif iklan.

Nah, kalau mau terjun ke media online, mulai sekarang Anda harus paham juga istilah-istilah seperti cost per click (CPC), cost per M-impression (CPM) atau cost per action (CPA). Perbedaan mendasarnya, kalau di MSM penentuan tarif iklannya relatif tetap, di media online tarifnya tidak tetap dari waktu ke waktu alias fleksibel. Selain itu, tarifnya bisa kita tentukan sendiri sesuai keinginan kita dan sumber daya yang kita miliki.

bersambung...

Hermawan Kartajaya

Kompas

Thursday, November 13, 2008

[Bagian 74 dari 100] New Wave Marketing: "The Price is Really Up to You", Says Radiohead

Kamis, 13 November 2008 | 07:01 WIB

SILAKAN membayar berapa saja. Kalau tidak mau membayar sama sekali juga tidak apa-apa. Itulah yang kira-kira dikatakan Radiohead kepada setiap orang yang ingin mendapatkan album terbaru mereka (saat itu), “In Rainbows”. Ya, band rock alternatif asal Oxfordshire, Inggris ini meluncurkan album mereka yang ketujuh secara online di Internet pada 10 Oktober 2007. Ke-15 lagu dalam album “In Rainbows” tadi bisa di-down-load di situs www.radiohead.com atau www.inrainbows.com.

Yang menarik, Radiohead tidak mengenakan harga khusus untuk lagu-lagu tadi. Jadi, ketika orang sudah memilih lagu apa saja yang diinginkan lewat situs di atas, ketika mau check-out, akan muncul tulisan yang mengatakan bahwa harganya “It’s Up To You”. Seakan ingin menegaskan untuk orang yang kebingungan, ketika diklik sekali lagi, muncul lagi tulisan “It’s Really Up To You.” Jadi, kita bisa membayar 1 poundsterling, 10 poundsterling, 1000 poundsterling, atau malah tidak membayar sama sekali. Semua terserah kita.

bersambung...

Hermawan Kartajaya

Kompas

Wednesday, November 12, 2008

[Bagian 73 dari 100] New Wave Marketing: It's not Price anymore, It's Currency!

Rabu, 12 November 2008 | 07:06 WIB

HARGA (price) merupakan elemen berikutnya dalam Marketing-Mix setelah Produk. Saya juga mengelompokkan harga dan produk ini menjadi satu bagian yang disebut Offer, karena kedua elemen inilah yang sebenarnya ditawarkan (offer) oleh perusahaan kepada pelanggan. Untuk menentukan harga sebuah produk, perusahaan bisa menempuh berbagai cara. Saya sendiri melihat bahwa sebenarnya ada empat dasar strategi penentuan harga (pricing), yang bisa dijelaskan secara sederhana sebagai berikut.

Pertama adalah “Market-based pricing”. Di sini penentuan harga ditentukan berdasarkan hukum penawaran dan permintaan yang ada di pasar. Kalau permintaan meningkat sementara penawarannya tetap atau malah menurun, sudah tentu harganya akan naik. Begitu pula sebaliknya. Kalau pasokan barang berlimpah di pasar sementara permintaan dari pelanggan tetap, harganya cenderung akan turun.

Strategi kedua adalah “Cost-based pricing”. Untuk menentukan harga jual, pertama-tama produsen menghitung biaya yang telah dikeluarkan untuk memproduksi sebuah produk. Kemudian perusahaan menambahnya dengan besar margin kepada distributor dan besar profit yang diinginkan kepada biaya tersebut, sehingga didapat hasil akhir yang berupa harga jual.

bersambung...

Hermawan Kartajaya

Kompas

Tuesday, November 11, 2008

[Bagian 72 dari 100] New Wave Marketing: "The Way I See It" from Starbucks

Selasa, 11 November 2008 | 07:21 WIB

Why are we inspired by another person’s courage? Maybe because it gives us the sweet and genuine surprise of discovering some trace, at least, of the same courage in ourselves?” Itulah kalimat yang tertulis pada gelas (cup) putih Starbucks yang diminum putri saya, Stephanie Hermawan, di restoran Starbucks di Mayo Clinics, Rochester, Amerika. Kota Rochester ini letaknya ada di negara bagian Minnesota, di tengah-tengah negeri Amerika.

Ternyata ini merupakan kampanye dari Starbucks yang disebut “The Way I See It”. Ini merupakan kumpulan pemikiran, opini, dan ekspresi dari sejumlah tokoh dari berbagai bidang yang dipilih Starbucks.Saya dan putri saya kebetulan akhir Oktober lalu memang bepergian ke Amerika. Nah, pas mampir di Starbucks tadi itu, gelas dengan serangkaian kalimat itu mencuri perhatian saya. Starbucks yang sejak dulu memposisikan dirinya sebagai “the third place” untuk minum kopi—setelah di rumah dan di kantor—ingin memelihara tradisi yang sudah berlangsung lama. Kedai kopi dari dulu merupakan tempat untuk kumpul dan ngobrol, selain minum kopi tentunya. Kalimat-kalimat bijak (wisdom) tadi diharapkan bisa memicu obrolan yang sehat.

bersambung...

Hermawan Kartajaya

Kompas

Monday, November 10, 2008

[Bagian 71 dari 100] New Wave Marketing: "Chicago Crime Scene" from Domino's Pizza

Senin, 10 November 2008 | 06:03 WIB

MAU order pizza yang namanya “Chicago Crime Scene”? Atau mungkin mau order pizza lainnya: “Viking”, “Big Dog”, “Ciao Bella!”, “Marks Monster”, “Happy Birthday Aaron”, “Filthy” atau “Rhonda Half Doug Half”? Jangan heran, nama-nama pizza yang aneh-aneh itu memang ada sungguhan. Nama-nama pizza itu didaftarkan pelanggan Domino’s Pizza di Amerika untuk mengikuti program promosi Big Fantastic Deal (BFD) Builder.

BFD Builder ini memang merupakan salah satu kampanye yang dilakukan oleh perusahaan yang berlogo kartu domino itu. Domino’s Pizza yang didirikan pada tahun 1960 oleh Tom Monaghan ini sendiri sudah lama terkenal dengan positioning-nya sebagai 30-minute delivery pizza. Sejak tahun 1973, perusahaan pizza yang berkantor pusat di Ann Arbor, Michigan ini memang memberikan jaminan bahwa pelanggannya akan menerima pizza mereka dalam waktu kurang dari 30 menit sejak pemesanan, atau pelanggan akan mendapatkan pizza secara gratis.

bersambung...

Hermawan Kartajaya

Kompas

Sunday, November 9, 2008

30 Day Gold Chart (Oct 8 2008 ~ Nov 7 2008)


Same with the stock prices in Indonesia, currently Gold price is on the low price. Your great change to buy some Gold.
Great change pals!!!

[Bagian 70 dari 100] New Wave Marketing: It's not Product anymore, It's Co-Creation!

Minggu, 9 November 2008 | 01:16 WIB

SEBAGAI salah satu elemen dari Marketing-Mix, Produk memang harus berada di urutan pertama sebelum membicarakan soal harga (price), saluran distribusi (place), dan komunikasi (promosi). Bagaimana tidak. Harga bisa tidak ada alias produk bisa ditawarkan secara gratis. Saluran distribusi juga tidak diperlukan kalau pelanggan mengambil langsung produk dari pabrik. Begitu pula promosi bisa saja tidak diperlukan. Namun, kalau tidak ada produk, lantas apa yang mau ditawarkan sebuah perusahaan kepada pelanggan?

Produk inilah yang sebenarnya menyebabkan terjadinya pertukaran value di pasar antara produsen dan pelanggan. Definisi produk sendiri cakupannya sangat luas. Mulai dari ponsel, layanan penerbangan, deposito, atau tulisan yang sedang Anda baca ini. Semuanya itu merupakan produk. Jadi, yang namanya produk bukan hanya benda-benda yang berwujud (tangible), namun juga termasuk benda-benda nirwujud (intangible).

bersambung...

Hermawan Kartajaya

Kompas

Saturday, November 8, 2008

PRUlink Fund Performance Chart (Jul 2008 ~ Nov 2008)

Now, the price is going high.
You have a time to buy PRUlink product before the price becomes higher.
Great moment pals!!!

[Bagian 69 dari 100] New Wave Marketing: Wikipedia: Collective Wisdom from the Crowds

Sabtu, 8 November 2008 | 03:18 WIB

ANDA tahu situs Wikipedia, bukan? Bagi Anda yang belum tahu, situs ini merupakan ensiklopedia online raksasa. Berbagai informasi bisa kita dapatkan di situs ini dengan cepat, tanpa perlu repot-repot membolak-balik buku-buku yang tebal dan berat-berat seperti Encyclopædia Britannica yang mencapai 32 volume!

Banyak orang yang memang merasakan manfaat dari kehadiran Wikipedia ini. Tidak heran jika situs yang diciptakan oleh Jimmy Wales dan Larry Sanger pada tahun 2001 ini tumbuh dengan pesat. Wikipedia mampu menarik 684 juta pengunjung setiap tahunnya. Kemudian, ada lebih dari 75 ribu kontributor aktif yang mengerjakan lebih dari 10 juta artikel dalam lebih dari 250 bahasa. Saat tulisan ini saya buat saja, ada lebih dari 2,5 juta artikel dalam bahasa Inggris. Setiap hari ada ratusan ribu pengunjung dari seluruh dunia yang menyunting puluhan ribu artikel dan menciptakan ribuan artikel baru untuk memperkaya pengetahuan yang ada di Wikipedia ini.

Ya, inilah kelebihan Wikipedia dibanding ensiklopedia yang berbentuk buku. Wikipedia memudahkan orang untuk mengakses dan sekaligus menyumbangkan informasi. Selain itu, karena online, dengan mudah dan cepat setiap artikel yang ada bisa diperbaharui dengan informasi terbaru.

bersambung...

Hermawan Kartajaya

Kompas