BLOGSPOT atas

Sunday, September 14, 2008

Bermain Saham Saat Pasar Turun

Minggu, 14 September 2008 | 01:29 WIB

Adler Haymans Manurung praktisi Keuangan

Dalam seminggu terakhir, nilai IHSG drop dan sudah di bawah angka 2.000. Para pemain saham sangat bingung karena IHSG pernah mencapai 2.700 dan menjadi prestasi cukup gemilang. Saat itu, banyak pihak mengklaim kenaikan IHSG merupakan hasil kerjanya—walaupun sebenarnya tidak demikian—sementara turunnya bursa kemungkinan tidak mau diklaim sebagai tanggung jawabnya.

Lalu, bagaimana bermain saham pada pasar yang sedang turun?

Tindakan pertama yang bisa dilakukan adalah harus mengikuti pasar, bukan melawan. Pemain saham yang cukup andal adalah pemain yang mengikuti irama pasar. Bila pasar turun, investor mengikuti irama turun tersebut dan bila pasar naik, investor harus mengikuti irama kenaikan tersebut.

Apabila sekarang pasar sedang turun dan banyak terjadi penjualan, investor ikut menjual saham dan menunggu sampai tiba waktu yang tepat untuk membeli kembali.

Saham yang pertama sekali dijual harus saham yang dianggap berisiko tinggi atau saham yang mempunyai beta di atas satu (â$>1). Saham yang memiliki beta di atas 1 adalah harga saham tersebut akan drop lebih besar dari penurunan pasarnya.

Misalnya, sebuah saham mempunyai beta sebesar 1,36, maka pasar akan drop 36% lebih tinggi dari pasarnya. Bahasa lainnya, saham tersebut akan drop 1,36% bila pasar drop 1%.

Saham lain yang dimiliki dan mempunyai beta di bawah 1 (â$<1)>

Bila suatu saham memiliki beta sekitar 0,82 berarti kenaikan harga saham tersebut 0,18% lebih rendah dari kenaikan pasar. Artinya, investor masih bisa bertahan sebentar atas penurunan pasar dan ketika pasar turun lagi saham ini akan hampir sama dengan penurunan saham yang memiliki beta di atas 1 (satu).

Investor harus mendapatkan beta ini melalui broker tempat investor bertransaksi. Investor juga dapat berdiskusi dengan analis saham di perusahaan broker tempat investor bertransaksi.

Mengenai beta ini, investor juga harus bertanya kepada beberapa analis supaya angkanya lebih tepat dan pasti. Banyak juga analis tidak bisa menghitungnya karena belum mempelajari atau kebiasaan hanya mengambil data dari penyedia data. Beberapa lembaga riset juga menghitung beta ini dan dapat diperoleh gratis melalui internet. Bila investor tidak memahaminya bisa bertanya karena malu bertanya dapat sesat di jalan.

Membeli kembali

Tindakan lain yang dapat dilakukan investor adalah membeli kembali saham yang drop tersebut. Bila investor telah memiliki saham itu, maka harga saham yang dimiliki turun harganya. Tindakan ini dikenal dengan averaging cost down.

Pembelian saham kembali ini merupakan wujud adanya ekspektasi bahwa harga akan naik lagi pada masa mendatang. Tindakan ini juga menyatakan penurunan saham yang terjadi merupakan tindakan sesaat dan saham akan kembali meningkat.

Bila investor membeli saham ketika pasar sedang drop tajam, maka perlu memilih saham tersebut agar bisa mengalami keuntungan yang tajam ketika pasar naik.

Adapun saham yang pertama harus dibeli adalah saham dengan beta di atas 1. Bila saham ini dapat dibeli, investor bisa masuk ke saham lain yang betanya di bawah satu. Artinya, saham ini akan naik tajam bila pasar kembali naik dan investor menikmati keuntungan.

Investor juga dapat membeli saham yang betanya di bawah satu, tetapi industrinya sangat bagus. Biasanya kinerja industri tersebut sangat memengaruhi pergerakan harga sahamnya. Untuk saham ini, investor harus memilih teliti dan perlu diskusi agar yang diinginkan dapat diperoleh.

Bila investor tidak memiliki saham, sudah waktunya membeli saham saat ini karena angka IHSG telah drop tajam. Saat ini sudah di bawah 2.000, sementara tahun lalu pernah mencapai 2.800. Masih ingat sekali kita, pada awal tahun semua analis bernyanyi dengan yakin angka IHSG akan mencapai 3.200.

Estimasi nilai IHSG mencapai 3.200 karena menggunakan estimasi perhitungan laba bersih perusahaan tanpa memandang faktor lain, seperti runtuhnya beberapa sektor keuangan di Amerika. Pada sisi lain, harga komoditas terus turun serta spekulan juga memainkan pasar.

Risiko yang ditolerir

Tindakan membeli saham pada saat pasar turun dan menjualnya kemudian pada saat pasar naik dianggap mengikuti strategi kontrarian. Tindakan ini banyak dilakukan pemain saham yang sudah berpengalaman dan sudah makan asam-garam di bursa.

Akhirnya, bermain saham kembali pada persoalan risiko yang dapat ditolerir investor karena bermain saham sangat berisiko. Bila investor bisa menolerir saham yang naik-turunnya seperti bermain Tornado di Dunia Fantasi, maka sangat layak melakukan transaksi saham tersebut.

Jika hanya bisa menolerir risiko yang sangat kecil, investor tidak layak bermain saham. Bila risiko yang ditolerir rata-rata atau menengah, investor harus menggabungkan bermain saham dalam jumlah kecil dan lebih banyak pada instrumen investasi.

Akhirnya, dana yang dipergunakan pada investasi saham bukan dana yang dibutuhkan untuk keperluan esok hari dan biasanya dana tersebut tidak dipergunakan dalam jangka panjang.

Adler Haymans Manurung praktisi Keuangan

Kompas

No comments: