BLOGSPOT atas

Friday, May 23, 2008

Mengelola Alternatif Investasi

Jumat, 23 Mei 2008 | 08:30 WIB

Belakangan ini masyarakat banyak mendengar berbagai investasi yang bukan investasi seperti biasanya. Investasi pada real estate investment trust, private equity, hedge fund, protected capital fund, guaranteed capital fund, dan beberapa lagi yang lain. Mereka yang mempunyai dana cukup dan dikenal sebagai investor pintar (smart investor), bahkan investor berduit yang disebut high net worth investor, sudah sangat paham dengan istilah tersebut.

Alternatif investasi maksudnya adalah tindakan investasi alternatif di luar biasanya. Investasi dilakukan pada instrumen investasi dengan tujuan tertentu dan mempunyai risiko cukup, tetapi ada kemungkinan tingkat pengembalian tinggi. Atau modal awal tidak hilang saat jatuh tempo, tetapi tingkat pengembaliannya tidak jelas, hanya indikasi.

Sesuai dengan konsepnya, investasi ini umumnya diharapkan tidak menyebabkan prinsipal investasi berkurang. Bila investor memasukkan dana Rp 1 miliar, dananya akan kembali pada periode tersebut sebesar nilai tersebut juga. Bila prinsipal kembali, tingkat pengembaliannya bisa rendah dan bisa tinggi. Hasil pengembalian investasi dapat tinggi bila perencanaan investasi sesuai dengan kenyataan. Misalnya, investasi tersebut berharap harga saham naik untuk masa mendatang dan kenyataannya harga saham memang naik. Tingkat pengembalian produk ini bisa cukup besar bila investasi oleh manajer investasi mengenai sasaran sesuai prospektus yang diberikan kepada investor.

High net worth biasanya tidak memikirkan tingkat pengembalian tinggi, tetapi menginginkan dana tidak hilang. Investor ini dapat hidup dari investasi lain dan memberi keuntungan cukup lumayan. Oleh karena itu, investasi produk selalu diungkapkan sebelumnya kepada investor. Bila investor tidak termasuk dalam kelompok investor tersebut, selayaknya tidak perlu masuk dalam produk investasi alternatif ini.

Real estate investment trust (REIT) adalah reksa dana dengan portofolio dalam bidang properti. Properti sendiri mempunyai siklus agak berbeda dengan industri lain. Bila tingkat bunga turun terus, investasi pada REIT cukup menarik bagi mereka yang tidak punya dana cukup besar untuk membeli properti. Biasanya, properti mempunyai hubungan negatif dengan tingkat bunga. Bila tingkat bunga naik, investasi pada properti menurun dan permintaan akan berkurang serta sebaliknya, permintaan pada properti akan naik bila tingkat bunga turun.

Menurunnya permintaan properti membuat harga properti mengecil dan REIT menurun nilainya. Sebaiknya, investor membeli REIT ketika harga REIT turun dan menjual REIT ketika REIT pada harga puncaknya. Namun, investor juga harus punya pandangan jangka panjang karena REIT biasanya punya hasil cukup bagus dalam jangka panjang. Investor juga harus memerhatikan portofolio properti dari REIT karena portofolio yang tidak strategis akan membuat hasil tidak menarik. Biasanya investasi dalam properti selalu menggunakan kata-kata lokasi, lokasi, lokasi yang strategis.

Private equity fund merupakan investasi yang agak berbeda dengan produk REIT. Investasinya langsung pada saham. Manajer investasi punya kebebasan berinvestasi dalam saham. Dana bisa saja diinvestasikan seluruhnya pada saham, tetapi karena ada moto diversifikasi, sangat jarang manajer investasi berinvestasi pada satu saham saja. Umumnya, manajer investasi berinvestasi minimum pada lima saham untuk menyebar risiko investasi.

Dana private equity fund biasanya cukup besar dan selalu berharap tingkat pengembaliannya cukup dan patokannya selalu memberi tingkat pengembalian sekitar 15 persen paling rendah, bahkan ada yang
menargetkan tingkat pengembalian 25 persen per tahun.

Manajer investasi umumnya berinvestasi dengan tingkat pengembalian tersebut dan bila sudah melebihi, akan langsung keluar mencari pasar lain yang bisa memberi hasil sebesar tingkat pengembalian tersebut. Namun, bisa saja investasinya tetap selama bisa memberi hasil lebih besar.

Pada sisi lain manajer investasi private equity umumnya memperoleh keuntungan dua kali. Pertama, keuntungan dari bursa saham negara bersangkutan dan kemudian keuntungan dari selisih kurs perusahaan bersangkutan. Biasanya, manajer investasi masuk saat nilai mata uang negara bersangkutan sangat lemah sehingga dana yang ditukarkan lebih banyak dan secara perhitungan, harga sahamnya sudah murah.

Kemudian bursa naik dan mata uangnya mulai membaik dan kembali saham dijual serta langsung membeli valuta asing yang sedang murah harganya.

Apabila investor masuk pada investasi ini, investor harus memperhitungkan kapan keluar. Jika investor memiliki hasil yang menjadi dua kali lipat, selayaknya keluar dari produk ini. Risiko investasi ini juga cukup tinggi karena manajer investasi mempunyai kompetitor yang sama dan bisa juga mau untung dengan kelemahan fund yang lain.

Demikian juga hedge fund. Cara kerjanya hampir sama dengan private equity fund. Hedge fund sedikit lebih terbuka dan investor tahu cara kerjanya karena lebih dulu dikembangkan. Adapun private equity fund, investor mungkin hanya kecil sekali, tetapi mempunyai kemampuan cukup besar. Investasi ini baru kita kenal karena baru masuk di pasar Indonesia walaupun sebenarnya sudah ada investasi sejenis yang masuk.

Oleh Adler Haymans Manurung
Praktisi Keuangan

Kompas

- Muhammad Idham Azhari

Sunday, May 11, 2008

Relasi dengan Uang

Minggu, 11 Mei 2008 | 02:01 WIB

Elvyn G Masassya praktisi keuangan

Relasi dengan uang sebenarnya merupakan salah satu faktor yang menentukan kesuksesan seseorang dalam pengelolaan keuangan.

Seperti kehidupan berumah tangga, apakah relasi antara suami dan istri berlangsung secara hangat, atau dingin-dingin saja, atau malah saling tidak peduli. Relasi dengan uang pun demikian. Ada yang beranggapan uang adalah segalanya, ada yang menjadikan uang sebagai pelengkap hidup, tetapi ada juga yang tak acuh terhadap uang.

Pola relasi yang berbeda tersebut memberi dampak terhadap kondisi keuangan seseorang, baik secara material maupun psikis. Psikis adalah sikap terhadap uang itu sendiri. Artinya, ada orang yang uangnya sangat banyak, tetapi selalu merasa kurang. Namun, ada pula orang yang uangnya pas-pasan atau bahkan minim, tetapi selalu merasa cukup.

Sikap terhadap uang merupakan buah dari relasi yang tercipta. Relasi itu sendiri ada beberapa sebab. Pertama, pengalaman masa kecil mengenai uang. Kedua, realitas saat mencari uang sendiri. Ketiga, pandangan tentang kebutuhan keuangan pada masa depan.

Pengalaman masa kecil

Mengenai pengalaman masa kecil, boleh jadi Anda melihat betapa orangtua Anda bekerja sangat keras dalam mencari uang. Lalu, Anda sendiri pun hampir tidak pernah diberi uang oleh orangtua kecuali, misalnya, Anda tengah berulang tahun atau tengah merayakan hal-hal tertentu. Implikasinya, mungkin Anda beranggapan uang merupakan benda sangat berharga. Sulit diperoleh dan harus bekerja sangat keras untuk mendapatkannya.

Pada sisi lain, bisa saja berdasar pengalaman Anda sangat mudah mendapatkan uang dari orangtua. Atau Anda melihat orangtua tidak perlu bekerja keras, tetapi memiliki banyak uang. Jika ini pengalaman masa kecil Anda, maka yang tertanam di benak Anda memperoleh uang bukanlah hal sulit.

Lalu, apa makna pengalaman masa kecil tersebut? Sederhana saja. Ketika Anda mulai dewasa, boleh jadi yang Anda alami sangat berbeda dari pengalaman masa kecil.

Apabila Anda bekerja pada sebuah perusahaan, yang Anda peroleh adalah gaji. Satu bulan sekali. Jika saat kecil Anda bisa mendapatkan uang setiap saat atau memiliki pengalaman dengan uang yang menyenangkan, realitas berbeda ini bisa menyebabkan Anda frustrasi karena merasa uang tidak selalu cukup. Dengan kata lain, kebiasaan menghabiskan uang akan terbawa ke masa dewasa Anda. Akhirnya, kehidupan keuangan Anda akan kacau.

Bagaimana jika pengalaman masa kecil terkait uang kurang menyenangkan, tetapi saat dewasa Anda malah cukup mudah mendapatkan uang?

Ada dua kemungkinan. Pertama, Anda akan kaget dan kemudian berperilaku sangat konsumtif dengan menghamburkan uang karena balas dendam pada masa kecil yang sulit, atau mungkin perilaku masa kecil tetap terbawa hingga dewasa dan membuat Anda menjadi sangat pelit.

Pandangan kebutuhan keuangan pada masa datang juga berdampak terhadap pengelolaan keuangan saat ini. Kembali ke contoh di atas. Umpamakan relasi dengan uang pada masa kecil sangat menyenangkan, tetapi setelah dewasa ternyata tidak begitu mudah mendapatkan uang, maka sangat mungkin Anda juga tidak terlalu tertarik memikirkan kebutuhan keuangan masa depan. Alhasil, kehidupan keuangan Anda akan porak-poranda atau, paling tidak, tidak memberi kenyamanan bagi keseharian Anda. Setelah memasuki masa tidak produktif, mungkin Anda terjebak kesulitan keuangan.

Di sisi lain, jika relasi masa kecil tidak karib dengan uang, sementara setelah dewasa Anda cukup mudah memperoleh uang, bisa juga akhirnya terjebak pada pandangan mencari uang bukan hal sulit. Dengan kata lain, Anda tidak berpikir menyiapkan kebutuhan dana masa depan.

Jika contoh di atas mirip dengan yang Anda alami dalam keseharian, dipastikan Anda akan mengalami problem dengan uang. Hanya saja, problem itu bisa terlihat, bisa pula tersembunyi. Oleh karena itu, agar tidak terjebak pada problem keuangan hanya gara-gara mengacu pada pengalaman masa kecil, ada baiknya Anda mengubah pola pikir, sikap, dan relasi terhadap uang. Bagaimana konkretnya?

Uang hanyalah alat bantu untuk memudahkan hidup. Karena itu, uang mesti dikelola berdasarkan realitas Anda saat ini.

Realistis

Jika masa kecil Anda tidak menyenangkan atau malah sangat menyenangkan, lupakan semua itu. Kecuali hanya menyangkut persepsi, pengalaman masa kecil tidak akan memberi pengaruh apa pun dalam realitas Anda setelah dewasa.

Konkretnya, berapa pun uang yang Anda miliki atau hasilkan, itulah yang menjadi alat bantu Anda. Maka, kelolalah alat bantu itu untuk memenuhi kebutuhan keuangan saat ini dan juga masa depan. Caranya?

Tanamkan di benak Anda masa lalu adalah masa lalu. Masa kini adalah masa kini dan masa depan bergantung pada tindakan Anda masa kini. Dengan kata lain, masa depan mesti Anda persiapkan sejak saat ini. Jika saat ini Anda sulit mendapatkan uang, camkan bahwa pada masa depan Anda tidak boleh sulit. Itu artinya sebagian pendapatan Anda mesti disisihkan untuk membiayai kebutuhan di masa depan.

Sebaliknya, apabila saat ini relasi Anda dengan uang sangat nyaman, pastikan relasi itu harus dibina dan itu dilakukan sejak kini. Artinya, masa depan yang nyaman juga tidak datang sendiri. Konkretnya, langkah utama yang selayaknya Anda lakukan adalah mengubah pola pikir mengenai uang. Itu kuncinya jika Anda ingin kehidupan keuangan Anda baik-baik saja.

Kompas

Sunday, May 4, 2008

Mengelola Reksa Dana

Minggu, 4 Mei 2008 | 02:07 WIB

Adler Haymans Manurung praktisi keuangan

Reksa dana sudah menjadi primadona bagi investor untuk meningkatkan kekayaan. Industri reksa dana juga mengalami masa keemasan dan masa paling buruk dengan adanya penarikan besar-besaran.

Faktor utama yang membuat reksa dana sangat menarik bagi investor adalah karena tingkat bunga cukup kecil belakangan ini dan investor tidak dikenai pajak untuk berinvestasi pada reksa dana.

Reksa Dana yang ditawarkan ke publik saat ini adalah Reksa Dana Pasar Uang (RDPU), Reksa Dana Pendapatan Tetap (RDPT), Reksa Dana Campuran (RDC), Reksa Dana Saham (RDS), Reksa Dana Indeks (RDI), dan Reksa Dana Proteksi (RDPSI). Kemungkinan akan bermunculan Reksa Dana Khusus dan yang lain, tergantung kreativitas manajer investasi.

Dalam berinvestasi pada reksa dana, investor harus tahu persis investor akan mendapat dana dari pencarian reksa dana paling cepat satu hari setelah aplikasi pencairan disampaikan kepada manajer investasi.

Untuk mengelola reksa dana, investor harus mengetahui karakteristik reksa dana tersebut. Bila dana hanya untuk berjaga-jaga dan tidak ingin kehilangan prinsipal (pokoknya), maka sebaiknya diinvestasikan pada RDPU.

Pada sisi lain, RDPU merupakan penampungan investasi sementara sebelum mendapat instrumen investasi yang sesuai tujuan investor. Investor bisa mendapat hasil maksimal bila memahami arus kas keluar investor. Investor institusi yang sering menaruh dana dalam rekening koran bisa menginvestasikan dana itu pada RDPU karena bisa meningkatkan laba perusahaan dibandingkan dengan rekening koran.

Salah satu reksa dana yang sangat populer saat ini adalah Reksa Dana Terproteksi. Reksa dana ini digemari karena memberi jaminan atas tidak hilangnya prinsipal investasi ketika dilakukan penarikan saat jatuh tempo. Penjaminan dilakukan melalui pihak lain atau melalui struktur produk investasi reksa dana tersebut. Tetapi, investor akan rugi bila mencairkan dananya sebelum jatuh tempo.

Reksa dana ini sangat cocok bagi yang dananya berlebih atau investor yang tidak menginginkan tingkat pengembalian tinggi asal prinsipalnya tidak hilang. Bila berinvestasi pada reksa dana ini, maka investor tidak tahu berapa besar tingkat pengembalian yang diperoleh karena tidak satu pun bisa melakukan proyeksi tepat selama periode yang dijanjikan.

Persoalan utama reksa dana ini adalah peramalan hasil investasi ikutan, misalnya opsi atau saham yang diinvestasikan di luar prinsipalnya. Bila investor sedang dalam posisi membangun kekayaan tidak cocok berinvestasi pada reksa dana ini sebab akan merusak seluruh perencanaan keuangannya sebab target tidak akan terpenuhi di belakang hari.

Konsentrasi

Konsentrasi pengelolaan perlu pada investasi RDPT, RDC, RDS, dan RDI.

Urutan risiko dari keempatnya adalah RDPT lebih kecil daripada RDC, RDC lebih kecil daripada RDI, dan RDI lebih kecil daripada RDS (RDPT$

Dalam investasi ada prinsip, risiko yang besar akan menghasilkan tingkat pengembalian yang besar. Berdasarkan hasil empiris di Indonesia, RDS memberi tingkat pengembalian tertinggi. Tetapi, semuanya kembali kepada investor seberapa besar risiko yang ditolerir investor.

Investor bisa berinvestasi pada RDC bila investor menolerir risiko lebih kecil dari RDS dan lebih tinggi dari RDPT. Artinya, investor dapat menolerir risiko, tetapi tidak terlalu tinggi. Bila investor sedikit menyukai prinsipal dana dapat turun karena perubahan harga saham yang turun, maka investasi pada RDC sangat cocok. Umumnya, investor yang menyukai reksa dana ini adalah yang berumur 35-50 tahun.

Salah satu faktor utama di luar pengendalian manajer investasi untuk membuat tingkat pengembalian tinggi adalah tingkat bunga. Bila tingkat bunga tinggi, RDS umumnya akan menurun atau posisinya sangat rendah.

Tingkat bunga berhubungan terbalik dengan pasar saham, yaitu pasar saham akan turun bila tingkat bunga naik dan sebaliknya pasar saham akan meningkat bila tingkat bunga turun. Investor yang berumur 35 tahun sangat menyukai reksa dana saham karena relatif masih dapat menerima risiko yang tinggi.

Investor harus mendapat informasi tingkat bunga pada masa mendatang bila akan membeli atau menjual reksa dananya. Investor harus bisa mencairkan dana lebih dulu (paling cepat) dari reksa dana yang satu ke reksa dana lain dengan memperhitungkan kecepatan manajer investasi dalam mengelola reksa dana.

Bila tingkat bunga akan naik, dana investor dari RDS harus cepat dikeluarkan dan masuk pada RDPT yang telah mengubah portofolionya. Investor harus bertanya berapa nilai durasi portofolio RDPT tersebut. Sebaiknya investor masuk pada RDPT yang berdurasi pendek bila tingkat bunga akan naik. Sebaliknya, investor membeli RDPT yang durasi portofolionya panjang bila tingkat bunga akan turun.

Investor pada RDI umumnya ingin dananya meningkat tinggi dalam jangka panjang dan tidak perlu melakukan perubahan. Biasanya, perencanaan keuangan yang cukup jelas dan yang perhitungannya dapat dipertanggungjawabkan dapat menggunakan investasi RDI.

Sekali lagi, investor yang berinvestasi pada reksa dana harus memahami benar risiko yang akan ditanggung dan besaran hasil yang akan dicapai agar rencana keuangan keluarga pada masa depan tidak terganggu. Selamat berinvestasi.

Kompas