BLOGSPOT atas

Sunday, March 23, 2008

Bagaimana Mengelola Obligasi?

Minggu, 23 Maret 2008 | 01:47 WIB


Adler Haymans Manurung praktisi keuangan

Belakangan ini kelihatannya tingkat bunga tidak akan berubah ke arah lebih rendah dan kebijakan ini akan berlangsung sampai akhir tahun.

Di sisi lain, bursa saham tidak memberi kesempatan memperoleh keuntungan karena bursa terus menurun karena kondisi regional, termasuk kondisi ekonomi Amerika Serikat.

Kasus ini membuat berbagai pihak akan menyarankan berinvestasi pada obligasi dan instrumen pendapatan tetap lain. Pertanyaannya, bagaimana mengelola obligasi yang dimiliki atau bagaimana memulai investasi pada obligasi.

Dalam berinvestasi obligasi atau instrumen pendapatan tetap lain perlu dipahami konsep dan manfaat investasi tersebut. Obligasi dan instrumen pendapatan tetap lain merupakan surat utang yang diterbitkan lembaga penerbit, yaitu perusahaan swasta, perusahaan negara dan sering disebut perusahaan, pemerintah pusat dikenal dengan surat utang negara dan Obligasi Ritel Indonesia (ORI), dan pemerintah daerah yang dikenal dengan municipal bond.

Obligasi memberi bunga setiap periode yang dikenal dengan kupon. Pembayaran kupon dilakukan tiap bulan atau sekali tiga bulan, enam bulanan, dan sekali setahun. Pada kupon biasanya disebutkan pembayaran setahun, misalnya 9,5 persen per tahun, seperti kupon ORI ke-4.

Bila pembayaran dilakukan empat kali dalam setahun, maka setiap tiga bulan dibayar 2,375 persen (9,5 persen dibagi 4). Investor akan memperoleh bunga lebih besar bila kupon diinvestasikan kembali dengan besaran bunga sebesar kupon.

Obligasi dapat dikelompokkan menurut kupon obligasi, yaitu obligasi berkupon tetap yang besarnya tidak berubah sampai jatuh tempo; berkupon mengambang dengan kupon bervariasi selama periode obligasi, dan obligasi berkupon nol, yaitu obligasi yang kuponnya dibayar pada saat pembelian (di depan).

Ada karakteristik dan variabel obligasi yang harus dipahami, yaitu harga, hasil, dan lamanya obligasi. Harga obligasi ditentukan tingkat bunga saat itu. Bila tingkat bunga naik, maka harga obligasi akan menurun dan sebaliknya, harga obligasi akan naik bila tingkat bunga turun.

Harga

Dalam transaksi obligasi harga patokan awal adalah harga pada aras 100 dengan tingkat bunga yang berlaku sama dengan kupon obligasi. Hal ini terjadi karena tidak satu pun pemilik dana merasa rugi bila berpindah dari obligasi ke instrumen lain.

Selanjutnya, harga obligasi akan selalu di bawah aras 100 bila tingkat bunga yang berlaku di atas kupon obligasi, ini dikenal dengan diskon. Besaran diskon ini merupakan kompensasi yang harus dibayar pemilik obligasi kepada pembeli karena hilangnya kesempatan investasi pada tingkat bunga yang tinggi tersebut.

Misalnya, tingkat bunga yang berlaku 10 persen dan ORI-4 dengan kupon 9,5 dan maturitas 4 tahun, maka setiap tahun pemilik ORI kehilangan kesempatan sebesar 0,5 persen. Akibatnya, pemilik ORI harus membayar 2 persen atas kompensasi selisih tingkat bunga selama 4 tahun sehingga harga ORI harus dijual pada harga 98. Tetapi, karena adanya bunga berbunga yang sering disebut compound interest, maka harganya akan lebih tinggi dari 98.

Kemudian, harga obligasi akan di atas 100 bila tingkat bunga lebih rendah dari kupon obligasi. Pemegang obligasi tidak akan mau menjual obligasinya pada harga 100 karena kupon obligasi saat ini lebih tinggi dari tingkat bunga berlaku.

Bila dilakukan penjualan seharga 100, maka pemilik dana akan berinvestasi dengan tingkat bunga lebih rendah dan akan merugi. Agar pemilik mau menjual obligasinya, pembeli obligasi harus mau membayar lebih tinggi dari 100.

Bila tingkat bunga 9 persen dan kupon obligasi ”X” 9,5 persen selama periode 4 tahun, maka kompensasi harga yang harus diberikan 2 persen (4 tahun dikalikan 0,5 persen). Tetapi, harga di pasar akan lebih rendah 102 dikarenakan faktor bunga berbunga.

Berdasarkan uraian harga tersebut, ada patokan yang selalu dipakai investor dalam membeli atau menjual obligasi, yaitu manfaat/hasil. Artinya, harga obligasi tersebut ditentukan oleh hasil yang harus dipenuhi sehingga investor/pemilik obligasi membeli (menjual) obligasi.

Manfaat tersebut merupakan refleksi tingkat bunga berlaku dan risiko atas investasi pada obligasi yang dikenal dengan risk premium. Bila obligasi diterbitkan pemerintah pusat, maka manfaat merupakan hasil pasar (tingkat bunga berlaku) dan risikonya dianggap nol.

Obligasi perusahaan akan mempunyai hasil lebih besar karena ada risiko pada obligasi perusahaan tersebut. Risiko paling utama adalah tidak bayar. Risiko lain adalah risiko industri perusahaan penerbit surat utang dan risiko umum.

Durasi

Konsep penting lain yang harus dipahami investor adalah durasi. Konsep ini sangat penting dipahami investor karena dapat digunakan sebagai strategi berinvestasi. Nilai durasi obligasi selalu lebih kecil dari besarnya jangka waktu obligasi bersangkutan.

Konsep tersebut, pertama, rata-rata tertimbang jangka waktu atas arus kas yang diterima dari obligasi tersebut dan secara sederhana disebutkan periode kembalinya dana investor atas investasi pada obligasi tersebut. Obligasi 5 tahun dengan durasi 4,13 artinya pemegang obligasi akan mencapai kembalinya dana dengan periode 4,13 tahun. Umumnya, investor menyukai obligasi berdurasi pendek.

Kedua, ukuran sensitivitas harga obligasi atas penurunan/kenaikan tingkat bunga. Dengan contoh yang sama, artinya obligasi tersebut akan menurun 4,14 persen bila tingkat bunga naik 1 persen. Karena itu, investor harus memperhatikan durasi ini bila ada kebijakan tingkat bunga agar investor tidak merugi dalam berinvestasi obligasi. Selamat berinvestasi.

Kompas

Sunday, March 16, 2008

Menyiapkan Program Pensiun

Minggu, 16 Maret 2008 | 01:29 WIB

ELvyn G Masassya praktisi keuangan

Apa arti pensiun bagi Anda? Ada banyak definisi tentang pensiun. Dalam konteks bahasan ini, pensiun ditafsirkan sebagai berhenti bekerja pada suatu perusahaan karena suatu keharusan ataupun keinginan.

Lantas, ketika pensiun itu tiba, apa yang akan Anda lakukan? Banyak pilihan. Jika Anda sudah mempersiapkan diri sejak puluhan tahun sebelumnya, maka masa pensiun adalah masa menikmati. Anda tidak perlu melakukan apa-apa, kecuali hal-hal menyenangkan. Untuk biaya hidup sudah ada hasil dari berbagai investasi ataupun uang pensiun yang mencukupi. Bagaimana jika keadaan tidak seperti itu?

Banyak contoh di sekitar kita, tatkala masa pensiun tidak dipersiapkan dengan benar, maka keadaan akan memburuk. Uang pensiun yang diharapkan cukup untuk membiayai hidup ternyata jauh dari mencukupi. Oleh karena itu, agar hal-hal seperti itu tidak menerpa kita, tentu ada baiknya dimaknai kembali apa yang disebut dengan masa pensiun dan bagaimana mempersiapkannya.

Empat alternatif

Pensiun bisa saja terjadi setelah Anda berusia 55 tahun, tetapi bisa juga di bawah itu jika ada satu dan lain hal sebagai alasan. Nah, jika kebetulan tergolong dalam kalangan ini, lantas apa yang bisa dilakukan?
Secara konsep sebenarnya ada empat alternatif yang bisa dilakukan. Pertama, melamar kerja lagi di perusahaan lain dan melanjutkan karier baru sebagai pekerja. Jika ini yang menjadi pilihan, ada beberapa kemungkinan yang terjadi. Anda bisa lebih sukses, tetapi bisa pula gagal total.

Tergantung perusahaan apa yang Anda masuki dan kompetensi apa yang Anda bawa, Anda diharapkan membawa pengalaman dan kompetensi yang dibutuhkan perusahaan baru. Jadi, bukan sekadar sebagai pekerja yang nantinya akan dibekali pelatihan, sebab usia Anda pun tidak muda lagi. Karena itu, dalam memilih perusahaan baru tempat Anda melanjutkan karier, sebaiknya pilih yang ”arena”-nya sudah Anda kuasai. Atau paling tidak Anda memiliki keahlian tertentu yang bisa dimanfaatkan perusahaan tersebut.

Kedua, Anda mengubah haluan menjadi wirausahawan. Pola ini sebenarnya memberi Anda peluang lebih besar untuk memiliki kekayaan. Namun, juga berpeluang membuat Anda lebih miskin jika gagal menjalani usaha Anda. Karena itu, kalau Anda ingin mencoba menjadi wirausahawan, maka persyaratan paling utama adalah Anda cukup kenal dengan bidang usaha yang akan digeluti. Bukan cuma tertarik karena potensinya besar atau tergiur omongan orang yang mengatakan ada bisnis yang memberi keuntungan besar.

Untuk mengurangi risiko gagal, ada baiknya Anda tidak melakukan bisnis seorang diri, tetapi bekerja sama dengan pihak lain yang memiliki keahlian di bidang tersebut. Juga, sangat penting mengoptimalkan jaringan yang telah Anda miliki sewaktu Anda berprofesi sebagai pekerja profesional. Akan jauh lebih baik jika bisnis yang hendak Anda geluti bidangnya tidak jauh-jauh amat dari profesi yang telah Anda jalani sebelum memasuki era pensiun.

Ketiga, menjadi investor murni. Investor di sini adalah investor pasif. Anda hanya menanamkan uang Anda dalam satu atau beberapa jenis investasi, baik di sektor keuangan maupun sektor riil, dan kemudian mengharapkan hasil dari investasi tersebut sebagai sumber penghasilan.

Menjadi investor pada masa pensiun tentu saja berbeda karakternya daripada ketika berinvestasi saat masa muda atau saat masih produktif. Kegagalan investasi pada masa setelah pensiun akan memberi dampak lebih besar terhadap kondisi keuangan Anda. Oleh karena itu, investasi yang dipilih harus yang berisiko rendah dan semata-mata hanya mengharapkan imbal hasil yang bisa diperkirakan. Dengan kata lain, bukan investasi yang bersifat spekulatif.

Keempat, Anda tidak melakukan apa-apa. Masa pensiun dijalani apa adanya dan biaya hidup semata-mata digantungkan pada pendapatan maupun aset produktif Anda. Pola ini hanya akan layak dilakukan jika pemupukan aset Anda sudah dalam tahap memadai. Akan menjadi bumerang kalau misalnya aset maupun uang pensiun Anda tergolong pas-pasan.

Apa yang dipaparkan di atas adalah alternatif langkah jika Anda saat ini memang sudah memasuki era pensiun dengan segala macam alasan.

Rencana pensiun

Lantas, bagaimana jika Anda masih produktif dan baru berencana merancang program pensiun?
Anda mesti menghitung berapa kebutuhan dana yang disiapkan agar Anda tidak perlu bekerja lagi setelah benar-benar pensiun.

Untuk menghitung kebutuhan tersebut, saat ini cukup banyak perusahaan yang menawarkan program pensiun dan bisa menghitung kebutuhan dana pensiun serta dana yang rutin mesti disiapkan setiap bulannya.

Dalam hitungan tersebut akan dimasukkan berbagai parameter, mulai dari penghasilan bulanan, tingkat pertumbuhan penghasilan per tahun, usia saat ini, usia pensiun yang diinginkan, perkiraan panjang usia, laju inflasi, tingkat bunga, tingkat return investasi yang diinginkan, juga dihitung jumlah tabungan/investasi yang dimiliki dan tingkat hasilnya. Setelah itu, akan dihitung pula perkiraan biaya pengeluaran setelah memasuki masa pensiun.

Semua itu kemudian dihitung sehingga akan diperoleh suatu angka berupa dana yang mesti ada pada saat usia pensiun tiba. Dana tersebut kemudian akan dipergunakan untuk membiayai kehidupan pascapensiun.

Kompas

- Muhammad Idham Azhari