BLOGSPOT atas

Friday, October 31, 2008

[Bagian 61 dari 100] New Wave Marketing: What is Your Colour?: The Airbus A380 Case

Jumat, 31 Oktober 2008 | 08:20 WIB

PADA akhir Desember 2007 lalu ada serangkaian iklan yang cukup menarik di koran The Wall Street Journal. Iklan ini terbit dua halaman penuh selama beberapa hari berturut-turut. Brand-nya adalah Airbus A380.

Serial iklan cetak ini ada empat versi sesuai headline-nya, yaitu Greener, Cleaner, Smarter, dan Quieter. Tampilannya hampir sama, gambar sebuah siluet pesawat Airbus A380, sementara isi siluetnya berbeda-beda sesuai dengan tema headline.

Versi Greener isi siluetnya menampilkan gambar hutan. Yang versi Cleaner gambarnya adalah kepulauan yang hijau dan lautan biru. Sementara versi Smarter menampilkan lumba-lumba yang sedang berenang. Dan versi Quieter gambarnya adalah orang yang sedang memancing di sebuah danau.

Kemudian, body text-nya sendiri menjelaskan lebih lanjut tentang headline-nya. Pada versi Greener antara lain dinyatakan bahwa Airbus merupakan satu-satunya manufaktur pesawat yang mampu memenuhi secara ketat standar manajemen lingkungan ISO 14001, baik pada proses di pabriknya maupun pada produknya.

bersambung...

Hermawan Kartajaya

Kompas

Thursday, October 30, 2008

[Bagian 60 dari 100] New Wave Marketing: Mac vs. PC: Clarifying Your Persona

Kamis, 30 Oktober 2008 | 07:23 WIB

PERNAH melihat klip iklan dari Apple yang judulnya “Mac vs. PC”? Iklan ini memang tidak masuk ke Indonesia. Tapi Anda bisa melihatnya di Internet. Coba saja masuk ke situs YouTube dan mengetikkan kata kunci seperti “Mac vs PC”, “I’m a Mac, I’m a PC” atau “Get a Mac”. Nah, Anda akan mendapatkan puluhan klip iklan ini yang siap dilihat.

Iklan ini sederhana, unik, dan kreatif. Penggarapannya sangat minimalis, hanya menampilkan dua orang sebagai karakter utama yang saling bicara satu sama lain dengan latar-belakang tempat yang warnanya putih semua. Karakter yang pertama tubuhnya ramping dan pakaiannya kasual: sepatu sneaker, celana jins, dan T-shirt polos berwarna gelap. Karakter satunya lagi tubuhnya agak gemuk, mengenakan kacamata, dan berpakaian resmi yaitu jas lengkap dengan dasi.

Kalau Anda tahu sosok Steve Jobs dan Bill Gates, kira-kira seperti itulah penampilan kedua karakter yang ada di iklan ini. Karakter pertama mirip Steve Jobs muda yang minus kacamata, kumis, dan brewok, sementara karakter kedua mirip Bill Gates. Karakter pertama namanya “Mac Guy”, diperankan oleh aktor Justin Long, sementara karakter kedua namanya “PC Guy” dan diperankan oleh seorang penulis dan humoris bernama John Hodgman.

bersambung...

Hermawan Kartajaya

Kompas

Wednesday, October 29, 2008

[Bagian 59 dari 100] New Wave Marketing: It's not Positioning anymore, It's Clarifying!

Rabu, 29 Oktober 2008 | 07:24 WIB

DALAM Legacy Marketing, Positioning dilakukan setelah kita melakukan Segmentasi dan Targeting. Positioning ini maksudnya bukan peringkat produk itu di pasar. Masih ada yang keliru soal ini. Dikiranya kalau bicara soal positioning berarti bicara soal ada di posisi nomor berapa produk itu di pasar.

Bukan itu definisi positioning. Positioning adalah apa yang kita inginkan ada di benak konsumen ketika mereka mendengar brand kita. Positioning ini berkaitan dengan persepsi. Persepsi ini harus bisa unik sehingga pelanggan bisa langsung membedakan antara brand kita dan brand pesaing kita.

Misalnya saja Volvo, BMW, dan Mercedes-Benz. Ketiganya merupakan produk yang berada dalam satu kategori dan juga menyasar segmen pasar yang relatif sama. Namun, positioning-nya bisa berbeda. Kalau ingat Volvo kita ingat ”safety”, sementara BMW adalah ”the ultimate driving machine” dan Mercedes-Benz merupakan ”a symbol of luxury”. Itulah positioning dari ketiga brand mobil mewah tersebut.

bersambung...

Hermawan Kartajaya

Kompas

Tuesday, October 28, 2008

[Bagian 58 dari 100] New Wave Marketing: The Lord of the Rings: Confirming the Community

Selasa, 28 Oktober 2008 | 07:23 WIB

TENTU Anda tahu trilogi film The Lord of the Rings, bukan? Film karya Peter Jackson berdasarkan buku J.R.R. Tolkien ini merupakan salah satu film terbaik sepanjang masa. Bukan hanya sukses secara komersial, namun juga dari sisi kualitas. Trilogi film ini secara total menghasilkan revenue sebesar 2,91 milyar dollar AS, dan juga memenangkan 17 Piala Oscar. Seri terakhirnya, The Return of the King, menggondol 11 Piala Oscar, film ketiga sepanjang sejarah yang berhasil meraih piala Oscar sebanyak itu setelah Ben-Hur dan Titanic.

Film ini ceritanya memang sangat menarik dan secara visual juga sangat menawan. Kisahnya seputar petualangan di dunia khayal bernama Middle Earth. Sekelompok tokoh baik yang tergabung dalam “the Fellowship” berjuang menempuh perjalanan panjang dan berliku serta penuh bahaya untuk menghancurkan sebuah cincin yang merupakan pusat kekuatan si tokoh jahat, Dark Lord Sauron.

“The Fellowship” terdiri dari berbagai makhluk. Ada empat makhluk hobbit: Frodo Baggins, Sam, Pippin, dan Merry. Kemudian ada sosok manusia perkasa keturunan raja-raja, Aragorn. Ada Gimli, pemimpin kaum kurcaci, dan Legolas, manusia setengah peri yang juga jago panah. Dan ada pula Gandalf, penyihir tua yang bijak.

bersambung...

Hermawan Kartajaya

Kompas

Monday, October 27, 2008

[Bagian 57 dari 100] New Wave Marketing: Confirm or Ignore?

Senin, 27 Oktober 2008 | 06:06 WIB

KALAU Anda sudah biasa mengakses situs Facebook, pasti Anda sudah sangat akrab dengan judul di atas. Ya, kalau ada orang yang ingin menjadi teman Anda, ia akan meng-add Anda sebagai temannya. Lalu Anda akan mendapat pesan adanya permintaan dari orang tersebut. Selanjutnya, Anda bisa memilih, apakah memberikan persetujuan (confirm), atau mengabaikan (ignore) saja permintaan tersebut.

Kalau Anda confirm, maka tidak berapa lama kemudian akan muncul pesan bahwa Anda telah berteman dengan orang itu. Pesan ini bukan hanya muncul di halaman profil Anda, tapi juga bisa diatur sehingga orang lain yang menjadi teman Anda juga tahu bahwa Anda baru saja berteman dengan orang lain itu. Nah, apabila dalam daftar teman Anda yang sudah ada ini ternyata ada yang kenal dengan teman yang baru saja di-confirm Anda tadi, ia bisa meng-add juga sebagai temannya. Begitu seterusnya. Kelihatannya agak berliku. Namun, sekali lagi, kalau Anda sudah terbiasa dengan Facebook, pasti tidak asing lagi dengan proses seperti di atas.

bersambung...

Hermawan Kartajaya

Kompas

Sunday, October 26, 2008

[Bagian 56 dari 100] New Wave Marketing: "It's Not Targeting Anymore, It's Confirming!"

Minggu, 26 Oktober 2008 | 06:19 WIB

DALAM legacy marketing, setelah melakukan segmentasi, langkah berikutnya adalah memilih segmen mana yang akan Anda layani. Inilah yang disebut targeting. Segmen yang Anda layani ini namanya target market. Target market ini bisa terdiri atas satu segmen, bisa juga beberapa segmen.

Mengapa kita perlu melakukan targeting? Ya, karena sumber daya kita yang terbatas. Kita harus mengalokasikan sumber daya kita tersebut secara tepat. Targeting adalah tentang bagaimana kita menempatkan dengan tepat perusahaan kita ke dalam segmen yang sudah dipilih. Karena itu, saya menyebutnya sebagai fitting strategy.

Ada empat kriteria yang biasa dipakai untuk menilai menarik-tidaknya sebuah segmen pasar untuk dijadikan target market. Kriteria itu, yaitu ukuran pasar, pertumbuhan pasar, situasi persaingan, dan keunggulan daya saing. Secara singkat, penjelasannya sebagai berikut. Ukuran pasar yang semakin besar menunjukkan jumlah konsumen yang semakin banyak juga. Hal ini tentu ini akan semakin menarik minat perusahaan untuk masuk ke pasar tersebut. Kemudian, walaupun ukurannya saat ini kecil, namun kalau pertumbuhan pasarnya terus meningkat, berarti prospek pasar tersebut di masa depan juga cukup cerah.

bersambung...

Hermawan Kartajaya

Kompas

Saturday, October 25, 2008

[Bagian 55 dari 100] New Wave Marketing: Mangan ora Mangan Kumpul

Sabtu, 25 Oktober 2008 | 02:30 WIB

ADA satu buku favorit saya yang nampaknya sekarang sudah sulit didapatkan di toko buku. Judulnya Mangan ora Mangan Kumpul, karya klasik dari almarhum Prof. Umar Kayam. Terus-terang, saya teringat buku ini ketika sedang demam Laskar Pelangi saat ini. Dua-duanya sangat khas Indonesia. Kalau Laskar Pelangi menceritakan kehidupan sebuah komunitas masyarakat di Pulau Belitong, maka Mangan ora Mangan Kumpul bercerita tentang kehidupan sehari-hari satu keluarga di Jogja.

Buku ini memang buku lama, kalau tidak salah terbit sekitar akhir 1980-an. Buku ini merupakan kumpulan kolom tulisan Umar Kayam di harian Kedaulatan Rakyat. Ceritanya sendiri berkisah tentang sebuah keluarga yang terdiri dari majikan dan keluarga pembantunya. Sang majikan bernama Pak Ageng, yang berprofesi sebagai dosen. Sementara si pembantu merangkap tukang kebun dan sopir sekaligus namanya Mister Rigen. Istri Mister Rigen bernama Nasiyem, dan anak-anak mereka bernama Beny Prakosa dan Tholo-Tholo. Keluarga Pak Ageng sendiri tinggal di Jakarta, jadi ia tinggal sendirian bersama keluarga pembantu tadi.

bersambung...

Hermawan Kartajaya

Kompas

Friday, October 24, 2008

[Bagian 54 dari 100] New Wave Marketing: The Value of Community: From Sarnoff's Law to Reed's Law

Jumat, 24 Oktober 2008 | 07:14 WIB

SEBENARNYA, berapa besar nilai yang bisa diperoleh jika melakukan Communitization? Pertanyaan ini beralasan, sebab New Wave Marketer harus melakukan kalkulasi yang cermat dalam menyusun program marketing-nya. Seperti sudah sering saya kemukakan, New Wave Marketing ini ditandai dengan praktik low-budget high-impact, tidak lagi seperti pada era Legacy Marketing yang high-budget high-impact.

Yang pertama adalah Sarnoff’s Broadcast Law atau Sarnoff’s Law. Hukum ini dikemukakan oleh David Sarnoff, perintis siaran radio dan televisi di Amerika. Ia juga merupakan pendiri National Broadcasting Company (NBC) serta menghabiskan sebagian besar karirnya di Radio Corporation of America (RCA).Nah, untuk menjawab pertanyaan di atas, ada tiga hukum yang terkait dengan Communitization.

Sarnoff’s Law ini menyatakan bahwa nilai (value) dari suatu siaran (broadcast) sebanding dengan jumlah penontonnya. Jadi, dalam Sarnoff’s Law ini, kalau jumlah audience-nya adalah N, maka nilai yang bisa dihasilkan berdasarkan hukum ini juga N. Lalu, hukum kedua adalah Metcalfe’s Network Law alias Metcalfe’s Law. Yang merumuskan hukum ini adalah Robert Metcalfe, seorang insinyur elektro yang turut menciptakan ethernet dan juga mendirikan 3Com, manufaktur infrastruktur jaringan komputer terkemuka.

bersambung...

Hermawan Kartajaya

Kompas

Thursday, October 23, 2008

[Bagian 53 dari 100] New Wave Marketing: It's not Segmentation anymore, It's Communitization!

Kamis, 23 Oktober 2008 | 07:20 WIB

DALAM Legacy Marketing, langkah pertama untuk menyusun strategi marketing adalah dengan melakukan segmentasi. Segmentasi ini bisa dilakukan berdasarkan sejumlah variabel, yang umum digunakan adalah variabel geografis, demografis, psikografis, dan perilaku (behavioral).

Secara geografis misalnya, bisa dibuat segmen pasar perkotaan dan pedesaan. Kemudian secara demografis, bisa dibuat segmen pelanggan berusia di bawah 20 tahun dan di atas 20 tahun. Secara psikografis, ada segmen yang suka produk-produk bermerek walaupun mahal, ada juga segmen yang lebih suka produk-produk yang harganya terjangkau. Kemudian, secara perilaku (behavioral), ada pelanggan yang membeli produk secara rutin, ada yang sesekali saja tergantung kebutuhan.

Itulah sedikit bahasan tentang segmentasi yang mungkin sudah sangat Anda pahami. Namun, dalam era New Wave Marketing saat ini, yang harus dilakukan bukanlah melakukan segmentasi, tapi Communitization. Ya, New Wave Marketer harus bisa membentuk suatu komunitas atau memanfaatkan komunitas yang ada.

bersambung...

Hermawan Kartajaya

Kompas

Wednesday, October 22, 2008

[Bagian 52 dari 100] New Wave Marketing: Who's the Third Player in Cola Market?

Rabu, 22 Oktober 2008 | 07:06 WIB

ANDA tahu jawaban dari pertanyaan di atas? Ya, mungkin banyak dari Anda yang akan menggelengkan kepala. Selama ini Anda hanya mengenal duo raksasa yang menguasai pasar cola, Coca-Cola dan Pepsi. Jarang ada yang tahu, siapa saja pemain yang berada di belakang kedua pemain utama tadi.

Kenapa bisa begitu? Karena Coca-Cola dan Pepsi-lah yang pertama kali memperkenalkan produk minuman cola ini ke pasar. Coca-Cola didirikan pada tahun 1886, sementara Pepsi pada tahun 1903. Setelah itu, mereka pun secara konsisten mempertahankan dan meningkatkan brand-nya, seperti yang pernah saya bahas di tulisan saya terdahulu yang berjudul “The Never-Ending Cola War: Coke vs Pepsi”.

Inilah yang disebut oleh Al Ries dan Jack Trout dalam Positioning: The Battle for Your Mind sebagai keuntungan menjadi yang pertama dalam satu kategori. Kalau tidak bisa jadi yang pertama, Anda bisa membuat kategori baru sehingga secara otomatis Anda jadi yang pertama. Dan, jangan dilupakan, Anda harus berani mengklaim dan mengkomunikasikan posisi Anda sebagai yang pertama tadi. Kisah Christopher Columbus dan Amerigo Vespucci di tulisan saya yang pertama yang berjudul “The World is still Round, the Market is already Flat” menunjukkan pentingnya klaim ini.

bersambung...

Hermawan Kartajaya

Kompas

Tuesday, October 21, 2008

[Bagian 51 dari 100] New Wave Marketing: The 12 Cs of New Wave Marketing

Selasa, 21 Oktober 2008 | 07:13 WIB

ERA New Wave Marketing memang sangat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi. Perkembangan peradaban manusia berjalan seiring dengan perkembangan teknologi. Dalam berbagai literatur seperti dalam The 8th Habit: From Effectiveness to Greatness karya Stephen Covey, A Whole New Mind karya Daniel Pink, dan The Rise of the Creative Class karya Richard Florida, bisa disimpulkan bahwa sebenarnya ada lima tahap perkembangan peradaban manusia.

Awalnya, untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, manusia berperan sebagai pemburu binatang atau pengumpul tumbuh-tumbuhan. Karena itu mereka hidup berpindah-pindah alias nomaden, tergantung ada di mana hewan buruannya itu atau di mana tumbuh-tumbuhan yang bisa dimakan. Di tahap ini manusia hanya mengenal teknologi yang sangat primitif seperti tombak, panah, pisau, dan sebagainya, yang dipakai untuk aktivitasnya tadi.

Kemudian, di tahap kedua, manusia mulai menetap dan bercocok tanam. Manusia sudah mengenal sistem pengairan dan cara membiakkan hewan ternak. Manusia sudah mampu mengolah lahan agar bisa subur untuk bercocok tanam. Pekerjaan manusia yang dominan di sini adalah bertani. Sampai pada masa inilah yang dikenal sebagai Era Agrikultural. Era agrikultural ini berlangsung kira-kira sampai pertengahan abad ke-19.

bersambung...

Hermawan Kartajaya

Kompas

Monday, October 20, 2008

[Bagian 50 dari 100] New Wave Marketing: Greed is (not) Good: Lessons from Wall Street

Senin, 20 Oktober 2008 | 06:32 WIB

GONJANG-ganjing dunia keuangan global belakangan ini mengingatkan saya pada salah satu film terkenal era 1980-an, Wall Street. Kalau Anda belum tahu, film yang disutradarai Oliver Stone ini menceritakan sepak-terjang seorang broker saham bernama Bud Fox yang diperankan oleh Charlie Sheen dan seorang corporate raider bernama Gordon Gekko yang diperankan oleh Michael Douglas.

Dalam film ini diceritakan bagaimana Fox yang masih muda dan ambisius mengidolakan Gekko yang sudah sangat berpengalaman dan sangat sukses di Wall Street. Fox pun berupaya setengah mati agar bisa bekerja bersama Gekko. Keinginannya ini akhirnya terkabul. Namun, Gekko ternyata bukan orang baik; ia sangat tamak dan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya. Fox pun terpancing untuk melakukan tindakan ilegal.

Akhirnya Fox pun ditangkap secara dramatis di kantornya. Fox kemudian terpaksa bekerja sama dengan para penegak hukum yang meminta Fox menyadap pembicaraannya dengan Gekko agar Gekko juga bisa ditangkap. Inilah film yang menggambarkan betapa ganasnya rimba Wall Street. Dalam film ini ada satu kalimat dari Gekko yang kemudian menjadi sangat terkenal, “greed, for lack of a better word, is good.”

bersambung...

Hermawan Kartajaya

Kompas

Sunday, October 19, 2008

[Bagian 49 dari 100] New Wave Marketing: Be a Sniper, not a Rambo

Minggu, 19 Oktober 2008 | 06:15 WIB

DALAM berbagai kesempatan saya selalu mengatakan bahwa marketer itu harus bertindak layaknya seorang penembak jitu (sniper), bukan Rambo. Apa maksudnya?

Seorang penembak jitu selalu berupaya agar tiap peluru yang ditembakkannya tepat mengenai sasaran. Ia tidak akan membuang-buang peluru karena memang amunisinya terbatas. Karena itu seorang penembak jitu akan selalu mempelajari sasarannya dengan cermat terlebih dahulu. Kemudian barulah penembak jitu ini akan mencari waktu dan lokasi yang tepat untuk membidik sasarannya itu.

Sebaliknya dengan Rambo. Ia akan menembak membabi-buta ke segala penjuru. Karena amunisinya banyak, ia tidak peduli jika sebagian besar pelurunya justru tidak mengenai sasaran. Ia juga tidak mau repot-repot mempelajari sasarannya; pokoknya asal ketemu, tembak saja langsung sebanyak-banyaknya.

bersambung...

Hermawan Kartajaya

Kompas

Saturday, October 18, 2008

[Bagian 48 dari 100] New Wave Marketing: PDB is Positioning, Differentiation and Brand

Sabtu, 18 Oktober 2008 | 10:11 WIB

INTI dari marketing sebenarnya adalah Positioning, Differentiation, dan Brand (PDB). Ya, marketing itu bukan sekadar Marketing-Mix atau yang dikenal juga sebagai 4P (product-price-place-promotion). Sebab, marketing-mix tanpa PDB jadinya bersifat komoditas dan me-too saja, bisa dengan mudah ditiru oleh pesaing. Juga bukan Segmentation-Targeting-Positioning (STP) semata, walaupun ini juga penting. Sebab, Positioning yang tidak didukung Differentiation yang solid akan percuma. Cuma sekadar janji kosong.

Banyak orang yang juga masih salah paham, dikiranya marketing itu identik dengan Selling. Karena banyak orang yang kerjaannya jualan (selling), tapi di kartu namanya tertera posisi sebagai marketing. Lebih repot lagi ketika orang mulai menganggap bahwa marketing adalah A&P alias Advertising and Promotion. Orang jadi takut mendengar istilah marketing, karena kuatir akan menghabiskan banyak uang namun hasilnya belum jelas, spend money for nothing.

bersambung...

Hermawan Kartajaya

Kompas

Friday, October 17, 2008

[Bagian 47 dari 100] New Wave Marketing: What's in a Name?: by William Shakespeare

Jumat, 17 Oktober 2008 | 07:01 WIB

“What’s in a name? That which we call a rose. By any other name would smell as sweet.” Itulah kalimat yang sangat populer dari drama romantis-tragedi mahakarya William Shakespeare, “Romeo and Juliet”. Shakespeare ingin ngomong, bunga mawar itu kalaupun diberi nama selain “mawar”, bau wanginya akan tetap sama.

Tapi, dalam bukunya Positioning: The Battle for Your Mind, Al Ries dan Jack Trout mengkritik pendapat Shakespeare ini. Kalau bunga mawar itu dikasih nama selain “mawar”, wanginya tidak akan terasa sama. Hal ini karena dalam benak kita sudah muncul persepsi yang kuat, seperti apa “mawar” itu; baik secara visual maupun dari baunya.

Jadi, buat marketers, brand itu sangat penting karena brand inilah yang sebenarnya dibeli orang. Seperti kata Walter Landor, pendiri konsultan brand terkemuka, Landor, “Produk dibuat di pabrik, namun brand diciptakan dalam benak (konsumen).”

bersambung...

Hermawan Kartajaya

Kompas

Thursday, October 16, 2008

[Bagian 46 dari 100] New Wave Marketing: "A Diamond Is Forever", by De Beers

Kamis, 16 Oktober 2008 | 07:10 WIB

UNGKAPAN “A Diamond Is Forever” yang sangat terkenal ini memang merupakan slogan resmi dari De Beers, produsen intan nomor satu di dunia. Pada tahun 1947, De Beers yang kantor pusatnya ada di Johannesburg, Afrika Selatan, menyewa sebuah advertising agency, namanya N.W. Ayer. Bersama-sama ads agency inilah De Beer lalu mengembangkan kampanye pemasaran dengan slogan “A Diamond Is Forever” tadi.

Kampanye ini sangat sukses karena berhasil mengaitkan antara intan dan romantisme cinta. Slogan “A Diamond Is Forever” juga bisa punya dua makna. Pertama, intan merupakan tanda cinta yang tidak akan pernah berakhir, simbol dari sebuah komitmen abadi. Kedua, intan akan tetap terjaga nilainya sampai kapan pun. Karena itulah harga intan bisa jadi sangat mahal. Kata “forever” menyiratkan ada long-lasting value yang bisa diperoleh kalau seseorang punya intan.

bersambung...

Hermawan Kartajaya

Kompas

Wednesday, October 15, 2008

Dinar Emas Dan Financial Crisis...

Hampir satu tahun saya menangani blog ini, tidak pernah sesibuk dua hari terakhir. Kemarin saya sampai masuk angin karena tidak sempat makan, hari ini saya baru sempat menulis artikel ini jam 10 malam yang biasanya saya tulis pagi.

Pemicu kesibukan yang luar biasa ini adalah banyaknya telepon, email dan tamu yang datang yang rata-rata menanyakan tentang Dinar dari A sampai Z. Rata-rata yang kirim email, telepon dan datang mengaku sendiri sebagai ‘pemain baru’ dalam Dinar ini sehingga perlu waktu agak lama bagi saya untuk bisa semaksimal mungkin menjelaskannya. Jadi mohon maaf sekali kalau email atau coment Anda belum mendapat giliran di response.

Bisa diduga yang memicu peminat baru dalam Dinar ini adalah krisis yang sedang melanda dunia saat ini. Ketika nilai saham hancur – bahkan bursannya sempat di skors, dan ketika nilai daya beli uang kertas menurun – salah satu ‘pelarian’ yang fitrah bagi para pemilik uang adalah ke emas yang berarti juga Dinar.

Yang hampir selalu saya sampikan adalah dalam berinvestasi, kita harus selalu melihat jangka yang cukup panjang. Jadi jangan terlalu panik dengan gonjang-ganjing sesaat. Emas/Dinar-pun apabila dilihat dalam jangka pendek juga terus bergejolak, bisa naik dan tentu juga bisa turun. Jadi yang berniat untuk mendapatkn keuntungan cepat dengan berspekulasi di emas, siap-siaplah kecewa.

Perkiraan saya sendiri (saya bisa keliru) dalam beberapa bulan kedepan harga emas akan cenderung tertekan turun dahulu sebelum naik kembali. Mengapa ? karena di Amerika akan ada pemimpin baru. Ada semacam euphoria di negara yang pemimpinnya baru – sesaat masyarakat akan mempunyai pengharapan yang luar biasa, seolah pemimpin barunya akan dapat mengatasi seluruh masyalah.

Setelah mereka sadar, bahwa pemimpinnya bukanlah seorang superman – saat itu masyalah yang sebelumnya dihadapi telah menjadi lebih parah kondisinya. Saat itulah emas akan kembali diburu dan tentu naik harganya.

Kapan itu terjadi ?, saya nggak berani memperkirakan waktunya karena saya tidak merasa punya ilmu masa depan. Namun ada yang berani memperkirakan sampai angka harga emas dan waktu kenaikannya seperti kata Donald Luskin, CIO of Trend Macrolytics seperti disiarkan CNBC malam ini sbb.:

“Invest in gold as it may hit $2,000 a troy ounce in the next 6 months. Stores of value, long-term stores bedrock of value, like gold, are going to be the best performing assets over the next couple of years".
US$ Index vs Gold Price Luskin mungkin tidak mengada-ada dalam perkiraannya karena berbeda dengan tingginya harga emas Maret lalu yang disebabkan oleh rendahnya nilai US$; saat ini harga emas tinggi pada saat yang bersamaan nilai US$ juga tinggi yang ditunjukkan oleh tingginya US$ Index.

Sedangkan US$ Index lebih berpeluang turun (setelah melewati masa euphoria pemimpin baru) oleh berbagi sebab, seperti dampak dari bailout yang mereka lakukan baru-baru ini, pemotongan suku bungan the fed dan berbagai penyebab lainnya. Ketika US$ Index turun statistik selalu menunjukkan harga emas naik.

Yang saya sepaham juga dengan Luskin adalah Dinar/Emas berbeda dengan berbagi bentuk investasi lainnya karena faktor stores of value.

Dinar/Emas tidak pernah kehilangan daya belinya. Ketika 1 Dinar cukup untuk membeli kambing di jaman Rasulullah SAW lebih dari 1400 tahun lalu, satu Dinar-pun cukup untuk membeli kambing yang besar sekarang.

Katakanlah prediksi Luskin keliru tentang harga emas dan besuk Dinar harganya turun secara significant dari Rp 1.2 juta ke Rp 1.1 juta, Anda tetap dapat membeli kambing yang besar besuk.

Daya beli inilah yang sangat penting kita pertahankan dalam perencanaan dan pengelolaan keuangan kita.

Jadi ketika kita hijrah dari saham dan berbagai produk turunannya, juga dari deposito ke Dinar/Emas faktor proteksi nilai (daya beli) yang menjadi pertimbngan utama – bukan keuntungan sesaat yang bersifat semu.

Kemudian ada hal lain yang perlu sangat dipahami dalam mengelolaa kekayaan dalam bentuk apapun – tidak harus Dinar/Emas – yaitu larangan menimbun. Karena panjangnya bahasan ini saya akan tulis terpisah – insyaallah.

Gerai Dinar

From Stephen Pierce (Internet Marketer from US)

Like you, I paid close attention as the Dow took a hit on Monday.
The 778 point plunge was the worse since the Crash of '87.

I earned $725K net profit my first year picking trades online
(paper trading) and that's how I got my start with online
marketing.

So I know a thing or two about the market.

I also know a thing or two about hard times.

A lot of people are talking about how we're going to have a
"Black October."

But let me tell you something...

When the economy is bad, people continue to spend money.

People don't lock up their wallet and throw it in the drawer
when times are tough.

Today's society, in good times and bad, is all about value.

People spend money on the ideas that excite them the most.

This is why you should always focus on the ideas that
you are providing as an entrepreneur.

Are your ideas exciting, delivering value, making customers
buy from you again and again?

Your business should be all about value.

You can't just throw up a website, kick back, and expect
people to buy.

The ultimate "bailout" is a business that provides value and
exciting ideas.

Now is a great time to get started on building your business.

God Bless YOU and YOURS,
Stephen Pierce

[Bagian 45 dari 100] New Wave Marketing: Laskar Pelangi: Kenapa Sukses?

Rabu, 15 Oktober 2008 | 07:51 WIB

LASKAR Pelangi memang fenomenal. Antrean penonton yang hendak menonton film ini sampai pertengahan Oktober masih cukup panjang. Padahal film ini sudah diputar cukup lama, sejak 25 September lalu. Sampai pertengahan Oktober ini saja jumlah penontonnya sudah mencapai angka yang fantastis, sekitar 1,5 juta orang!

Begitu pula bukunya. Novel ini sejak diterbitkan pertama kali pada September 2005 oleh PT Bentang Pustaka sudah terjual paling-tidak sebanyak 500 ribu eksemplar, belum termasuk bajakannya. Disebut-sebut inilah karya sastra terlaris sepanjang sejarah Indonesia!

Kisah Laskar Pelangi sendiri memang tidak biasa, berkisar pada kisah kehidupan dan persahabatan 10 orang anak yang bersekolah di SD Muhammadiyah di Pulau Belitong. Di bawah bimbingan ibu guru, Bu Muslimah, dan kepala sekolah, Pak Harfan, anak-anak ini menjalani kehidupannya yang getir, namun tetap dengan penuh keceriaan.

bersambung...

Hermawan Kartajaya

Kompas

Tuesday, October 14, 2008

[Bagian 44 dari 100] New Wave Marketing: It's Better to be a Little Bit Different than to be a Little Bit Better

Selasa, 14 Oktober 2008 | 01:10 WIB

JUDUL tulisan kali ini memang kelihatan panjang dan tidak lazim. Tapi, saya mendapatkannya dari inspirator marketing saya yang terbesar. Siapa dia? Bukan Philip Kotler. Bukan Al Ries. Bukan pula Kenichi Ohmae. Atau Peter Drucker sekalipun yang pernah mengatakan “Because its purpose is to create a customer, the business has two—and only two—functions: marketing and innovation. Marketing and innovation create value, all the rest are costs.” Bukan mereka itu semua.

Inspirator saya itu adalah Putera Sampoerna. Saya dulu pernah bekerja sangat dekat dengan Putera Sampoerna walaupun cuma sebentar, dari awal 1988 sampai 1 April 1990. Selama sekitar dua tahun tiga bulan itu saya menjabat sebagai Direktur Distribusi PT HM Sampoerna. Baru setelah dari PT HM Sampoerna saya kemudian mendirikan MarkPlus di Surabaya.

Ada sepenggal kisah menarik ketika saya masih di sana. Waktu itu Dji Sam Soe volume penjualannya masih relatif kecil. Walaupun demikian, diferensiasinya sangat jelas. Dji Sam Soe punya diferensiasi sebagai rokok tembakau, bukan rokok saus. Artinya, rasa nikmatnya harus tergantung pada mutu tembakaunya, bukan dari sausnya. Saus yang biasanya dipakai untuk “menutup” rasa tembakau yang bisa beragam—tergantung dari mutu panenannya—tidak terlalu diandalkan.

bersambung...

Hermawan Kartajaya

Kompas

Monday, October 13, 2008

[Bagian 43 dari 100] New Wave Marketing: Darth Vader vs. Master Yoda: The Greatest Battle

Senin, 13 Oktober 2008 | 06:09 WIB

MASIH ingatkah Anda akan tulisan saya terdahulu tentang film “Star Wars”? Film “Star Wars” memang bisa jadi ilustrasi bahwa di era New Wave Marketing yang seperti galaksi tanpa batas ini, kemenangan pada akhirnya bukan selalu berada di pihak yang penampilan luarnya tampak unggul. Seseorang bisa saja punya physical quotient (PQ) yang tinggi. Ia rajin menjaga kesehatan dan kebugaran tubuhnya dengan berolahraga dan melakukan diet. Namun, bukan berarti orang dengan PQ tinggi itu selalu bisa jadi pemenang.

Lihat saja di film “Star Wars” itu. Tokoh antagonisnya, Darth Vader, secara fisik tampak jauh lebih unggul. Badannya tinggi besar. Ia kelihatan sangat kuat dengan memakai baju dan topeng baja hitamnya. Sedangkan tokoh baiknya, Master Yoda, secara fisik sangat kecil dan bertampang jelek. Penampilannya sangat tidak meyakinkan, tidak nampak seperti seorang jagoan.

Namun, bisa kita lihat bahwa Master Yoda punya keunggulan lain dibanding Darth Vader di luar aspek PQ tadi. Keunggulan ini terletak pada aspek intelijensi emosional (EQ) dan intelijensi spiritual (SQ) si Master Yoda. Kalau soal IQ, kedua tokoh ini bisa dibilang relatif seimbang. Mereka sama-sama pintar dan brilian. Sementara dalam soal EQ, Master Yoda lebih unggul.

bersambung...

Hermawan Kartajaya

Kompas

Sunday, October 12, 2008

PRUlink Syariah Equity Fund Chart (Sep 2007 ~ Jul 2008)




PRUlink Fund Performance Chart (Jul 2008 ~ Oct 2008)




















It's time to buy PRUlink Syariah Rupiah Equity Fund product.
The current price is lower than past year (see the related chart
above).
Good to buy pals!!!

10 Year Gold Chart (Oct 1998 ~ Oct 2008)













Currently (1st week of Oct 2008), all stocks market are in
bearish condition.
The only investment in a bullish (going up trend) is gold.
Time to make a gain in gold but time to buy shares
(low prices momentum).
Congratulation for the gold investment!!!

[Bagian 42 dari 100] New Wave Marketing: The Groundswell Connection: Becoming a Civilised Catalyst

Minggu, 12 Oktober 2008 | 02:49 WIB

ADA sebuah buku bagus dan relatif baru yang membahas relasi antara konsumen dan perkembangan Internet. Judulnya Groundswell. Buku ini ditulis oleh dua analis dari Forrester Research, Charlene Li dan Josh Bernoff.

Groundswell didefinisikan oleh kedua penulis sebagai tren sosial di mana untuk mendapatkan kebutuhannya, orang lebih memilih mencarinya dari orang lain ketimbang dari produsen atau toko. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan kemajuan teknologi Internet. Contohnya saja situs eBay. Di sini orang membeli barang dari orang lain, bukan dari toko. Contoh lainnya adalah Linux. Sistem operasi ini diciptakan secara gotong-royong oleh individu-individu, bukan oleh perusahaan besar seperti Microsoft.

Buku ini memang mengupas panjang lebar fenomena groundswell. Salah satu bagian yang paling menarik adalah segmentasi pelanggan berdasarkan tingkat aktivitasnya dalam groundswell. Dalam buku ini, segmentasi tersebut disebut sebagai Profil Social Technographics. Ada 6 profil, yaitu Creators, Critics, Collectors, Joiners, Spectators, dan Inactives. Profil-profil ini sendiri digambarkan sebagai tangga. Creators adalah anak tangga paling atas karena merupakan segmen yang paling tinggi tingkat aktivitasnya, sementara Inactives berada paling bawah karena merupakan segmen yang paling rendah tingkat aktivitasnya.

bersambung...

Hermawan Kartajaya

Kompas

Saturday, October 11, 2008

[Bagian 41 dari 100] New Wave Marketing: The Rise of Individual Power

Sabtu, 11 Oktober 2008 | 03:09 WIB

You may say I’m a dreamer. But I’m not the only one. I hope someday you’ll join us. And the world will be as one. Itulah penggalan lirik dari salah satu lagu paling terkenal sepanjang masa, Imagine, karya John Lennon. Mantan pentolan The Beatles ini memang dikenal sebagai tokoh eksentrik dan punya daya imajinasi tinggi. Bersama rekan-rekannya di The Beatles—Paul McCartney, George Harrison, dan Ringo Starr—Lennon telah melakukan revolusi dalam bidang sosial, budaya, dan politik pada era 1960-an. Jejak mereka bahkan masih terasa sampai saat ini.

Lennon sendiri memang sosok yang kontroversial. Musisi kelahiran Liverpool ini pada tahun 1966 sempat mengatakan bahwa The Beatles—yang saat itu sedang berada di puncak kejayaannya—lebih terkenal daripada Jesus (Nabi Isa). Tak pelak hal ini menimbulkan kemarahan banyak orang. Berbagai rekaman dan pernak-pernik The Beatles dibakar. Radio-radio menolak menyiarkan lagu-lagu The Beatles. Konser-konsernya juga dibatalkan. Kemarahan massa ini akhirnya mereda setelah Lennon minta maaf. Namun, peristiwa tersebut bukan lantas membuat Lennon berdiam diri.

bersambung...

Hermawan Kartajaya

Kompas

Friday, October 10, 2008

[Bagian 40 dari 100] New Wave Marketing: A Tale of Three Communities: Harley-Davidson, Facebook and HTML

Jumat, 10 Oktober 2008 | 06:57 WIB

So screw it, let’s ride. Maaf sebelumnya kalau kata-katanya sedikit ofensif. Tapi, tahukah Anda, siapakah yang mengatakan kalimat tadi? Itulah slogan terbaru dari Harley-Davidson (Harley) yang diluncurkan pada awal Mei 2008 lalu. Kalimatnya memang sedikit ofensif, namun hal ini justru cocok dengan citra pemberontak yang melekat pada perusahaan motor besar asal Milwaukee tersebut.

Slogan tersebut memang mengacu kepada situasi ekonomi Amerika yang kurang baik. Dengan slogan ini, Harley seolah ingin menyatakan, tak usah terlalu mempedulikan situasi saat ini. Nikmatilah hidup dengan mengendarai Harley. Padahal, Harley sendiri juga sedang mengalami masalah. Penjualannya di Amerika menurun hampir 13% selama Q1 2008 lalu.

Harley memang sangat memperhatikan para pelanggannya. Dengan berbagai program pemasarannya, termasuk salah satunya dengan membuat slogan baru tadi, Harley mampu menjalin ikatan emosional dengan para pelanggannya. Harley mampu berempati terhadap apa yang dirasakan oleh pelanggannya. Seperti kata salah seorang pengendara Harley, Ben Berlin, yang sudah berusia 82 tahun dan telah mengendarai Harley selama 60 tahun. Ia bilang, kalau sudah mengendarai Harley, berbagai masalah seakan bisa dilupakan untuk sejenak.

bersambung...

Hermawan Kartajaya

Kompas

Thursday, October 9, 2008

[Bagian 39 dari 100] New Wave Marketing: When Coke Zero Meets Silent Disco

Kamis, 9 Oktober 2008 | 00:15 WIB

SAYA ini sebenarnya jarang keluar malam karena kesibukan yang sudah terlalu padat sepanjang hari. Tapi, saya pernah mbela-belain keluar malam untuk urusan dugem. Waktu itu, tepatnya tanggal 23 Februari, saya diajak oleh staf saya di MarkPlus untuk melihat event Playground Festival 2008 di Pantai Karnaval, Ancol. Acara ini merupakan acara tahunan dari klub terkenal di Jakarta, Embassy.

Nah, sekitar pukul 11 malam pun saya meluncur ke Ancol. Sampai di sana, ternyata acaranya sudah dimulai. Saya diberitahu seorang panitia, kira-kira ada sekitar 25 ribu orang yang datang. Mereka ini datang dari berbagai kalangan, mulai dari mahasiswa sampai eksekutif, mulai dari yang masih muda sampai ke yang sudah cukup berumur namun masih berjiwa muda.

Bintang utama malam itu tentu saja Paul van Dyk, salah satu disk jockey (DJ) terkenal di dunia. Ada juga sejumlah penampil lainnya, baik dari dalam maupun luar negeri. Pendeknya, malam itu benar-benar merupakan pestanya para clubbers.

bersambung...

Hermawan Kartajaya

Kompas

Wednesday, October 8, 2008

[Bagian 38 dari 100] New Wave Marketing: The Matrix: Always Connected, or Die!

Rabu, 8 Oktober 2008 | 01:03 WIB

KALAU bicara soal dunia Internet, mustahil untuk melewatkan trilogi film The Matrix. Inilah film yang membedah masalah teknis dan filosofi dalam dunia cyber. Film garapan dua bersaudara Larry dan Andy Wachowski ini sudah menjadi cult film bagi para geeks seperti para hacker dan cyberpunk.

Film fiksi-ilmiah ini ceritanya memang agak-agak rumit; secara garis besar berpusat tokoh jagoan utamanya, Neo alias “The One”, yang diperankan oleh Keanu Reeves. Ia mati-matian melawan para musuhnya, baik itu berupa mesin, manusia, dan terutama “manusia” virtual. Untuk menghadapi para musuh ini, Neo harus keluar-masuk dunia nyata dan dunia virtual.

Memang, dunia nyata dan dunia virtual dalam film ini keduanya digambarkan berdampingan secara paralel. Jika ingin masuk ke dunia virtual, Neo dan rekan-rekannya harus dipasangi sebuah mesin yang disambungkan ke otak mereka. Sementara jika mereka sedang di dunia virtual dan ingin kembali ke dunia nyata, mereka harus mengangkat panggilan telepon yang berasal dari rekan mereka di dunia nyata.

bersambung...

Hermawan Kartajaya

Kompas

Tuesday, October 7, 2008

[Bagian 37 dari 100] New Wave Marketing: Apollo 13: Houston, We Have a Problem

Selasa, 7 Oktober 2008 | 00:05 WIB

SALAH satu peristiwa penting dalam sejarah penjelajahan luar angkasa adalah kisah Apollo 13. Pada era 1960-an, Amerika sedang getol-getolnya mengadakan perlombaan luar angkasa dengan Uni Sovyet. Hal ini juga didorong oleh visi Presiden John F. Kennedy pada tahun 1961 yang mencanangkan bahwa manusia harus bisa mendarat di bulan sebelum akhir dasawarsa 1960. Cita-cita Kennedy ini akhirnya tercapai pada 20 Juli 1969, setelah misi Apollo 11 yang membawa astronot Neil Armstrong, Buzz Aldrin, dan Michael Collins berhasil mendarat di bulan.

NASA terus melanjutkan misi ke bulan ini. Kurang dari setahun setelah misi Apollo 11, tepatnya pada 11 April 1970, NASA meluncurkan misi Apollo 13. Misi kali ini membawa astronot James Lovell, Jack Swigert, dan Fred Haise. Namun, misi kali ini tidak semulus misi-misi sebelumnya. Dua hari setelah peluncuran, terjadi ledakan pada wahana Apollo 13 yang disebabkan adanya kerusakan pada tangki oksigen. Hal ini antara lain mengakibatkan pasokan listrik yang ada menurun secara drastis.

Wahana Apollo 13 pun praktis lumpuh, dan terancam tidak bisa kembali ke bumi. Karena itu, Pusat Kendali Misi NASA yang ada di Houston kemudian memutuskan untuk membatalkan misi pendaratan di bulan dan berupaya untuk membawa para astronot kembali secepat mungkin ke bumi.

bersambung...

Hermawan Kartajaya

Kompas

Monday, October 6, 2008

[Bagian 36 dari 100] New Wave Marketing: The Future is Now: Lehman Brothers is Gone!

Senin, 6 Oktober 2008 | 00:06 WIB

COBA, siapa yang percaya? Semua orang di seluruh dunia terkejut! Bagaimana tidak. Lehman Brothers, bank investasi terbesar keempat di AS, akhirnya jatuh bangkrut pada 15 September 2008 lalu dengan meninggalkan hutang sebesar 613 milyar dollar AS! Sebagian aset perusahaan ini di Amerika Utara—termasuk gedung kantor pusatnya di New York—akhirnya dibeli oleh Barclays. Sementara divisi bank investasinya yang ada di Eropa dibeli oleh Nomura.

Lehman Brothers tidak sendirian. Bank investasi terkemuka lainnya, Merrill Lynch, mengalami kerugian sebesar 51,8 milyar dollar AS. Merrill Lynch akhirnya diakuisisi oleh Bank of Amerika sebesar 50 milyar dollar AS. Dua bank investasi besar lainnya, Goldman Sachs dan Morgan Stanley, juga akhirnya berubah status menjadi bank komersial.

Sementara itu, American International Group (AIG), perusahaan asuransi terkemuka dunia dan perusahaan terbesar ke-18 di dunia dalam daftar Forbes Global 2000 tahun 2008, juga mengalami krisis likuiditas. AIG pada 16 September lalu akhirnya ditolong oleh The Fed yang memberikan talangan (bail-out) sebesar 85 milyar dollar AS, dengan imbalan 79,9% saham AIG. Ini merupakan talangan terbesar dari pemerintah kepada perusahaan swasta dalam sejarah AS.

bersambung...

Hermawan Kartajaya

Kompas

Sunday, October 5, 2008

[Bagian 35 dari 100] New Wave Marketing: Back to the Future

Minggu, 5 Oktober 2008 | 01:18 WIB

ANDA tahu trilogi film “Back to the Future”? Di film yang ditayangkan pertama kali pada tahun 1985 ini, dua tokoh utamanya berkelana mengarungi waktu dengan menggunakan mesin waktu yang bentuknya cukup unik, sebuah mobil merek De Lorean. Kedua tokoh ini sebenarnya hidup di tahun 1985, namun, karena ada berbagai masalah, mereka pergi ke berbagai era: tahun 1955, 2015, 1885, dan kembali lagi ke tahun 1985.

Ada satu segmen di film yang cukup menarik bagi saya, yaitu tentang konsep “parallel universe”. Di situ kira-kira diceritakan bahwa alam semesta ini punya sejumlah alternatif situasi. Jadi misalnya kita hidup di tahun 2008 ini, terus berkelana entah ke masa depan atau masa lampau, lalu kembali ke tahun 2008, bisa saja situasi tahun 2008 saat kita kembali jauh berbeda dibandingkan situasi tahun 2008 saat kita pergi.

Bagi saya, ini memberikan inspirasi bahwa masa depan bukanlah merupakan kelanjutan dari masa kini atau masa lampau. Karena itu, saya juga lebih senang memakai “strategic marketing” ketimbang “strategic planning.”

bersambung...

Hermawan Kartajaya

Kompas

Saturday, October 4, 2008

[Bagian 34 dari 100] New Wave Marketing: Charles Darwin, Are You Happy Now?

Sabtu, 4 Oktober 2008 | 13:43 WIB

When a big new idea emerges that changes the way people look at the world, it’s easy to feel that every old idea, every certainty, is under attack and then to do battle against the new insights.

Itulah yang diucapkan Rev. Dr. Malcolm Brown dari Church of England ketika secara resmi menyampaikan permintaan maaf kepada Charles Darwin karena telah salah memahami pendapat Darwin. Dr. Brown menambahkan bahwa sebelumnya pihak gereja juga telah salah memahami pendapat Galileo. Pernyataan ini dikemukakannya pada tanggal 15 September 2008 lalu.

Memang, dalam bukunya On the Origin of Species, Darwin sempat menimbulkan kontroversi dengan pandangannya bahwa semua makhluk hidup yang ada sekarang merupakan keturunan dari makhluk hidup sebelumnya yang hidup di masa lampau. Terjadi evolusi melalui proses seleksi alam. Jadi, tidak ada makhluk hidup yang muncul dengan tiba-tiba.

bersambung..

Hermawan Kartajaya

Kompas

Wednesday, October 1, 2008

[Bagian 33 dari 100] New Wave Marketing: The Ark of Noah: Sensing the God

Rabu, 1 Oktober 2008 | 00:09 WIB

SALAH satu kisah zaman nabi-nabi yang paling terkenal, baik di kalangan Muslim maupun Nasrani, adalah kisah banjir besar pada zaman Nabi Nuh. Sebelumnya mohon maaf kalau mungkin saya ada kekeliruan dalam menyampaikannya. Tapi inti kisahnya kira-kira begini.

Pada masa kenabian Nabi Nuh, banyak orang yang sudah tidak mematuhi perintah Tuhan lagi. Walaupun Nabi Nuh sudah berupaya keras, namun orang-orang ini tetap tidak mau patuh. Nabi Nuh pun berdoa kepada Tuhan agar orang-orang ini mendapatkan ganjaran yang setimpal.

Suatu ketika, Nabi Nuh mendapatkan perintah dari Tuhan untuk membuat sebuah bahtera. Nabi Nuh pun segera mengumpulkan para pengikutnya dan mereka semua kemudian membuat bahtera tersebut di sebuah lokasi yang jauh dari laut atau sungai. Karena itu, tak sedikit yang mencemooh dan mengejek Nabi Nuh beserta para pengikutnya ini. Kenapa bikin bahtera kok bukan di tepi laut atau sungai?

bersambung...

Hermawan Kartajaya

Kompas