BLOGSPOT atas

Monday, June 23, 2008

Berkilaunya Investasi Emas

Senin, 23 Juni 2008 | 07:04 WIB

JAKARTA, SENIN - Sebuah analisis yang dirilis tahun 2003 menyebutkan, pada 10-12 tahun mendatang harga emas akan mencapai 8.000 dollar AS per troy ounce. Harga itu diperkirakan akan terjadi pada 2013-2015 sehingga bila pada 2007 seseorang menginvestasikan Rp 200 juta untuk emas, maka pada 2013-2015 kelak ia akan memiliki emas senilai Rp 2,2 miliar. Dengan kata lain ia meraup untung dari kenaikan harga yang mencapai 1.112 persen.

Jika hal itu terjadi, maka tidak ada instrumen investasi yang bisa mengalahkan keperkasaan emas, bahkan deposito, saham, maupun ORI sekalipun. Konsultan manajemen sekaligus motivator ternama, Tung Desem Waringin, sejak dulu hingga kini selalu berpendapat bahwa emas merupakan investasi teraman dan paling menguntungkan. "Sejak 2002 saya sudah bilang emas itu investasi paling menguntungkan," katanya.

Pengusaha sukses itu bahkan "mencabut" investasinya di sektor infrastruktur untuk dialihkan ke emas. Ia bersikukuh bahwa tindakan yang dilakukannya benar meskipun banyak orang memilih sektor infrastruktur sebagai instrumen investasi utama. Hal itu karena tren emas sejak zaman dahulu hingga detik ini selalu mengalami kenaikan harga. Namun, untuk kondisi pasar saat ini, ia masih menyarankan calon investor untuk wait and see. "Saat ini pasar masih bergejolak, jadi lebih baik wait and see sebelum memutuskan untuk terjun ke emas," katanya.

Tercatat kenaikan harga emas paling fantastis terjadi pada 2001 di mana pada saat yang sama mata uang kertas justru mengalami penurunan nilai. Proses kenaikan harga emas itu akan semakin dipercepat oleh laju inflasi dan abusing dollar AS saat ini. Itu karena emas tidak mempunyai efek inflasi atau zero inflation effect.

Memang logam mulia bernama emas sepertinya tidak akan pernah lekang dimakan zaman. Kemuliaan dan kemilaunya tetap saja memukau, termasuk bagi dunia investasi. Emas merupakan komoditas yang unik yang jumlahnya terbatas di dunia serta merupakan satu-satunya barang yang dapat ditambang di atas permukaan bumi. Emas juga merupakan alternatif uang kertas dengan daya beli yang abadi dan nilainya cenderung dipatok oleh pasar.


Kagak ada matinya

Pilihan investasi emas saat ini tetap dinilai paling menguntungkan dibandingkan opsi yang lain mengingat sifatnya yang "kebal" inflasi. "Investasi emas ibaratnya kagak ada matinya, alias selalu menguntungkan," kata pengamat ekonomi, A Tony Prasetiantono.

Menurutnya, , berinvestasi emas sama sifatnya dengan menginvestasikan dana untuk membeli tanah dan properti di kota-kota tertentu di Indonesia, seperti Bali dan Yogyakarta, yang harganya terus-menerus naik. Emas juga sangat baik untuk diversifikasi investasi setelah memiliki investasi di saham, obligasi, reksadana, ataupun properti. Terlebih di beberapa negara penghasil emas belakangan ini mengalami penurunan produksi secara signifikan sehingga harga emas dipastikan akan selalu naik.

"Namun, investasi emas juga ada beberapa kelemahannya," kata Tony. Menurut dia, calon investor juga harus mempertimbangkan banyak hal untuk mulai menginvestasikan dananya dalam bentuk emas karena relatif tidak praktis atau sulit disimpan, berisiko hilang, dicuri atau dirampok, dan lain-lain. Selain itu, bila penyimpanan kurang baik memungkinkan terjadinya oksidasi dan perubahan warna. Khusus emas berbentuk koin kalau terjatuh sulit untuk di-treatment ulang dan bisa mengurangi harga.

Kekurangan lain, return-nya relatif stabil dan kalah menggairahkan bila dibandingkan saham atau properti. Investasi emas juga sangat tidak disarankan untuk jangka pendek karena sifatnya sebagai pelindung nilai (hedging). "Oleh karena itu, emas biasanya menjadi salah satu pilihan portofolio yang favorable," katanya.

Pengamat investasi, Roy Sembel, dalam salah satu tulisannya mengatakan, permintaan emas akan melonjak bila terjadi dua hal, yaitu kondisi negara tidak menentu dan terjadi inflasi. "Jika kedua hal itu terjadi, maka ketertarikan investor terhadap emas akan naik karena emas dinilai paling aman untuk investasi," katanya.

Senada dikatakan pakar investasi Safir Senduk, yang berpendapat bahwa bila terjadi inflasi tinggi, maka harga emas akan naik lebih tinggi daripada inflasi yang terjadi. Statistik menunjukkan, bila inflasi naik 10 persen, maka harga emas akan naik 13 persen. Jika inflasi naik 20 persen, emas akan naik menjadi 30 persen. Namun, bila inflasi 100 persen, maka emas akan melonjak 200 persen. Patut dipertimbangkan pula harga emas akan cenderung konstan bila laju inflasi rendah bahkan ada kecenderungan menurun bila laju inflasi di bawah dua digit.

Diversifikasi emas

Tony Prasetiantono mengatakan, saat ini orang tidak harus menyimpan emas dalam bentuk fisik saat berinvestasi ,tetapi juga bisa menyimpannya dalam bentuk lain yang kini semakin bervariasi. Di antaranya dalam valas, saham, obligasi, dan lain-lain. "Investasi emas saat ini telah mengalami diversifikasi yang lebih luas," katanya.

Bentuk emas paling umum adalah batangan menyerupai batu bara berkadar 95 persen atau 99 persen (24 karat). Jenis ini dinilai paling menguntungkan untuk investasi karena kapan pun dan di manapun dijual, harganya mengikuti standar internasional. Bentuk lain adalah koin yang ada baiknya saat membelinya pilih produk dari produsen ternama seperti Maples, Krands, atau Eagles.

Ada juga emas yang berbentuk perhiasan. Bentuk ini sebenarnya kurang menguntungkan untuk investasi karena investor harus menanggung harga pembuatan dan sifatnya subyektif sesuai selera. Koin emas ONH juga merupakan bentuk lain investasi emas. Hanya saja bentuk emas ini sifatnya lokal dan kurang mendapat perhatian dunia. Ada pula yang menawarkan tabungan berbentuk emas untuk keperluan investasi jangka panjang, misalnya Bank Syariah Mandiri dan HSBC Syariah.

Untuk membeli dan menjual emas bisa dilakukan di toko emas atau Perum Pegadaian. Sementara itu, untuk tren dan perkembangan harga emas dunia terkini dapat dilihat di situs Kitco, Gold Price, atau UBC Gold.
Sangat disarankan, investor membeli emas di PT Antam unit Pengelolaan dan Pemurnian Logam, Jalan Pemuda, Pulogadung, Jakarta Timur. Dan lebih disarankan lagi untuk selalu meneliti sertifikat berupa kertas kecil berhologram dan kuitansinya. Setelah itu cocokkan dengan fisik emas yang dibeli. Umumnya tercantum kode 9999 atau 24 karat, nomor seri, dan berat logam dengan cetakan tenggelam dan logo pembuatnya.

Penyimpanan emas bila jumlahnya tidak banyak cukup ditempatkan di rumah. Namun, bila jumlahnya banyak dan untuk pertimbangan keamanan, investor dapat menyewa safe deposit box yang ada di setiap bank.
Di balik kemilau investasi emas yang menggiurkan, ada sebagian yang justru berpendapat bahwa emas bukan instrumen yang tepat untuk investasi. Emas cenderung merupakan alat spekulasi karena tidak menghasilkan revenue stream. Nilai emas hanya semata-mata tergantung pada persepsi yang mudah sekali berubah. Di luar itu emas adalah logam yang nyaris tidak berfaedah secara langsung.

Sumber : Antara

Kompas